Quantcast
Channel: bungeko.com
Viewing all articles
Browse latest Browse all 271

Hilang Fokus di Jl. Pandanaran Semarang (Kenangan Fun Blogging 9)

$
0
0

YA, saya tahu ini sudah berlalu empat hari. Tapi kenangan mengikuti event Fun Blogging 9 di Semarang pada 19 Maret lalu masih melekat kuat dalam ingatan. Terlebih saya sempat salah arah. Dari Jl. MH Thamrin seharusnya belok kiri ke arah Simpang 5, eh, lha kok malah belok kanan menuju Tugu Muda. Mana jalan kaki pula! :)

Seperti saya ceritakan di posting sebelumnya (baca di sini ya), keinginan untuk mengikuti acara Fun Blogging sudah saya pendam sejak tahun lalu. Tapi berhubung selalu diadakan di kota-kota yang tak bisa sehari sampai dari Pemalang, saya harus menahan diri. Barulah ketika ada info bahwa Fun Blogging 9 diadakan di Semarang, saya berburu info.

Dari web Fun Blogging saya dapat kabar kalau kuota Semarang sudah penuh. Menyerah? Nanti dulu. Saya coba "jalan belakang" karena kalau harus menunggu mana tahu baru 2-3 tahun lagi Fun Blogging diadakan di Semarang. Alhamdulillah, berkat kebaikan hati Mbak Haya Aliya Zaki, cs. saya pun mendapat tempat di Gedung Indosat Ooredoo Semarang pada Hari-H.

Jalan Kaki Poncol-Pandanaran
Ini bukan kali pertama saya ke Semarang. Tapi kalau naik kereta dari Pemalang, ini baru kali kedua dari total lima kunjungan ke kota yang dulunya bernama Asem Arang ini. Pengalaman pertama naik kereta Pemalang-Semarang dan seharian di Jl. Pandanaran terjadi saat saya dapat panggilan wawancara dari Suara Merdeka CyberNetwork pada 2011. Silakan baca kisah lengkapnya di posting ini.

Jika pada lima tahun lalu saya bisa langsung datang ke stasiun dan beli tiket menjelang keberangkatan kereta, pada kesempatan kali ini saya bahkan sudah memesan tiket sejak awal bulan. Sekitar dua pekan dari Hari-H, saya manfaatkan layanan Bebas Bayar untuk melakukan pemesanan tiket lewat laptop.

Beruntung pula PT KAI tengah mengadakan promosi. Harga tiket KA Kaligung yang biasanya Rp50.000, bisa dibeli seharga Rp30.000 jika kita melakukan pemesanan lebih dari tujuh hari sebelum hari keberangkatan. Saya pun memilih kereta ini untuk keberangkatan ke Semarang. Sedangkan untuk kembali ke Pemalang saya memilih KA Kamandaka jurusan Purwokerto pukul 17.45 WIB. Tak ada harga diskon, tapi tak apalah. :)

Berangkat dari Pemalang pukul 05.26 WIB, KA Kaligung sampai di Stasiun Poncol tepat pukul 07.19 WIB. Tepat seperti yang tertera pada tiket. Tepat waktu. Acara Fun Blogging sendiri dimulai pukul 08.30 WIB, jadi saya masih punya waktu 71 menit alias satu jam 11 menit. Sangat luang sekali. Saya pun memanfaatkannya untuk mampir sejenak di musala stasiun.

Selepas itu, saya menunaikan keinginan untuk berjalan kaki dari Stasiun Poncol menuju Jl. Pandanaran. Hari masih pagi, angin laut sepoi-sepoi berhembus, dan cuaca belum begitu panas. Kaki saya langkahkan satu demi satu menyusuri Jl. Tanjung menuju ke selatan. Lalu lintas masih belum terlalu ramai di sepanjang jalan tersebut.

Jalan kaki saya lakukan bukan semata-mata untuk menghemat ongkos. Lagipula, ongkos angkot yang Rp3.000 masih lebih murah dari harga sebotol air mineral ukuran 1,5 liter seharga Rp7.000 yang saya beli di warung pinggir jalan. Alasan paling asasi adalah ingin mendapatkan kenangan lebih kuat dari kunjungan kali ini. Dari berkali-kali ke Semarang, tak sekalipun saya bisa menghapal daerah-daerah yang saya lalui. Dengan berjalan kaki, akan lebih mudah merekam nama-nama jalan dan kampung yang dilewati.

Satu contoh kawasan pusat jajan Kampung Batan. Sebagai salah satu pembaca setia karya-karya NH Dini, saya tidak asing dengan nama ini. Nama Kampung Batan beberapa kali disebut dalam buku Seri Kenangan NH Dini. Karenanya, begitu melewati depan gapura bertuliskan "Pusan Kuliner Batan Selatan" memori saya langsung menuju pada buku Sebuah Lorong di Kotaku, Padang Ilalang di Belakang Rumah dan serial kisah kenangan masa kecil NH Dini.

Sampai di lampu merah, barulah terlihat keramaian Semarang. Setelah menyeberangi jalan, perjalanan saya lanjutkan menyusuri Jl. MH Thamrin. Terik matahari dan minimnya trotoar membuat saya harus berkali-kali pindah dari sisi timur jalan ke sisi barat dan sebaliknya. Tak sampai 25 menit kemudian, saya pun sampai di Jl. Pandanaran. Tepatnya di lampu merah paling timur yang di sisi selatannya ada Patung Warag Ngendog.


Hilang Fokus
Nah, di lampu merah ini saya tiba-tiba saja seperti kehilangan fokus. Memori berjalan kaki dari Simpang Lima menuju kantor Suara Merdeka lima tahun lalu entah kenapa masih menempel ketat. Sehingga alih-alih belok kiri seperti yang ditunjukkan Google Maps, saya malah belok kanan. Harusnya mengambil jalan menuju Simpang 5, saya malah melanjutkan perjalanan ke arah barat yang menuju Tugu Muda dan Lawang Sewu.

Okelah, saya memang tak meneguk air sedikitpun setelah berjalan sejauh sekira 2 kilometer. Tapi tak seharusnya saya lupa pada peta penunjuk jalan yang saya lihat sehari sebelum berangkat. Beruntung saya kemudian bertemu dengan seorang ibu-ibu pedagang di depan sebuah bank swasta. Si ibu menawari kopi, saya yang antara mulai kecapaian dan iba kemudian berhenti di lapaknya yang hanya berupa gerobak seng kecil. Tak ada tempat duduk, saya pun meletakkan pantat di cor-coran yang tepat berada di sisi jalan.

Saya minta dibuatkan teh panas, tapi ternyata si Ibu hanya menyiapkan berbagai minuman kopi sachet. Mata saya jeli melihat satu sachet minuman rasa jeruk dalam kantong plastik milik si Ibu. Lalu saya tanya apakah si Ibu punya es, dan jawabannya melegakan saya. Jadilah saya melepas penat sembari makan tahu susur dan es rasa jeruk.

Sembari menikmati dagangan si Ibu saya mengajaknya ngobrol. Berbasa-basi tentang asal-usul dan tempat tinggal, kemudian beliau menceritakan anak-anaknya yang sebenarnya melarang beliau berjualan seperti itu. Tapi anak-anak merantau di luar kota, meninggalkannya sendiri di Semarang. Seperti kucing-kucingan, ibu tersebut tetap berjualan di Jl. Pandanaran. Tapi saat anak-anaknya mudik beliau cuti.

Lalu saya teringat Gedung Indosat yang - herannya - sampai saat itu masih saya kira berada di arah Tugu Muda alias Jl. Pandanaran sisi barat. Si Ibu mengoreksi, menurutnya Gedung Indosat sudah lama pindah ke dekat Simpang 5. Tepat di seberang Gramedia, kata beliau.

Saya pun dibuat melongo. Bagaimana tidak? Persimpangan Tugu Muda bisa saya lihat dengan jelas dari tempat saya duduk saat itu, dan si Ibu mengatakan Gedung Indosat ada di dekat Simpang Lima! Paling tidak sekitar satu kilometer jarak yang terbentang antara tempat saya duduk dengan Gedung Indosat. Tak bisa saya bayangkan kalau harus menambah sekilo lagi berjalan kaki. Maka saya memutuskan untuk naik angkot ke arah Simpang Lima.

Antara lelah, bingung dan khawatir terlambat datang, saya tegang melihat satu demi satu gedung-gedung yang dilewati angkot. Saya tidak punya clue di mana Gedung Indosat berada. Setengah berspekulasi, saya meminta diturunkan di dekat Masjid Raya Baiturrahman. Saya ingat betul masjid satu ini. Dulu saat studi tur bersama kawan-kawan Akademi Komunikasi Yogyakarta (AKY) di tahun 2007, bus kami berhenti di pelataran masjid ini.

Eh, dasar rejeki anak saleh. Begitu saya membalikkan badan melihat-lihat situasi, ternyata Gedung Indosat tepat berada di seberang jalan. Rejeki kedua yang saya dapatkan hari itu, acara belum dimulai saat saya masuk ke dalam ruang pertemuan di Lt. 10 gedung tersebut. Alhamdulillah...

Oya, berikut video rekaman perjalanan saya dari Pemalang sampai ke Gedung Indosat Semarang untuk mengikuti acara Fun Blogging 9. Enjoy!


Viewing all articles
Browse latest Browse all 271

Trending Articles