
SUDAH sejak lama saya dibuat tertarik sekali mendalami dunia audio visual. Terlebih setelah melihat perkembangan YouTube yang semakin lama semakin membuat ketar-ketir dunia pertelevisian. Butuh waktu lama memang melawan semua keraguan, tapi saya mantap menggantungkan impian untuk membangun sebuah production house skala kecil dan memproduksi konten-konten video.
Rencana ini sebenarnya sederhana saja. Saya buat video, upload di YouTube, lalu promosikan sesering mungkin di media sosial untuk menjaring penonton. Tentu saja videonya dibuat semenarik dan sebagus mungkin. Dari muatannya serta pengemasannya haruslah jempolan agar penonton selalu kembali ke channel yang saya bangun.
Soal pemasukan, target pertama adalah program partnership yang ditawarkan YouTube. PH rumahan saya dapat meraup pemasukan dari sharing pendapatan iklan di program ini. Jumlahnya memang berbanding lurus dengan jumlah pemirsa video. Namun seiring berjalannya waktu, konsistensi dan keseriusan bakal membuka jalan pemasukan lain. Saya yakin itu.
Apa yang akan saya angkat dalam video-video tersebut? Terdengar agak idealis, tapi saya berniat mempromosikan Kabupaten Pemalang tempat saya berdomisili saat ini. Begitu banyak potensi dimiliki Pemalang, termasuk di dalamnya obyek wisata dan aneka ragam kuliner khas. Ini yang akan saya sebarkan melalui video di channel saya kelak.
Orang mungkin hanya tahu Pantai Widuri dan Widuri Waterpark sebagai obyek wisata unggulan di Pemalang. Pergilah ke bagian selatan kabupaten ini, di mana terdapat banyak obyek wisata alam yang jauh lebih menarik. Sebut saja Curug Bengkawah dan Curug Sibedil yang mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal. Atau perkebunan teh Semugih di Kecamatan Moga, agrowisata di Kecamatan Belik, serta wisata kaki Gunung Slamet lengkap dengan gardu pandang.
Berbicara makanan khas, ikon kuliner nasional Pak Bondan Winarno pernah mencicipi nasi grombyang di alun-alun Pemalang. Tapi Pemalang tak hanya grombyang. Masih ada sate loso, lontong dekem, kue kamir, kerupuk usek, tahu pletok, bakso daging, dan yang belakangan mulai ngetren ayam gepuk dan seblak.
Lainnya, kawasan Pemalang selatan dikenal akan kekayaan buah-buahannya terutama nanas di Kecamatan Belik. Malah kini sudah ada minuman ekstrak nanas produksi lokal Belik bermerek VitaNas. Sedangkan Desa Majalangu di Kecamatan Watukumpul terkenal sebagai produsen sapu glagah, yakni sapu dari tangkai padi. Bergeser ke dekat kota, Desa Wanarejan di Kec. Taman adalah sentra kerajinan tenun tradisional yang masih menggunakan mesin tenun tangan.
Itu baru mengupas yang ada di Pemalang, dan sudah terlihat sangat banyak materi yang bisa diangkat. Padahal saya juga ingin mengangkat kisah inspiratif perantauan asal Pemalang yang sukses di tempat lain.
Kenal dong dengan pebulutangkis nasional Hendra Setiawan? Orang tua Hendra sampai saat ini masih tinggal di Pelutan, kampung kelahiran juara dunia tersebut. Aktor gaek Torro Margens, eks Kapolri Jenderal (Purn.) Sutanto, anggota DPR RI Andriyanto Johan Syah, dan Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Agus Dwi Putranto semuanya adalah putra Pemalang.

Grombyang TV
Untuk itu saya sudah membuat sebuah channel di YouTube, saya namai Grombyang TV. Nama grombyang saya pakai karena boleh dibilang makanan ini adalah kuliner khas Pemalang paling populer. Tanyakan pada orang Pemalang apa makanan khas dari daerah ini, maka yang pertama-tama mereka sebut biasanya grombyang.
Karena lekatnya grombyang dengan Pemalang itulah saya memakai nama makanan ini sebagai nama channel. Selain itu, kata "grombyang" juga hanya terdiri dari dua suku kata, grom-byang, sehingga memudahkan pengucapan sekaligus mudah diingat. Grombyang TV. Saya rasa ini nama yang keren. Hehehehe...
Langkah-langkah persiapan lainnya adalah membeli nama domain untuk situs. Saya sudah memegang nama domain Grombyang.net yang kelak akan berisi informasi-informasi lengkap tentang aktivitas Grombyang TV. Kisah-kisah behind the scene pembuatan video saya rasa bakal menarik disimak, selain menyaksikan videonya di YouTube.
Kalau ada yang bertanya kenapa tidak membeli nama domain Grombyang.tv, persoalannya harga .tv tidak murah. Terlebih untuk dianggurkan begitu saja seperti Grombyang.net saat ini. Di situs penyedia domain langganan saya, Grombyang.tv dibanderol $34.99 setahun. Menurut Google, uang sebanyak itu setara dengan Rp462.000 per 30 Juni 2016 ini. Selisihnya lumayan sekali dibandingkan Grombyang.net yang "hanya" $10.99 setahun alias lebih murah $24.
Lalu saya juga sudah membuatkan akun media sosial bagi Grombyang TV. Di Facebook sudah ada fanpage Grombyang TV yang beralamat di https://facebook.com/GrombyangTV. Saat posting ini dibuat ada 208 orang yang menyukai fanpage tersebut, dan terus bertambah setiap hari. Setidaknya begitu yang selalu saya lihat di notifikasi Facebook saya sebagai pengelola.
Sementara di Twitter saya buatkan akun dengan nama @grombyangnet. Lho, kenapa tidak @grombyangtv saja biar seragam? Masalah klasik, username tersebut sudah ada yang memakai. Saat ditelusuri ternyata pemiliknya adalah pengembang Grombyang OS, yakni operating system Linux buatan programmer asal Pemalang. So, pilihan terbaik adalah menyamakan akun Twitter dengan nama domain.
Grombyang TV
YouTube: https://www.youtube.com/c/GrombyangTV
Google+: https://plus.google.com/+GrombyangTV/
Facebook: https://www.facebook.com/GrombyangTV/
Twitter: @GrombyangNet
Apalagi? Secara teknis, saya sudah setahun belakangan rutin berlatih membuat video. Saya install Magix Movie Edit Pro 2016 di laptop saya yang RAM-nya hanya 2GB. Saya bertekad setiap pekan dapat menghasilkan setidaknya satu video baru untuk diunggah di YouTube. Sebagian besar diunggah ke channel khusus anak-anak saya yang beralamat di http://www.youtube.com/channel/UCVQM0b9bfLjslWjSVe58AFA.
Oya, ini salah satu contoh video tentang makanan khas Pemalang di channel YouTube pribadi saya.
Terpikat Produk ASUS
Selesai? Tentu belum. Sampai saat ini kanal Grombyang TV di YouTube belum ada videonya satupun. Kenapa tak segera diisi video? Jawabannya bisa panjang, tapi kendala utamanya adalah saya belum punya equipment memadai untuk mengedit video secara serius.
Lho, bukannya sampeyan tadi bilang sudah berlatih mengedit video? Benar. Akan tetapi saya terbilang maksa. Yang paham komputer tentu tahu betul kalau RAM 2GB di laptop saya merupakan spesifikasi minimal untuk software editing video. Magix Movie Edit Pro 2016 yang saya pakai sendiri menyebut RAM 2GB sebagai minimum requirement. Artinya, kalau bisa ya lebih dari 2GB agar lebih optimal.
Saya sendiri setiap kali mengedit video sering muncul pesan bahwa memorinya crash. Tak jarang pula tiba-tiba laptop hang di tengah-tengah mengerjakan video. Terlebih bila saya membuat video panjang, dengan footage sangat banyak, ditambah efek visual dan musik, serta layer-nya lebih dari empat. Itulah sebabnya saya agak ngeri kalau mau mengedit video.
Sudah setahunan ini saya melirik-lirik komputer yang lebih oke untuk editing video. Tidak muluk-muluk, saya hanya mencari PC dengan processor Intel i5 dan paling tidak dual-core, RAM 4GB, serta kartu grafis yang memadai agar preview video yang tengah diedit tidak putus-putus. Oya, kapasitas penyimpanan internal (HDD) minimal 500GB, tapi khusus untuk drive C: memakai SSD agar performa komputer lebih kencang.
Suatu ketika saya membeli keyboard dan mouse di Mitra Mandiri Computer yang terletak tak jauh dari perempatan Sirandu, Pemalang. Setelah keyboard dan mouse didapat, saya iseng bertanya-tanya soal komputer untuk keperluan video editing pada teknisinya. Dijelaskan panjang-lebar mengenai spek yang pas, budget-nya berapa, serta beberapa produk built in yang ada di pasaran. Lalu saya diberi katalog ASUS.
Rupanya, Mitra Mandiri Computer merupakan salah satu partner distribusi ASUS di Pemalang. Itulah sebabnya saya lihat beberapa notebook ASUS dipajang di satu etalase khusus di bagian dalam toko. Saya bawa pulang katalog tersebut untuk dibaca-baca.
Tak sekedar memajang produk, dalam katalog tersebut juga ada profil ASUS, penghargaan yang diberikan, serta penjelasan mengenai teknologi yang diterapkan dalam pembuatan produk. Wuih, rupanya ASUS merupakan brand motherboard nomor satu di dunia. Di Indonesia, ASUS menjadi top 2 brand untuk kategori notebook dan pernah dianugerahi Indonesia Brand Champion 2012 oleh Marketeers Award.
Dari sekian halaman awal, saya paling tertarik dengan uraian mengenai kualitas ASUS. Dengan serangkaian tes berat, setiap produk ASUS dijamin dapat tetap memberikan kinerja terbaik dalam kondisi apapun. Itu sebabnya laptop ASUS tidak mengalami kerusakan sedikitpun selama dipakai 600 hari penuh dalam misi luar angkasa di stasiun luar angkasa MIR.
Akhir 2003, dua pendaki gunung tersohor Shi Wang dan Jian Liu mendaki Gunung Vinson (4.897 mdpl) yang merupakan puncak tertinggi di Antartika. Keduanya membawa laptop ASUS S200N untuk merekam dan berbagi pengalaman selama petualangan. Hebatnya, laptop tersebut tetap berfungsi dengan baik di puncak Gunung Vinson yang bersuhu minus 73 derajat Celcius.
Lebih tinggi dari itu, laptop ASUS pernah sampai ke puncak Gunung Everest (8.848 mdpl). Adalah Kapten Yang Wangfong yang membawa ASUS U5 ketika mendaki puncak Everest. Ketika banyak laptop bawaan pendaki tak bisa beroperasi saat mencapai markas utama di ketinggian 5.000 mdpl, ASUS U5 milik Kapten Yang tetap menyala. Dan terus dapat beroperasi hingga mencapai puncak.

Mimpi Punya ASUS Vivo AiO V230IC
Ah, saya tidak akan mendaki Gunung Vinson maupun Gunung Everest. Saya hanya mau mengedit video untuk Grombyang TV. Cari punya cari, tertambatlah mata saya pada ASUS Vivo AiO V230IC. Ini merupakan salah satu tipe dalam lini produk all-in-one PC dari ASUS.
Yang membuat saya langsung terpikat pada ASUS Vivo AiO V230IC karena speknya persis dengan yang saya butuhkan. Persis sama malahan. Coba saja lihat spesifikasinya di bagian paling bawah tulisan ini. Bagi saya yang terpenting prosesornya Intel i5, memorinya 4GB, serta kartu grafisnya oke punya.
Berikut spesifikasi lengkap ASUS Vivo AiO V230IC:
Sistem Operasi | Windows 10 Home DOS |
Display | 23.0″(58.4cm), 16:9, Wide Screen, Full HD 1920×1080/, LED-backlight, IPS, 178° wide viewing angle |
Touch Screen | Multi-touch (10 Fingers Touch) Non-touch |
Prosesor | Intel® Core™ i5 6400T Intel® Core™ i7 6700T |
Chipset | Intel® H110 |
Grafis | NVIDIA® GeForce 930M 2GB |
Memori | 4 GB Up to 8 GB DDR3L at 1600MHz 2 x SO-DIMM |
Storage | 1TB Up to 2TB SATA Hard Drive |
Drive Optik | Tray-in Supermulti DVD RW |
Wireless Data Network | 802.11 b/g/n , Bluetooth V4.0 , NFC *1 |
LAN | 10/100/1000 Mbps |
Kamera | 1 M Pixel |
Audio | SonicMaster Premium |
Speaker | 2 x 2 W |
Built-in Mic | Yes |
Side I/O Ports | 1x USB 3.1 1 x 6 -in-1 Card Reader 1 x Headphone1 x Microphone |
Port I/O Belakang | 1 x USB 3.1 4 x USB 3.0 1 x HDMI-Out 1 x RJ45 LAN 1 x Kensington Lock 1 x Power input |
Card Reader | 6 -in-1: SD/ SDHC/ SDXC/ MS/ MS Pro/ MMC |
Power Supply | 120 W Power adaptor |
Dimensi | 571 x 442 x 50 ~200 mm (WxHxD) |
Berat | 9 kg |
Pilihan Warna | Black |
Aksesori | Keyboard+Mouse , Wired/Wireless AC Adaptor *3 Power Cord Warranty Card Quick Start Guide |
Software | Anti-Virus Trial ASUS WebStorage Office Trial |
Certificates | BSMI/CB/CE/UL/Energy Star/RCM |
Catatan | * Jaminan: 1 Tahun Garansi |
Prosesor Intel i5
Prosesor mumpuni sangat dibutuhkan bagi aplikasi video editing. Yang sering saya alami saat ini adalah leletnya proses impor video, juga preview setelah papan-papan cerita saya susun. Ini dikarenakan prosesor laptop saya kurang memadai kemampuannya untuk pekerjaan seberat mengedit video. Karenanya sering terjadi lag, hingga crash dan hang. Lebih-lebih jika melakukan multitasking.
Di ASUS Vivo AiO V230IC, prosesor Intel i5 yang dipakai didukung teknologi Hyper-Trading Intel dan Intel Turbo Boost Technology. Ini membuat aplikasi olah video yang berukuran besar dapat dijalankan dengan enteng dan cepat. Sebab teknologi Hyper-Trading menggunakan sumber daya prosesor lebih efisien, membuat multi-thread dapat berjalan di masing-masing inti prosesor. Efeknya, teknologi ini meningkatkan throughput prosesor sekaligus performanya secara keseluruhan.
Dengan prosesor Intel i5, proses ekspor video juga bisa jadi lebih cepat. Selama ini saya harus menghabiskan setidaknya 1,5 jam untuk mengekspor video berdurasi sekitar lima menit. Belum lama saya bahkan harus menghidupkan laptop semalam suntuk karena proses ekspor video sepanjang 35 menit membutuhkan waktu hingga 12 jam. Alangkah lamanya.
Ini belum menyebut pemakaian solid-state hybrid drive (SSHD). Ini merupakan teknologi yang menggabungkan kapasitas penyimpanan besar dari hard drive tradisional dengan flash memory super cepat untuk meningkatkan kinerja penyimpanan data. Menggunakan SSHD, ASUS Vivo Aio V230IC tidak butuh waktu booting lama, juga membuat komputer dapat memuat aplikasi besar secara lebih cepat sekaligus memberikan respon sistem lebih besar secara keseluruhan.
Ditambah RAM 4GB dan kartu grafis NVIDIA GeForce 930M 2GB atau Intel HD Graphics, rasanya saya sudah boleh mengucapkan selamat tinggal pada lag, crash, dan hang. Edit video tidak lagi diwarnai umpatan karena komputer tiba-tiba berhenti bekerja.

Port Super Lengkap
ASUS Vivo Aio V230IC dilengkapi sangat banyak port untuk berbagai keperluan. Di bagian belakang terdapat total delapan port, dengan rincian masing-masing satu port daya, port LAN, HDMI dan lima port USB. Nah, kelima port USB ini dibagi lagi jadi dua jenis, yakni satu port USB 3.1 dan empat port USB 3.0.
Port USB 3.1 ini penting sekali untuk memangkas waktu penggarapan video. Berbagai macam video bahan dari handycam, action cam, kamera digital, maupun smartphone dapat dipindahkan dengan cepat lewat port ini. Kecepatan USB 3.1 dua kali lipat dari USB 3.0, jadi file-file video berukuran besar dapat dipindah jauh lebih cepat dari biasanya. Situs resmi ASUS menyebut kecepatan transfer data USB 3.1 dengan ungkapan "lightning speed" alias secepat kilat. Wow!
Berita bagusnya, ASUS Vivo Aio V230IC dilengkapi dua port USB 3.1. Satu port lagi terletak di bagian samping bersama port card reader 6 in 1, port headphone dan port microphone. Card reader 6 in 1 ini juga bakal sangat membantu dalam pemindahan file video dari berbagai bentuk kartu memori. Lebih-lebih bagi yang suka lupa di mana menyimpan kabel data seperti saya.
Bagaimana kalau lupa menyimpan kabel data dan malas membongkar smartphone untuk mengambil kartu memori? Tenang, ASUS V230IC dilengkapi dengan teknologi NFC atau Near Field Communication. Teknologi ini memungkinkan perpindahan data antardua perangkat secara wireless. Misal ingin menyaksikan foto atau video dari smartphone di monitor ASUS Vivo Aio V230IC, cukup letakkan hape di sebelah kanan bagian bawah monitor dimana tertanam sensor NFC. Secara otomatis foto dan video ditayangkan di layar.
Sebagai tambahan, di sebelah sensor NFC terdapat wireless charger yang dapat mengecas baterai smartphone tanpa kabel. Ah, saya jadi bisa mengecas ASUS Zenfone C saya deh (Baca juga: Foto Bareng Pramugari Berhijab berkat Kamera Ponsel ASUS Zenfone C). Cukup letakkan smartphone di bagian kiri sebelah bawah monitor, secara otomatis baterai akan terisi dengan sendirinya. Praktis.

Layar Sentuh 10 Jari
Satu terobosan lain yang dihadirkan ASUS Vivo Aio V230IC adalah teknologi multi-touch. Memakai layar sentuh, monitor dapat membaca 10 sentuhan jari sekaligus. Dengan demikian saya dapat mengimpor beberapa video bahan sekaligus hanya dengan sekali sentuhan tangan. Lebih cepat.
Saya belum mencobanya, tapi kalau layar dapat merespon seluruh 10 sentuhan sekaligus, artinya saya bisa menyusun storyboard dengan dua tangan sekaligus. Tangan kiri ke sana, tangan kanan ke sini. Dengan 10 jari seluruhnya menyentuh area berbeda. Ini bakal jauh lebih cepat ketimbang menyusun papan cerita menggunakan kursor yang dikendalikan lewat mouse.
Bodi Tipis, Hemat Ruang
Ruang kerja saya hanyalah sebuah meja televisi yang dialih-fungsikan jadi meja untuk laptop. Meja ini terletak di dalam kamar, jadi terbayang betapa mungilnya ruang kerja saja yang hanya berupa seperangkat meja-mursi di satu sudut kamar. Kalau mau tidur, kursi dipindah ke ruangan lain agar tempat tidur jadi lebih lega.
Saat mencari-cari komputer untuk keperluan video editing, saya sempat berpikiran membeli desktop. Tapi pikir punya pikir, desktop berarti sebuah PC, sebuah monitor, plus keyboard dan mouse. Ditambah printer dan speaker, bakal sesaklah meja kerja saya yang hanya seuprit. Belum lagi tumpukan buku dan alat tulis yang selalu tersedia di samping laptop.
All-in-one PC seperti ASUS Vivo Aio V230IC adalah jawaban bagi pekerja dengan ruang kerja terbatas seperti saya. Sekilas bentuknya seperti sebuah televisi layar datar. Dimensinya 571 x 442 x 50 ~200 mm, tidak terlalu besar dan tipis. Jadi tidak memakan banyak ruang di meja kerja saya.

Suara Jernih, Monitor Tajam
Dua fitur lain yang berkaitan erat dengan video editing adalah built-in speaker dan monitor. ASUS Vivo Aio V230IC menggunakan teknologi SonicMaster Premium sehingga suara yang dihasilkan dari speaker bawaan begitu jernih dan bertenaga. Setiap suara terdengar lebih baik dan seimbang, cocok untuk menggarap video yang kerap saya beri tambahan musik.
Kemudian monitornya yang tajam membuat setiap detil video terlihat jelas. ASUS V230IC menggunakan tampilan LED-backlit yang memungkinkan layar didesain setipis mungkin, dengan teknologi in-plane switching (IPS) untuk tampilan lebih baik dari segala sudut. Tentu saja monitornya sudah mendukung Full HD resolusi 1920 x 1080 yang menjadi standar video YouTube saat ini. Cocok!
Oya, calon video creator seperti saya juga akan sangat terbantu dengan keberadaan mic internal. Ini diperlukan saat menggarap video yang membutuhkan narasi tambahan. Tak perlu lagi memakai digital video recorder atau aplikasi perekam suara di smartphone, cukup tekan saja tombol record di Magix Movie Edit Pro 2016 dan narasi langsung tersimpan di dalam komputer.
Built-in mic ini juga penting untuk layanan komunikasi seperti Skype dan Google+ Hang Out. Tak perlu lagi mencolokkan mic external atau memakai headseat yang ada mik seperti pilot. Miknya sudah tertanam, built-in, jadi langsung saja deh cuap-cuap dengan lawan bicara.
Well, itu dia impian yang sangat ingin saya wujudkan saat ini. Saya sudah memulainya dengan melakukan hal-hal yang bisa saya kerjakan sekarang, seperti membuat akun media sosial. Saya juga sudah menyusun rencana pembuatan video, tema apa saja yang akan digarap, bagaimana konsepnya. Semuanya masih di atas kertas.
Dari hanya sendirian, di mana saya merangkap semua pekerjaan (mengambil gambar, jadi talent, mengedit video, mengunggah ke YouTube, sampai promosi di media sosial), saya yakin lambat laun Grombyang TV akan berkembang. Bukankah perusahaan sebesar Google juga awalnya didirikan oleh dua orang saja dari dalam kamar asrama mahasiswa?
Untuk mengeksekusi ide ini saya butuh perangkat memadai. Karenanya saya sangat mendambakan ASUS Vivo Aio V230IC sebagai peralatan tempur. Saya bisa membayangkan, betapa serunya mengedit video menggunakan perangkat satu ini.
Blang-bleng, satu demi satu video selesai digarap. Was-wus, dengan prosesor Intel i5 dan drive SDHC saya tak perlu lagi menunggu hingga belasan jam saat mengekspor video. Terakhir, unggah video-video tersebut ke YouTube dan galakkan promosi di media sosial. Insya Allah viewers membanjir. Amin...
Bantu saya dengan doa ya, Teman-Teman...
Artikel ini diikut-sertakan dalam Start Up, Now! Writing Competition yang diselenggarakan oleh Asus Indonesia dan Intel Indonesia. Baca disclaimer blog ini selengkapnya pada laman berikut.