
"MA, ayo cepat kita berangkat!" Mulan berseru pada Mama yang masih sibuk merapikan riasan wajahnya di muka cermin.
Mama tak menjawab. Hanya sesungging senyum tipis terlihat di wajahnya yang tampak mulai keriput. Perlahan Mama menggelengkan kepala melihat tingkah Mulan yang sangat gugup jelang pergantian malam hari itu.
"Acaranya dimulai jam delapan tepat, Mama. Sebelum itu aku harus di-briefing dulu sama panitia, terus make-up lagi. Ini sudah jam setengah tujuh dan kita masih di rumah," kata Mulan lagi, setengah mengeluh.
"Iya, Sayang..." Mama menjawab sekenanya, lalu beranjak dari meja rias.
Mulan tak sabar menggamit lengan mamanya, mengajaknya turun ke lantai bawah di mana Papa sudah menunggu. Rapi dengan setelan jas dan rambut klimis disisir rapi ala mafia Hong Kong.
"Berangkat kita?" Sambut Papa sembari tersenyum lebar.
Mulan dan Mama merasa tak perlu menjawab. Bertiga mereka melangkah ke luar. Sebuah sedan hitam telah disiapkan di halaman oleh Pak Dhani, sopir pribadi Papa. Pria paruh baya itu membukakan pintu-pintu mobil dan mempersilahkan tuan-puannya masuk ke dalam. Sejurus kemudian mobil melaju membelah keramaian jalanan.
Tujuan perjalanan malam itu adalah gedung Jakarta Convention Center di Jl. Gatot Subroto, kawasan olahraga Gelora Bung Karno. Mulan akan menerima penghargaan sebagai juara Lomba Selfie Nasional 2016 di sana. Dalam email yang diterimanya dari panitia, Mulan mendapat bocoran bahwa acara malam itu diliput oleh puluhan jurnalis dari media-media nasional terkemuka ditambah koresponden media asing.
Perjalanan itu dilalui dalam keheningan. Masing-masing penumpang tak bersuara sepatah katapun sepanjang jalan, larut dalam pikirannya sendiri-sendiri.
Pak Dhani memperlambat laju mobil begitu memasuki halaman JCC. Seorang pemuda dengan name tag bertuliskan "PANITIA" menghampiri. Setelah mengetahui mobil berisi rombongan juara, pemuda tersebut menunjuk ke sebuah lajur khusus yang dibuat dari pembatas. Rupanya lajur itu langsung menuju ke pintu masuk gedung.
Halaman JCC sudah penuh. Pak Dhani menjalankan kendaraannya perlahan melewati jejeran mobil aneka jenis dan merek. Mendekati pintu masuk, segerombol orang dengan kamera besar-besar berusaha mendekat. Beberapa di antaranya mengetuk jendela mobil, ingin mengabadikan kedatangan sang juara yang menjadi bintang malam itu.
Mulan tiba-tiba saja merasa gelisah. Ia tak menyangka akan mendapat sambutan seperti ini. Ia bukan artis, hanya seorang mahasiswi tingkat pertama di sebuah kampus tak ternama. Akankah jalan hidupnya berubah malam ini? Hanya gara-gara sebuah foto selfie?
Mama yang melihat gelagat itu tanggap memegang tangan Mulan sembari memberi senyum penuh kedamaian. Seluruh isyarat itu ditangkap Mulan sebagai pengganti ucapan, "It's ok, Honey. Everything will be alright."
Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk. Sebuah karpet merah terhampar dari tempat Pak Dhani menghentikan mobil sampai ke dalam ruang tempat acara berlangsung. Lagi-lagi Mulan dibuat tercekat. Semeriah inikah sambutan untuk seorang juara lomba selfie nasional yang bukan siapa-siapa? Ragu-ragu ia membuka pintu mobil, lalu turun.
Baru saja kakinya menjejak karpet merah, segerombolan jurnalis mengerubuti. Ramai-ramai fotografer mengambil fotonya, sedangkan kameramen kompak menyalakan kamera panggul di bahu mereka. Lalu berpuluh-puluh digital voice recorder bercampur microphone disodorkan ke hadapannya.
Sekilas Mulan melirik beberapa logo yang terdapat pada mik di hadapannya. Napasnya tertahan. Seluruh televisi nasional yang ia tahu ada di sana!
"Mbak Mulan, bagaimana kesannya setelah terpilih sebagai juara pertama?" seorang jurnalis perempuan melontarkan pertanyaan.
Mulan berusaha menenangkan diri. Tersenyum. "Saya sangat terkejut sewaktu pertama kali mendapat pemberitahuan dari panitia. Sampai saat ini pun rasanya seperti mimpi." Itu jawaban pertama yang terpikir di kepalanya.
"Boleh tahu rahasianya apa, Mbak, sampai bisa menyingkirkan ratusan ribu peserta dari seluruh Indonesia dan keluar sebagai pemenang?" tanya jurnalis lain di sisi kanan, berhijab dan berkacamata.
Sembari membalikkan badan ke arah si penanya, Mulan berusaha memikirkan jawaban terbaik. Tapi apa? Tiba-tiba saja ia teringat smartphone yang dipakai berfoto selfie. Smartphone yang dijuluki Selfie Expert oleh teman-temannya, sebab dengan kamera smartphone tersebut foto-foto selfie Mulan selalu terlihat sempurna. Sekalipun tidak diedit.
Dikeluarkannya benda tersebut dari dalam tas. Sebuah smartphone dengan warna putih pada bagian muka dan semu kecoklatan di bagian belakang. Empat aksara yang terdiri dari dua huruf berulang tertera di sana. OPPO.
"Tidak ada rahasia apa-apa kok," jawabnya spontan. "Saya mengambil foto selfie itu memakai smartphone ini. Tanpa diedit pakai aplikasi apapun langsung saya kirim ikut lomba. Hasil-hasil fotonya selama ini memang selalu bagus, tapi saya sendiri tidak menyangka bakal menang."
Terdengar suara orang ramai bergumam. Kini sorotan kamera beralih ke smartphone di tangan Mulan. Jurnalis-jurnalis di sana tahu, itu smartphone yang iklannya dibintangi seorang penyanyi muda berbakat yang tengah naik daun bersama pembalap muda yang baru saja menembus F1. Dua talenta terbaik di bidang masing-masing.

"Itu OPPO Cameraphone yang iklannya dibintangi Isyana Sarasvati dan Rio Haryanto ya, Mbak?" wartawan-wartawan tersebut kompak bertanya.
Mulan mengangguk sembari tersenyum. "Bagi saya, ini smartphone selfie terbaik," ia merasa perlu memberi tambahan dengan kalimat pendek itu.
"Harganya berapa, Mbak?"
Mulan tak percaya mendengar pertanyaan tersebut. Ah, mungkin jurnalis-jurnalis itu hanya ingin mengetesnya, atau benar-benar ingin tahu karena tertarik dengan smartphone yang telah mengantarnya menjuarai Lomba Selfie Nasional. Entahlah.
"Saya tak bisa menyebut nominal, teman-teman bisa mencari informasinya sendiri. Yang jelas saya membeli smartphone ini di Blibli.com. Teman-teman bisa mengecek harga smartphone OPPO F1 ini di sana," jawabnya berusaha diplomatis.
Di saat bersamaan seorang panitia memberinya aba-aba untuk segera masuk ruangan. Mulan meminta maaf pada wartawan yang terlihat masih ingin bertanya banyak, kemudian mengikuti panitia tadi. Papa-Mama berjalan beriringan di belakangnya.
Ballroom rupanya sudah penuh oleh tamu-tamu undangan dan sponsor. Di atas panggung satu kelompok band tengah menyanyikan lagu terbarunya. Mulan dituntun ke deretan kursi paling depan, di jejeran tamu VIP. Tamu-tamu undangan di sana berdiri menyambut kedatangannya. Mulan tersipu.
Di panggung, performa band baru saja selesai. Mereka menjura sebagai ekspresi hormat pada penonton. Setelah itu sepasang MC menuju ke tengah dan memegang mik. Hadirin tenang.
"Selamat datang di malam anugerah Lomba Selfie Nasional 2016. Bersama kita telah hadir seluruh pemenang lomba beserta keluarga masing-masing. Sebentar lagi akan kita saksikan satu demi satu pemenang naik ke panggung untuk mendapatkan penghargaan serta hadiah dari sponsor," ujar MC wanita bersemangat.
Hadirin bertepuk tangan. Dari belakang terdengar suara suitan meningkahi. Mulan memandang berkeliling. Membayangkan reaksi seperti apa yang diberikan penonton saat namanya disebut.
"Juara ketiga diraih oleh Abdul Qadir dari Papua..." MC pria berseru menyebut nama pemenang ketiga.
Penonton kembali bertepuk tangan riuh. Dari deretan VIP berdiri seorang pemuda, usia belasan tahun, memakai kemeja kotak-kotak dipadu celana jins kelabu. Rambutnya keriting. Bergegas ia naik ke panggung. Kedua MC menyalaminya lalu seseorang berpenampilan perlente mendekat, ikut menyalami. Sebuah piala dan bingkisan besar diberikan pada pemuda tersebut.
"Juara kedua dimenangkan oleh Maya Setiawati dari Malang..." kali ini giliran MC wanita menyebut nama pemenang kedua.
Seperti sudah dilatih, penonton menyambut dengan tepuk tangan. Seorang wanita muda berambut lurus sebahu, berpenampilan menarik dengan setelan krem berdiri dan melangkah ke panggung. Urut-urutan kejadiannya sama seperti tadi.
Mulan memperhatikan dengan saksama dari tempat duduknya. Entah mengapa jantungnya semakin berdetak kencang. Sebentar lagi dirinya yang akan naik ke panggung itu, jadi sorotan entah berapa puluh ribu pasang mata yang ada di dalam gedung ini. Jadi bahan berita puluhan jurnalis yang kini sudah menyemut tak jauh dari bibir panggung.
Setelah pemenang kedua dipersilakan meninggalkan panggung, kedua MC kembali mengambil posisi.
"Hadirin yang kami hormati, sebentar lagi kita akan memanggil pemenang pertama Lomba Selfie Nasional 2016," ujar MC wanita. "Namun sebelum itu kami ingatkan kembali bahwa ajang ini merupakan seleksi tingkat nasional. Juara I Lomba Selfie Nasional akan dikirim mengikuti World Selfie Contest yang menurut rencana diselenggarakan di Paris bulan depan."
Deg! Jantung Mulan seakan copot.

Casing OPPO F1 bermotif Menara Eiffel, Paris. FOTO: AliExpress.com
"Serius?" desisnya sembari berpaling pada Mama. Wajahnya kebingungan. "Aku akan dikirim ke Paris dan ikut lomba selfie tingkat dunia?"
Mama dan Papa tersenyum lebar. Bulan depan adalah bulan kelahiran Mulan, dan gadis tersebut sangat menyukai Zlatan Ibrahimovic yang memperkuat Paris Saint-Germain. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka-sangka.
"Baiklah. Mari kita panggil juara pertama Lomba Selfie Nasional 2016, Mulan Hapsari dari Jakarta..." Kali ini kedua MC kompak bersuara, diikuti gemuruh tepuk tangan seluruh penonton.
Mulan masih terpana. Kalau saja Mama tak menepuk bahunya, tentulah ia masih diam tak bergerak. Buru-buru ia berdiri, melangkahkan kaki cepat-cepat ke arah panggung. Sampai di depan panggung Mulan tampak ragu-ragu melangkah. Ada tangga, dan ia mengenakan rok selutut yang sempit. Tak mungkin ia angkat roknya ke atas hanya agar dapat meniti tangga lebih leluasa. Pahanya akan jadi objek foto.
Saat Mulan tengah menimbang-nimbang, MC pria menghampiri bibir panggung lalu turun ke arahnya. Mengulurkan tangan. Mulan terpojok. Mau tak mau ia menyambut uluran tangan tersebut. Dan itu berarti ia harus naik tangga dengan rok sempitnya. Satu, dua, tiga, empat, lima anak tangga berhasil dilaluinya meski sembari terhuyung-huyung. Tinggal satu anak tangga lagi dan ia sudah di atas panggung.
Tapi hal yang tak diduga-duga terjadi. Begitu sampai di atas panggung, MC pria tersebut melepaskan tangannya dari tangan Mulan. Bergegas bergabung kembali ke rekannya di belakang standing mic. Mulan yang masih terhuyung-huyung kaget, kakinya tidak menapak lantai panggung dengan sempurna. Begitu ia melangkah, GEDUBRAKKK!
Penonton terperangah. Kompak berseru kaget.
*****
"AAAAAAA!!!!!" Mulan menjerit sejadi-jadinya. Tubuhnya bergulingan di lantai, baru berhenti setelah kepalanya membentur kaki kursi.
Sambil meringis memegangi kepalanya, gadis manis ini berusaha mendudukkan diri. Memandang sekeliling. Dari pintu tampak Mama menyerbu masuk dengan wajah cemas, masih mengenakan baju tidur. Lalu diikuti Papa.
"Ada apa?"" tanya Mama khawatir.
Mulan menggeleng. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang baru saja dialaminya.
"Mimpi buruk lagi?" desak Mama. Papa berlutut di sebelahnya.
Mulan hanya tersenyum kecut. Perlahan ia mulai ingat urut-urutan kejadiannya.
"Ya sudah, cepetan mandi terus salat Subuh. Sudah jam lima lewat ini," kata Mama lagi sembari mengusap-usap rambut Mulan.
Begitu Mama dan Papa menghilang di balik pintu, Mulan meraih smartphone OPPO F1 miliknya yang terselip di bawah bantal. Aplikasi WhatsApp dibukanya, lalu mencari nama Maya, sahabat karibnya.
"May, loe tahu nggak barusan gue mimpi apa?" ketik Mulan. "Gila! Gara-gara kita hampir tiap hari latihan dance pake lagu Ratu Sejagat, terus kemarin loe ngasih tahu ada lomba selfie, gue tadi mimpi menang lomba tauk. Tapi terus jatuh di panggung!" Emotikon tertawa lebar.
Dari arah belakang rumah terdengar suara kokok ayam jago. Ayam peliharaan Papa.
Catatan: Kisah ini terinspirasi dari lagu Ratu Sejagat ciptaan Dani Mamesah yang pertama kali dipopulerkan oleh Vonny Sumlang, lalu di-recycle oleh Ratu dan Cherrybelle. Kesamaan nama hanyalah kebetulan belaka. Jangan tersinggung ya...
Posting ini diikut-sertakan pada Blibli.com Creative Writing Competition with OPPO F1. Baca disclaimer lengkap blog ini pada laman berikut.