Quantcast
Channel: bungeko.com
Viewing all 271 articles
Browse latest View live

Koin Receh Penyelamat di Tanggal Tua

$
0
0
JANGAN sekali-kali meremehkan uang receh. Uang pecahan-pecahan kecil dalam bentuk koin tersebut bisa sangat membantu dalam kondisi tanggap darurat. Setidaknya, beginilah pengalaman pribadi saya yang berulang kali terbantu oleh uang receh di saat-saat paling kritis dalam hidup.

"Maaf ya, Pak, kembaliannya uang receh," ujar kasir minimarket di Jl. Lingkar Selatan Pemalang tempat saya berbelanja pada suatu waktu.

Saat itu saya membelikan beberapa potong es krim untuk anak-anak, totalnya hanya kurang beberapa ribu rupiah dari Rp30.000. Saya pun menyodorkan dua lembar uang, masing-masing bergambar Sultan Mahmud Badaruddin II dan Oto Iskandar Di Nata, pada kasir yang kemudian memberi kembalian berupa koin-koin serupa perak mengilap.

Setibanya di rumah uang receh itu saya kumpulkan di satu tempat khusus. Saya dan istri sudah sepakat mau diapakan koin-koin itu. Disesuaikan dengan pecahannya, biasanya seperti ini cara kami mengalokasikan koin receh kembalian dari warung atau minimarket:


Pecahan Rp100 dan Rp200, Jatah Pengamen
Meski nilainya sangat kecil, tapi jika dikumpul-kumpulkan koin nominal Rp100 dan Rp200 masih sangat berharga. Ingat pepatah mengatakan sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, bukan? Hitung-hitungan sebentar, jika kita punya 50 keping Rp100 maka total uangnya berjumlah Rp5.000. Di Pemalang, uang sebesar ini masih bisa dipakai membeli nasi sayur dengan lauk telur goreng lho.

Jangan lupakan pula masih banyak orang lain yang memandang uang koin Rp100 dan Rp200 sebagai harta berharga. Ambil contoh pengemis, atau pengamen yang di sini kerap kali mendatangi rumah demi rumah untuk mengumpulkan recehan sebagai penyambung hidup.

Nah, kami mengumpulkan uang-uang pecahan ini di satu wadah khusus sebagai 'dana cadangan' untuk memberi pengamen dan pengemis tersebut. Tentu saja memberinya tidak sekeping dua. Paling tidak sebesar Rp500 yang terdiri dari dua keping Rp200 ditambah sekeping Rp100, atau bisa juga tiga keping Rp100 plus sekeping Rp200. Tak jarang sampai Rp1.000, berupa lima keping Rp200-an.

Pecahan Rp500, Uang Parkir
Khusus koin Rp500 kami tempatkan di wadah lain yang lebih tertutup. Kadang di dalam toples kosong bekas wadah sosis, kadang pula hanya digeletakkan di salah satu sudut kosong dalam lemari buku. Kalau koinnya semakin banyak, istri akan memindahkannya ke sebuah dompet butut dan disimpan di lemari pakaian.

Ada dua kegunaan Rp500 ini. Pertama dan terutama, untuk membayar parkir. Jika bepergian ke kota, saya atau istri akan membuka lemari atau dompet butut tadi dan mengambil beberapa keping koin Rp500. Biaya parkir sepeda motor Rp1.000, sedangkan mobil Rp2.000. Dengan demikian kami tak perlu bingung mencari uang kecil di tempat parkir. Kedua, uang Rp500 akan dikeluarkan untuk pengemis atau pengamen kalau stok Rp100 dan Rp200 sudah habis.

Pecahan Rp1.000, Ditabung
Jika koin Rp100, Rp200, dan Rp500 dikhususkan untuk keperluan "remeh-temeh" alias uang khusus dibagi-bagi, maka koin bergambar angklung selalu kami simpan sebagai tabungan. Benar-benar tabungan dalam arti sebenar-benarnya, sehingga begitu masuk ke dalam celengan tidak kami keluarkan lagi kecuali dalam kondisi sangat mendesak.

Kami punya satu celengan khusus untuk menampung koin-koin Rp1.000 ini. Berapapun koin Rp1.000 yang kami dapatkan hari itu, semuanya langsung masuk ke dalam celengan. Saya bahkan tak jarang sengaja menukar beberapa ribu rupiah uang kertas dengan koin Rp1.000 pada tukang parkir kantor pos kenalan saya sebagai tabungan. Kadang cuma beberapa ribu, tapi pernah juga sampai puluhan ribu.

Oya, jangan bayangkan celengan khusus itu berupa celengan ayam dari tanah atau plastik itu ya. Kami hanya memakai botol minuman kemasan kosong, pernah pula ditaruh di dalam kaleng bekas biskuit lebaran. Baru setelah celengan ayam anak-anak dibongkar, kami pindahkan koin-koin tersebut ke bekas celengan anak-anak.

Ngirit ceritanya, hehehe...


Diselamatkan Koin Receh
Dari sekeping-dua keping, lama-kelamaan koin-koin Rp1.000 tersebut bertambah banyak. Kami tak pernah menghitung berapa perolehan koin Rp1.000 pada hari itu. Yang kami tahu dan selalu lakukan adalah, begitu mendapat kembalian koin Rp1.000, langsung deh uang itu masuk ke dalam celengan khusus. Kami lakukan itu sedisiplin mungkin.

Saya bukan pegawai yang punya gaji tetap, baik tetap waktu cairnya maupun tetap besar uangnya. Penghasilan saya setiap bulan selalu dalam tanda tanya: kapan dapatnya dan berapa banyaknya? Kondisi duit ngepas lebih akrab kami alami, sehingga strategi memperpanjang napas di tanggal tua sangat fasih kami jalani. Salah satunya menabung koin receh.

Kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak jaman kuliah di Jogja dulu. Saya mulai mengumpulkan koin receh setelah membaca buku Kunci Emas karya LY Wiranaga yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2003. Salah satu bagian buku tersebut membahas tentang sesosok ibu yang di masa tuanya bisa berwisata keliling dunia tanpa mendapat sokongan sepeser pun dari anak-anaknya. Rahasianya? Selama berpuluh-puluh tahun ibu tersebut berpantang membelanjakan uang koin!

Saya tak muluk-muluk ingin berwisata keliling dunia seperti si ibu ketika kemudian ikut-ikutan menyimpan seluruh kembalian berupa koin yang saya terima. Saya hanya merasa, menyimpan koin adalah cara menabung paling tidak memberatkan yang bisa dilakukan oleh anak kos. Itu saja.

Pada suatu ketika, saya harus berterima kasih pada kisah inspiratif ibu dalam buku tersebut. Saat mesin ATM tak bisa lagi mengeluarkan uang karena saldo rekening limit, saya membuka tabungan receh. Saya pilah-pilah menurut pecahan, lalu dihitung dan dikumpulkan dalam plastik terpisah. Dengan menahan malu saya tukarkan koin-koin tersebut di tetangga yang punya usaha wartel dan warnet. Hasil penukaran tabungan koin itu bisa untuk bertahan hidup selama sebulan. Alhamdulillah...

Itu kisah semasa masih kuliah. Setelah berkeluarga, pernah pula kami diselamatkan oleh simpanan koin receh. Ceritanya saldo kami habis, sedangkan artikel belum ada yang dimuat, naskah buku berkali-kali ditolak, sedangkan stok susu anak semakin menipis. Jadilah saya membongkar tabungan koin receh kami, lalu dengan muka merah membeli sekotak susu formula di sebuah minimarket dengan koin pecahan Rp500 dan Rp1.000.

Kejadian tersebut sudah berlalu lima tahun, tapi saya masih mengingatnya dengan jelas. Jelas sekali! Hahahaha...

Atur Kemudi agar Selamat Sampai Tujuan
Berangkat dari situ kami kemudian menyusun perencanaan keuangan agar tak sampai membongkar-bongkar tabungan koin receh lagi dalam kondisi tanggal tua. Langkah-langkah kami susun bersama, untuk dijalankan secara disiplin. Maklum, anak-anak sudah mulai sekolah sehingga perencanaan finansial keluarga harus lebih rapi.

Belajar dari pengalaman, ditambah hasil membaca sejumlah referensi dan mengamati lingkungan sekitar, kami punya keyakinan bahwa setiap manusia sejatinya sudah diberi rejeki yang cukup untuk kebutuhan hidup masing-masing. Yang membuat tidak cukup, manusia seringkali lebih mementingkan gaya hidup ketimbang kebutuhan hidup.

Berikut cara kami mengatur keuangan agar tak mengalami krisis tanggal tua akut. Semoga langkah-langkah berikut bermanfaat bagi kita semua.

1. Menentukan skala prioritas
Orang hidup banyak kebutuhan, saya setuju itu. Tapi kita bisa memilah-milah semuanya menjadi tiga tingkatan: utama, penting dan tidak penting. Istilah kerennya kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Fokuslah mula-mula pada kebutuhan primer seperti pangan. Ini prioritas. Kecukupan pangan menjamin kita tenang sehingga bisa memikirkan kebutuhan lain-lain.

Tak perlu mewah-mewah, terpenting ada nasi dulu. Soal sayur dan lauk bisa disesuaikan kok. Kami sendiri mendidik anak-anak untuk menyukai segala jenis makanan dari dapur sendiri, baik hanya tempe goreng ataupun ayam bakar. Lalu setelah urusan pangan ada lagi kebutuhan sekolah anak yang tak bisa ditawar.

Bagi saya sendiri yang penting iuran Speedy terbayar tepat waktu setiap bulan. Bisa gawat kalau sampai telat, karena terlambat sehari berarti denda Rp5.000 dan terlalu sering menunggak bisa membuat jaringan internet diputus. Saya tak bisa berjualan dan bekerja tanpa internet.

2. Atur rencana belanja bulanan, dan patuhi dengan disiplin
Istri saya sangat rajin sekali menyusun daftar kebutuhan bulanan. Berdasarkan kebutuhan dan pengeluaran bulan lalu, ia bisa memperkirakan berapa kebutuhan kami pada bulan berikutnya, apa-apa saja barang yang harus dibeli, dan seberapa banyak jumlahnya.

Di nomor-nomor awal tertera kebutuhan-kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seperti belanja dapur, kebutuhan mandi dan cuci, uang sekolah anak, tagihan ini-itu. Barulah disusul kebutuhan lain yang perlu, namun tidak terlalu mendesak. Dan di nomor-nomor buncit ada pos-pos yang masuk kebutuhan tidak penting namun perlu juga, misalnya makan di luar atau berwisata.

Dengan begitu kami jadi tahu berapa banyak uang yang kami butuhkan dalam sebulan tersebut. Kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok berapa, kalau kebutuhan-kebutuhan sekunder dipenuhi jadi berapa, dan jika seluruh yang ada dalam daftar dipenuhi berapa. Tahan nafsu sedikit saja, maka uang yang seharusnya dibelanjakan untuk kebutuhan tersier bisa berubah jadi tabungan, atau setidaknya dana cadangan darurat.

3. Hanya berbelanja sesuai kebutuhan, bukan keinginan
Kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, rejeki yang diberikan Allah pada manusia tak akan kurang. Hanya saja kita kerap lebih suka memperturutkan hawa nafsu, sehingga mementingkan gaya hidup alih-alih kebutuhan hidup. Akhirnya ya harus tambal sulam karena sampai kapanpun hawa nafsu itu tidak akan pernah terpuaskan, sementara penghasilan kita ada batasnya.

Kami sadari kalau ingin selamat kami hanya perlu mengeluarkan uang untuk apa yang kami butuhkan. Hindari membeli sesuatu hanya berdasarkan keinginan. Pergi ke toko niatnya membeli beras dan gula, tapi karena tergiur promosi beli dua gratis satu akhirnya serenteng kopi sachet ikut dibawa pulang. Padahal di rumah sudah ada kopi bubuk. Tentu saja ini pemborosan.

Ada sales panci datang ke rumah, menawarkan cicilan ringan dengan tempo setahun, eh, tertarik beli. Jadilah terikat hutang selama setahun untuk panci baru, padahal panci lama masih bisa dipergunakan dengan baik. Ini pengeluaran mubazir yang semestinya bisa dihindari.

"Tapi kan pancinya bisa disimpan, tidak akan rusak." Betul. Tapi kenapa mau terikat hutang selama setahun untuk barang yang tidak kita diperlukan benar?

Langkah paling mudah untuk meredam godaan keinginan saat berbelanja adalah dengan membuat daftar belanja. Catat apa-apa saja yang dibutuhkan saat itu, dan patuhilah daftar tersebut. Akan lebih baik lagi kalau sudah tahu kisaran harga sehingga dapat membawa uang pas.


4. Pentingkan fungsi, bukan gengsi
Poin-poin di atas lantas membuat kami lebih mempertimbangkan fungsi ketimbang gengsi setiap kali hendak membeli sebuah barang. Saat membeli sepeda motor, contohnya, saya tak tertarik tawaran promo kredit varian terbaru dari saudara yang bekerja di perusahaan pembiayaan. Alih-alih, saya lebih suka membeli sepeda motor lama milik kakak ipar yang sudah tidak dipakai lagi sejak ia mengambil kredit sepeda motor baru.

Begitu pula ketika saya membeli handphone pada tahun 2010. Karena hanya butuh perangkat untuk menelepon dan berkirim SMS, saya cukup mengambil sebuah hape Samsung seharga Rp150.000 ketimbang Blackberry yang tengah jadi primadona. Barulah ketika kebutuhan toko online yang kami kelola menuntut tambahan fasilitas layanan konsumen menggunakan Blackberry Messenger (BBM), kami membeli Blackberry pertama. Kemudian disusul yang kedua tak sampai setahun berselang.

Kini, ketika layanan aplikasi chatting lain juga dibutuhkan, kami membeli smartphone Android yang masing-masing dipegang saya dan istri. Ini semua dibeli berdasarkan apa yang kami butuhkan saat itu, dan semuanya bertujuan mendukung toko online kami yang mana merupakan sumber penghasilan keluarga. Jadi, boleh dibilang ini pengeluaran produktif.

5. Cari toko yang menawarkan harga terbaik
Bagi istri saya, selisih harga Rp1.000 sangat berarti. Ketika tengah berbelanja di sebuah minimarket dan saya ingatkan deterjen mau habis, ia bilang, "Mending beli di pasar aja." Rupanya harga deterjen di toko langganannya yang ada di pasar lebih murah sekian rupiah. Begitu pula dengan kebutuhan-kebutuhan lain. Istri saya rela berpindah-pindah toko demi menghemat uang belanja.

Untuk keperluan lain di luar urusan dapur dan mandi-cuci, utamanya pakaian atau gadget, saya lebih suka berbelanja online. Pemalang kota kecil, kita harus menunggu lama untuk mendapatkan pakaian model terbaru atau gadget terkini. Cara cepat nan mudah untuk mendapatkan produk kekinian adalah berbelanja secara online. Tinggal tunggu 2-3 hari, barang sudah sampai ke rumah.

Tentu saja saya pilih toko online atau marketplace yang memberi harga terbaik, menawarkan diskon menarik, dengan seabrek fasilitas menguntungkan.

Cukupi Sesamamu, Maka Dirimu Akan Dicukupi
Selain kelima langkah teknis tersebut, ada satu strategi lagi yang kami lakukan sebagai pelengkap ikhtiar: sedekah. Tak peduli tengah lapang atau sempit, selalu kami sisihkan rejeki untuk bersedekah. Ini merupakan bentuk rasa syukur kami atas rezeki yang diberikan Allah, sekaligus kepedulian terhadap sesama yang lebih membutuhkan.

Kami percaya pada janji Allah, bahwa orang-orang yang membantu sesama akan dibantu oleh-Nya. Cukupi kekurangan saudaramu, maka kekuranganmu akan dicukupi. Demikian ajaran yang saya percaya betul kebenarannya. Bukan percaya asal percaya, karena beberapa kali saya pernah mengalaminya sendiri. Di antara semuanya, dua kejadian ini yang masih saya ingat betul.

1. Sedekah langsung dibalas, malah lebih banyak!
Saya mengikuti akun Twitter gerakan sosial Sedekah Rombongan (SR) yang digagas oleh Saptuari Sugiharto. Di akun tersebut kerap di-share foto-foto pasien dampingan SR yang dana pengobatannya 100% dari berasal dari hasil sumbangan donatur di seluruh Indonesia. Baik yang menyumbang puluhan atau ratusan ribu, sampai yang memberi jutaan rupiah.

Lama-kelamaan saya tergerak ikut membantu. Lalu sembari sarapan saya mengirimkan seluruh hasil penjualan pada hari sebelumnya ke rekening SR. Tak banyak sih, tapi ya lumayan juga untuk ukuran pedagang online kecil seperti saya. Omset satu hari penuh lho, dan kebetulan kemarin lebih banyak dari biasanya.

Usai sarapan, seorang bapak datang bertamu. Rupanya bapak tersebut teman sekantor pembeli saya yang datang tempo hari. "Boleh lihat-lihat koleksinya, Mas? Saya punya beberapa koleksi, pengen saya lengkapi," ujar si Bapak.

Saya pun mengeluarkan dagangan yang tersusun rapi dalam album-album uang kertas. Ada pula yang diletakkan dalam wadah-wadah plastik bekas tempat jajanan anak-anak. Si Bapak melihat-lihat, memilih beberapa dan disisihkan di sebelah tangannya, lalu meminta saya menghitung. Saya menyebutkan nominal, kemudian si Bapak mengeluarkan dompetnya untuk membayar. Lunas, tanpa menawar.

Transaksi itu berlangsung sangat cepat. Hanya sekitar seperempat jam kemudian si Bapak sudah pamit karena harus kembali ke kantor. Begitu si Bapak menghilang dari pandangan, saya membereskan dagangan yang berceceran di atas meja tamu, lalu menghitung uang hasil transaksi pagi itu. Ada beberapa lembar Rp100.000 dan Rp50.000, bercampur dengan lembaran-lembaran berwarna hijau dan ungu.

Alamak! Hitung punya hitung, hasil transaksi tersebut besarnya dua kali lipat dari nominal uang yang saya transfer ke rekening SR tepat sebelum kedatangan si Bapak. Allahu akbar!

2. Uang dipinjam teman, dikembalikan oleh Allah dalam bentuk pekerjaan
Suatu ketika seorang teman mengirim SMS hendak meminjam uang pada saya. Ia sedang butuh uang segera karena adiknya harus membayar uang sekolah hari itu juga. Ia sudah berusaha meminjam ke tetangga kanan-kiri, tapi hingga saat itu belum ada yang memberi pinjaman. Terpaksa ia meminjam pada saya yang berjarak ratusan kilometer dari tempat tinggalnya.

Tak banyak sih yang dipinjam, ia hanya menyebut angka Rp800.000. Masalahnya, saldo di rekening saya hanya tersisa Rp500.000. Itu bekal kami yang tersisa hingga ada pemasukan lagi yang entah kapan datangnya. Saya lantas berunding dengan istri, lalu kami bilang pada teman tersebut bahwa kami hanya bisa meminjamkan Rp450.000. Sisanya silakan usahakan lagi.

Teman saya tak punya rekening bank, jadi uang dikirim lewat wesel pos. Dengan uang pinjaman dari kami itulah biaya sekolah adik teman saya tersebut terbayarkan. Sedangkan untuk kekurangannya, teman saya berhasil melobi pihak sekolah agar memberikan tenggat waktu hingga beberapa bulan ke depan. Dicicil dua kali ceritanya. Kami ikut senang mendengarnya.

Beberapa hari setelah itu, sebuah telepon masuk ke hape saya. Rupanya teman saya di Solo sedang butuh tenaga content writer. "Kamu nulis untuk blog ini ya. Sehari 4-5 judul saja nggak apa-apa, nanti aku buatkan username dan password biar kamu bisa langsung masuk ke dashboard," katanya tanpa basa-basi.

Untuk pekerjaan tersebut, saya diberi fee Rp 2 juta sebulan. Alhamdulillah...

*****

Saya selalu percaya bahwa Allah menjamin rezeki tiap-tiap makhluk hidup ciptaannya. Karenanya saya tak terlalu risau ketika tanggal tua dan tak ada uang sepeser pun di kantong maupun saldo rekening. Saya percaya, Allah pasti akan memberikan rezekinya di saat saya benar-benar membutuhkkan. Beberapa kali terjadi, saat kami butuh uang saat itulah ada saja yang memberi uang dalam berbagai bentuk.

Saya juga percaya, dalam rezeki saya ada sebagian hak orang lain yang dititipkan Allah. Karenanya saya dan istri selalu berusaha membantu siapapun yang datang meminta bantuan, baik kami sedang lapang maupun dalam kondisi sama-sama tanggal tua. Uang yang kami dapat adalah pemberian Allah, maka bagaimanapun cara dan kapanpun Ia memintanya kembali harus kami berikan dengan tulus ikhlas.

Semoga bermanfaat!

Ini Alasan Saya Lebih Suka Belanja Online

$
0
0
DI jaman di mana internet sudah jadi kebutuhan seperti sekarang, perlahan tapi pasti kebiasaan masyarakat bergeser. Termasuklah di dalamnya soal belanja-belanji. Saya sendiri kini berada di level lebih merasa nyaman belanja online ketimbang mendatangi toko. Tentu saja ada alasan kenapa begitu. Mau tahu?

Ceritanya saya tinggal di sebuah kota kecil di pesisir utara Pulau Jawa, Pemalang. Ini kota yang nyaris tak terlihat di peta. Orang dengan mudah mengenali Tegal atau Pekalongan, tapi kebingungan mencari Pemalang. Saya sendiri baru ngeh ada kabupaten bernama Pemalang setelah berkenalan dengan perempuan yang sekarang jadi istri saya. :)

Jangan heran kalau orang suka salah mengidentifikasi Pemalang. Setiap kali saya menyebut nama Pemalang, mereka menjawab, "Oh, di Jawa Timur ya?" Mereka kira Malang. Karenanya sewaktu merintis sebuah clothing kaos khas Pemalang, seorang kawan saya membuat tagline"Pemalang Itu Jawa Tengah!"

Lalu, apa hubungannya Pemalang kota kecil dengan saya yang lebih nyaman belanja online?

Begini. Sebagai kota kecil, akses kemana-mana jadi terbatas. Saya tidak bisa menyaksikan film Rudy Habibie yang inspiratif, atau film Bangkit! yang dibintangi aktor idola saya Vino G. Bastian. Kenapa? Karena di Pemalang tidak ada bioskop. Kalau mau menonton film harus pergi ke Tegal atau Pekalongan, itupun tidak selalu film terbaru diputar di bioskop-bioskop dua kota tersebut.

Alasan Saya Lebih Suka Belanja Online
Okelah, film itu kebutuhan tersier. Orang masih bisa hidup tanpa menonton film, bukan? Tapi saya paling tidak tahan tidak membeli buku-buru terbaru. Apalagi kalau baca resensi yang ditulis kawan-kawan di blognya.

Masalahnya, di Pemalang juga tidak ada toko buku. Bedakan dengan toko alat tulis yang menjual buku-buku pelajaran sekolah ya. Kalau itu sih ada banyak di sini. Pameran buku hanya ada setahun sekali, dengan jumlah stand terbatas, dan koleksi buku-buku cetakan lama yang tidak laku. Hmmm....


Nah, biasanya saya beli buku secara online. Berat di ongkos kirim sih, tapi masih lebih murah dibanding ongkos ke kota terdekat yang ada toko buku bonafid. Tak cuma buku, saya pun lebih suka mencari berbagai barang yang sedang dibutuhkan lewat internet. Tentu saja ada alasan kenapa begitu.

1. Barang yang saya cari tidak/belum ada di Pemalang
Harap maafkan kalau lagi-lagi saya ulangi soal Pemalang yang kecil dan serba terbatas. Tapi ini alasan paling utama. Saya butuh gorilla pod, misalnya. Muter-muter ke beberapa toko kamera terkenal di sini, yang ada cuma tripod dan monopod. Lainnya lagi malah hanya menyediakan tongsis.

Pernah saya terpikat sama satu handycam di sebuah toko online. Speknya lumayan bagus untuk merekam video, harganya ramah di kantong. Seperti biasa saya bookmark dulu halaman tersebut, merek serta tipe handycam itu saya ingat-ingat. Saya mau coba cari dulu di Pemalang mana tahu ada yang jual. Betul sekali, saya tidak bisa menemukan handycam itu!

Ya sudahlah, mau tidak mau saya harus membelinya di toko online kan?

2. Harga barang yang sama di Pemalang lebih mahal dari toko online
Ini sering sekali terjadi, dan beberapa kali saya mengalaminya sendiri. Contohnya sewaktu saya mau membeli tripod murah-meriah beberapa bulan lalu. Sebut saja mereknya MurmerPod. Saya survei harga dulu di internet, dan ketemulah paling murah Rp125.000. Tambah ongkos kirim Rp27.000 totalnya jadi Rp152.000.

Tapi saya tidak langsung ambil tripod itu. Saya coba cari dulu di beberapa toko kamera di sini dengan harapan ada menjual seharga segitu. Tahu berapa harga yang mereka minta? Rata-rata menyebut angka Rp250.000! Ya, bisa ditawar tentu saja. Setelah nego-nego halus, salah satu toko mentok cuma mau lepas seharga Rp175.000. Ya uwis, bye bye...

3. Saya bisa belanja sambil mengerjakan yang lain
Ini poin yang paling saya sukai. Kalau beli di toko konvensional saya harus keluar rumah. Ya, mana mungkin bisa beli barangnya kalau tidak mendatangi tokonya? Selama keluar itu saya meninggalkan anak-anak bermain sendiri, atau ditemani istri yang membuatnya dengan terpaksa menunda pekerjaan-pekerjaan domestik.

Saya sendiri tak bisa melakukan yang lain selama berbelanja. Kecuali update status di sosmed, itupun kalau sempat dan ada hal menarik yang saya rasa layak dibagikan. Tak jarang setelah mencari-cari selama itu saya pulang dengan tangan hampa. Kadang barangnya tidak ada, kadang harganya yang tidak cocok.

Sebaliknya, berbelanja online bisa saya lakukan sembari menggarap pekerjaan lain. Bisa nyambi menulis posting baru di blog, nge-buzz artikel untuk menggenjot trafik, atau setidak-tidaknya sambil bermain bareng anak-anak. Yang ibu-ibu pasti sepakat dengan poin terakhir, iya kan?


4. Berbelanja online itu menghemat waktu
Waktu adalah uang. Kalau kita bisa memanfaatkan waktu untuk mencari uang, kenapa malah melewatkannya untuk kegiatan menghabiskan uang seperti berbelanja? Hehehe...

Bayangkan. Untuk berbelanja di toko saya harus meluangkan waktu kurang-lebih 2-3 jam. Rinciannya: perjalanan pergi-pulang, mencari-cari harga terbaik dari satu toko ke toko lain, diskusi dengan pelayan toko yang belum tentu paham produk yang dijual di tokonya, plus antri membayar di kasir.

Waktu 2-3 jam itu khusus buat putar sana-sini, dari berangkat sampai pulang hanya untuk mencari barang sampai mendapatkan yang pas di hati sekaligus ramah di kantong. Bukan waktu yang sebentar lho itu.

Sebaliknya, waktu untuk berbelanja online tidak sampai 2-3 jam. Saya tidak perlu keluar rumah, jadi tidak butuh waktu untuk berangkat ke dan pulang dari toko. Juga tidak perlu antri di kasir. Cukup pilih-pilih, pencet-pencet, belanja pun selesai. Anak-anak senang ditemani, istri lega bisa memasak dan mencuci, saya dapat barang yang dibutuhkan.

Bijak Memilih Toko Online
"Tapi, Mas, di internet kan rawan penipuan," kata seorang tetangga yang tahu saya beli apa-apa lewat internet. Tetangga kanan-kiri saya penasaran dan bertanya karena sering melihat kurir ekspedisi datang ke rumah mengantarkan paket-paket. Kalau pas belanjaan saya banyak, paket yang diantar besar sekali sehingga terlihat mencolok.

Ini kekhawatiran umum. Berita-berita penipuan di internet selalu saja ada di televisi atau koran. Biasanya tertipu toko online bodong, dengan modus uang sudah ditransfer tapi barang tak kunjung dikirim. Tak heran masih banyak yang merasa khawatir berbelanja online.

Saya sendiri, alhamdulillah, sampai saat ini belum pernah mengalami hal buruk selama bertransaksi online. Dan mudah-mudahan tidak pernah mengalami. Tak ada tips khusus. Saya hanya berusaha selalu waspada dan tak mudah tergiur tawaran tidak masuk akal. Itu saja.

Contohnya sekarang saya ingin sekali membeli kamera saku, dan yang saya incar Canon iXus 175. Saya lihat dulu berapa banderol resmi di situs Canon Indonesia. Didapatlah angka Rp1.200.000 sebagai harga resmi. Ini saya jadikan patokan saat mencari tawaran terbaik di berbagai toko online. Kalau ada yang menawarkan seharga Rp800.000 atau Rp900.000, itu mencurigakan. Selisihnya terlalu banyak.


Cari punya cari, ada beberapa penjual yang menawarkan harga Rp.1.050.000. Bagi saya ini tawaran masuk akal sebab selisih dengan harga resmi produsen tidak terlampau jauh. Selanjutnya tinggal tingkatkan kewaspadaan dengan hanya berbelanja di situs-situs terpercaya. Salah satu yang menurut saya layak direkomendasikan adalah Blanja.com.

Kamera saku yang sedang saya cari ada di sini. Rentang harganya mulai Rp1.050.000 sampai yang termahal Rp1.100.000. Untuk sementara memang cuma saya masukkan whistlist. Tapi setidaknya saya tahu harus kemana membelinya saat uang sudah terkumpul. Syukur-syukur pas uangnya ada, eh, ndilalah harganya turun. Hehehe, maunya!

Satu hal yang membuat Blanja.com layak dipercaya, situs marketplace ini merupakan hasil kerja sama strategis antara PT Telkom Indonesia dengan eBay. Keduanya perusahaan ternama, tak ada alasan bagi saya untuk khawatir berbelanja di sini. Seleksi penjual di sini sangat ketat, di mana penjual perorangan diminta mencantumkan NPWP, sedangkan penjual besar diminta mengirim file perijinan dan legalitas perusahaan.

Penipuan online terbuka jika kita langsung mentransfer uang ke penjual. Begitu ketemu penjual abal-abal, sulit berharap uang kita yang ditipu kembali lagi. Di Blanja.com, pembeli mendapat jaminan uang kembali. Jangan kata barang tidak dikirim, kalau barang yang diterima tak sesuai deskripsi saja kita berhak mengajukan klaim.

Yang bagi saya tak kalah penting, ada banyak cara pembayaran untuk melunasi transaksi. Termasuk melalui Kantor Pos, Indomaret, Alfamart, atau Pegadaian. Tak perlu lagi jauh-jauh datang ke mesin ATM atau antri panjang di teller bank. Bagi pemakai Telkomsel, disediakan pula pembayaran menggunakan t-Cash. Kurang apalagi coba?

Well, kalau belanja online semudah ini, wajar kan kalau saya merasa lebih nyaman shopping di dunia maya?

Indra Destriawan, Inspirasi dari Pelosok Batang

$
0
0

JANGAN sekali-kali meremehkan orang. Sekalipun kita lagi "di atas" alias lebih segala-galanya dari orang tersebut, menganggap remeh bukanlah sikap bijak. Ya, kita tidak pernah tahu bagaimana perkembangan orang itu kelak. Bisa jadi dua-tiga tahun lagi ia malah lebih oke dari kita. Kisah hidup Indra Destriawan ini contohnya.

Lulus SMA Indra tidak mungkin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi karena alasan biaya. Jangankan berpikir kuliah, untuk kebutuhan sehari-hari saja ibu Indra harus berhutang dari satu rentenir ke rentenir lain. Pasalnya sang ibu sakit-sakitan, sehingga harus keluar-masuk rumah sakit dengan biaya yang tentu saja tidak sedikit.

Di saat teman-temannya sibuk memikirkan kuliah di mana, ambil jurusan apa, Indra hanya bisa menunggui ibunya yang sakit sembari mencari cara agar bisa mendapatkan penghasilan. Melihat tetangga kanan-kirinya banyak pengerajin batik, ia coba berjualan batik secara online dengan bermodal smartphone. Ia juga mengirim proposal penawaran seragam batik ke berbagai instansi.

Sembari merintis usaha, Indra menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan sosial. Ia bergabung dengan komunitas-komunitas relawan yang ada di Batang dan sekitarnya. Mulai dari Pagi Berbagi, Pekalongan Peduli, sampai kemudian informasi mengenai Sedekah Rombongan yang baru berdiri terdengar di telinganya.

Sedekah Rombongan (SR) adalah sebuah gerakan sosial yang digagas oleh pengusaha muda Yogyakarta, Saptuari Sugiharto. Gerakan ini fokus pada penanganan duafa sakit. Jadi kalau ada tetangga yang sakit parah tapi tak bisa berobat karena kondisi finansial yang tidak memungkinkan, silakan kontak Sedekah Rombongan. Kalau dinilai layak dibantu, seluruh biaya pengobatan sampai sembuh akan ditanggung.

Melihat fokus gerakan SR, Indra mantap mengajukan diri sebagai kurir. Boleh dibilang ia merupakan perintis SR di kawasan Pantura. Kurir pertama. Sebagai kurir tugasnya menyurvei kondisi calon pasien dampingan SR. Begitu ada informasi duafa sakit di area Pantura masuk ke email atau media sosial SR, Indra ditugaskan mendatangi alamat si sakit.

Ya, setiap calon pasien dampingan SR akan disurvei terlebih dahulu untuk menentukan layak-tidaknya dibantu. Indra-lah yang melihat kondisi tempat tinggal si sakit, mencari tahu kehidupan kesehariannya, menggali lebih banyak tentang penyakit yang diderita, mengambil foto-foto yang diperlukan, lalu melaporkannya ke koordinator kurir SR di Jogja.

Indra Destriawan bersama kurir-kurir Sedekah Rombongan wilayah Pantura. Dua yang saya kenal Abud Furqan (nomor dua dari kanan) dan Muhammad Jumhan (paling kanan).



Berdasarkan laporan dan foto-foto dari kurir seperti Indra inilah SR menentukan pilihan, dibantu atau tidak. Bantuan dari SR sendiri ada dua macam, berupa santunan atau ditanggung penuh biaya pengobatannya di rumah sakit hingga sembuh total. Semua tergantung jenis dan sudah seberapa parah penyakit tersebut.

Jika calon pasien yang disurvei dinilai layak dibantu, maka Indra pula yang menjadi kepanjangan tangan SR. Untuk bantuan berupa santunan, sejumlah uang akan ditransfer ke rekening Indra untuk disampaikan pada si sakit atas nama Sedekah Rombongan. Kalau bantuannya berupa biaya pengobatan, Indra harus membawa si sakit ke rumah sakit yang ditunjuk.

Tak cuma membawa ke rumah sakit, Indra bahkan nyaris seperti mengurusi pasien dampingan bersama-sama keluarganya. Tanggung jawab kurir adalah terus mendampingi sampai pasien dinyatakan sembuh oleh dokter. Karenanya Indra kerapkali menghabiskan malam di RS, atau tidur di dalam ambulans SR. Berhari-hari tak pulang ke rumah.

Mukjizat Pertama
Oya, kurir SR sama sekali tak memperoleh bayaran. Baik dari SR, lebih-lebih dari pasien dampingan. Biaya survei ke rumah calon pasien yang tak jarang terletak di kabupaten berbeda ya ditanggung sendiri oleh si kurir. Beli bensin, makan di jalan, dan semua pengeluaran lain keluar dari kantong kurir. Namanya juga relawan.

Seperti yang berulang kali ditekankan Saptuari, kurir SR tidak berharap gaji dan tidak akan pernah digaji. Kurir SR hanya mencari muka di hadapan Allah SWT. Maka nanti yang akan memberi bayaran, memberi gaji, adalah Allah. Langsung, kontan! Bukankah doa duafa serta doa orang sakit merupakan doa-doa yang makbul?

Indra sendiri dengan senang hati mejalani peran sebagai kurir SR. Untuk biaya operasional ia dapatkan dari berjualan batik, lalu mencoba berbisnis clothing dengan memproduksi kaos-kaos bertema anak muda. Tak sepeser pun ia mendapat uang dari SR. Tapi balasan lebih besar ia terima, ibunya tak pernah sakit lagi semenjak ia menjadi kurir SR.

Atas persetujuan Saptuari, Indra kemudian merekrut beberapa kurir lagi. Direncanakan tiap-tiap kabupaten ada setidaknya satu kurir. Lalu bergabunglah Abud Furqan dari Kesesi (Kab. Pekalongan), Ardiansyah Nasokha Afwan alias Ardi yang asli Temanggung tapi saat itu menetap di Pemalang, lalu masuklah saya di akhir 2012.

Baca juga: Suka-Duka Jadi Kurir Sedekah Rombongan


Saat saya masuk dalam jajaran kurir SR Pantura, Indra dipercaya sebagai koordinator. Jadi kami bertiga berada dalam koordinasi Indra, tidak lagi berhubungan langsung dengan SR Pusat. Mulai dari instruksi survei pasien, pemberian santunan, dll. semuanya turun dari Indra. Pada perkembangannya, penentuan pasien dibantu dengan santunan atau dibawa ke rumah sakit menjadi wewenang Indra. Ini menunjukkan betapa besarnya kepercayaan Saptuari pada bujangan asal Subah, Batang, tersebut.

Tak lama semenjak diangkat sebagai koordinator, Indra ditarik Saptuari ke Jogja. Amanahnya ditambah dengan mengurus media sosial SR. Kesibukannya bertambah. Meski demikian ia tetap dapat membantu keuangan keluarga dengan berjualan kaos distro secara online.

Begitu banyaknya amanah yang ia pegang semasa di Jogja membuatnya sangat jarang pulang ke Batang. Dalam satu kesempatan saat bertemu di Jogja saya dan Mas Furqan pernah mendengar sendiri "curhat" Indra mengenai keinginan ibunya agar ia kembali ke Batang dan menetap di sana. Sebuah permintaan yang membuatnya bimbang.

Merintis Alona Batik
Kira-kira dua tahun di Jogja, Indra akhirnya memantapkan diri kembali ke Batang. Bukan keputusan mudah meninggalkan Jogja dengan segala fasilitasnya, terlebih bila dibandingkan dengan Subah yang jauh dari kota Batang. Tapi tekadnya sudah bulat, tak goyah lagi.

Indra tetap berstatus koordinator wilayah Pantura yang mengoordinir kurir di Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Brebes. Ia juga masih dipercaya sebagai Social Media Manager di Sedekah Rombongan. Sesekali ia ikut survei calon pasien, atau mengantar-jemput ke rumah sakit. Sekali tempo bahkan roadshow dari Batang ke Tegal, Brebes, terus ke barat untuk menjemput pasien.

Usaha berjualan kaos distro dihentikan. Sebagai gantinya ia fokus memasarkan batik. Awalnya ia menjajakan produksi orang lain, dengan berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lain, dari satu instansi ke instansi lain, menyodorkan proposal pembuatan seragam batik. Sembari berkeliling, impian untuk mempunyai brand sendiri terus membayangi benaknya.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, Indra mulai memberanikan diri memproduksi batik di bawah merek sendiri. Desember 2015, Indra memperkenalkan Alona Batik. Tapi jangan bayangkan usahanya dimulai dengan modal besar. Modalnya cuma keberanian dan optimisme. Usahanya dimulai dari rumah orang tuanya, tanpa karyawan satupun.

Untuk urusan produksi Indra memaksimalkan potensi tetangga kanan-kiri yang kebanyakan berprofesi buruh pembatik. Begitu pesanan masuk, Indra sendiri yang menyiapkan order dan mengirimkannya ke kantor ekspedisi. Dari Subah ke pusat kota Batang, kira-kira setengah jam perjalanan yang harus ia tempuh dengan sepeda motor. Ia merangkap sebagai pemilik, customer service, dan kurir sekaligus.

Kesibukan di kantor Alona Batik, Batang. Tampak para karyawan tengah menyiapkan order.



Dalam waktu singkat, sangat singkat bahkan, Alona Batik berkembang sebagai bayi ajaib dengan reseller sebanyak 200 orang di berbagai daerah. Jumlah tersebut meningkat lagi, lagi, hingga kini menjadi nyaris 500 reseller. Omsetnya jangan ditanya. Yang jelas kemajuannya bisa terlihat dari sembilan orang karyawan, serta sebuah kantor representatif di tengah kota Batang.

Masih penasaran berapa omsetnya? Sebagai gambaran berapa banyak paket batik yang dikirim Indra per harinya, pihak ekspedisi sampai rela mengirim satu armadanya untuk menjemput (pick up) ke kantor Alona Batik. Satu mobil khusus hanya untuk mengambil paket-paket Alona. Bayangkan.

Oya, perlu saya tambahkan Indra membangun Alona Batik tanpa pinjaman bank. Ia tergabung dalam komunitas anti riba yang digagas Saptuari. Alona benar-benar ia rintis dari kecil, dari nol. Dari mengerjakan semuanya sendirian di rumah orang tua, sampai bisa menggaji sembilan karyawan dan menyewa sebuah ruko di pusat kota Batang.

Bagi saya, perjalanan hidup Indra ini sangat inspiratif. Bukan melulu soal kesuksesannya membangun Alona Batik yang dalam tempo setengah tahun saja sudah beromset ratusan juta. Tapi lebih mengenai kerelaannya menyedekahkan sebagian besar hidupnya untuk membantu duafa sakit bersama Sedekah Rombongan. Kini, sekalipun sudah berstatus bos dan pengusaha muda, ia tetap mau menyetiri ambulans SR untuk menjemput pasien di pelosok-pelosok desa terpencil, serta tak jarang ikut memanggul tandu.

Inilah yang mendorong saya menuliskan kisahnya saat mengetahui lomba penulisan yang diadakan Bank OCBC NISP. Alhamdulillah, kisah yang saya tulis berhasil memikat juri sehingga masuk 10 besar. Agak disayangkan kisah inspiratif Indra tidak lolos ke lima besar karena kekurangan vote. Tapi bagi saya banyak atau sedikit vote yang didapat kisah ini tetaplah memberi inspirasi.

Baca juga:Juragan Batik Muda yang Sedekahkan Dirinya untuk Kaum Papa

Masih muda belia, ke mana-mana naik mobil dengan bisnis yang tengah naik daun, berbakti pada orang tua, murah hati, serta ringan tangan membantu derita duafa sakit. Hmmm, orang tua mana yang tak mengimpikan punya menantu seperti Indra Destriawan. Iya nggak, Bu? :)

Pulau Flores, dari Ujung ke Ujung Bertabur Pesona

$
0
0
KALAU ada satu tempat di Indonesia yang membuat saya sangat ingin mengunjunginya saat ini, maka itu adalah Pulau Flores. Penyebabnya obrolan singkat dengan Mas Sutiknyo, traveler melankolis namun humoris yang lebih dikenal sebagai Tekno Bolang. Cerita Mas Bolang membuat saya begitu terpesona pada Flores, pulau yang disebutnya bakal membuat kita tak ingin mengembara ke tempat lain lagi.

Saya bertemu Mas Bolang di Palembang, dalam rangkaian acara International Musi Triboatton 2016 pada 14-16 Mei lalu. Di hari terakhir pertemuan kami, sembari sarapan di hotel saya berkesempatan mendengar Mas Bolang menceritakan pengembaraannya ke berbagai tempat di Indonesia. Satu destinasi yang membuatnya paling terkesan adalah Flores, tempat yang ia sebut sebagai rumah.

Mas Bolang bercerita, Flores adalah tempat di mana kita bisa sepuasnya menikmati keindahan alam. Dari ujung ke ujungnya bertabur pesona keindahan yang memanjakan mata dan sanubari setiap pengunjung. Demi memuaskan hasrat menikmati setiap sudut Flores, petualang kelahiran Pati ini membawa sepeda motor matic dari kediamannya di Tangerang.

Tentu saja perjalanan tersebut ia abadikan dalam bentuk entah berapa ratus foto dan puluhan video. Saya tanya apakah ia punya channel di YouTube - saya sangat penasaran sekali dengan keindahan Flores yang ia ceritakan. "Cari saja Tekno Bolang," jawabnya saat itu.

Sepulang dari Palembang saya langsung membuka channel tersebut di YouTube (catatan: nama channel-nya sudah diubah jadi Lostpacker, seusai dengan nama blog dan akun media sosialnya). Tentu saja yang saya cari video-video petualangannya di Flores. Dan saya dibuat terpesona bukan main oleh keindahan alam, juga kearifan budaya lokal yang masih terjaga.

"Saya harus datang ke Flores!" tekat saya dalam hati usai menyaksikan video-video Mas Bolang. Ya, sekalipun hanya sekali seumur hidup saya harus menginjakkan kaki ke Flores.



Tanjung Bunga
Nama Flores sudah saya kenal sejak Sekolah Dasar. Tepatnya setelah mengenal peta, di mana saya begitu lahap mencari informasi mengenai tempat-tempat yang saya lihat dalam atlas. Ketertarikan pada Flores pertama kali timbul ketika Bank Indonesia menerbitkan uang pecahan Rp5.000 bergambar Danau Kelimutu pada tahun 1992.

Saya terpukau oleh cerita Ibu mengenai Danau Kelimutu, danau yang terbentuk dari kawah Gunung Kelimutu. Danau yang menurut cerita Ibu dapat berubah-ubah warna. Terdiri dari tiga kawah yang masing-masingnya menyajikan warna berbeda, karenanya danau ini juga sering disebut sebagai Danau Tiga Warna atau Danau Triwarna.

Sebelum itu saya sudah dibuat tertarik oleh komodo yang terdapat pada koin Rp50. Kadal raksasa yang kata guru saya cuma ada di Indonesia, tepatnya di Pulau Komodo yang terletak di sebelah barat Pulau Flores. Hewan purba yang konon sudah mendiami Planet Bumi sejak 4 juta tahun lalu.

Tentu bukan tanpa alasan Portugis yang mendarat di nusa ini pada 1512 memberi nama Cabo de Flores, Tanjung Bunga. Nama yang kemudian menggantikan nama asli pemberian penduduk lokal, Nusa Nipa atau Pulau Naga. Pemerintahan kolonial Hindia Belanda tetap memakai nama Flores ketika mendapatkan wilayah ini dari Portugis 100 tahun kemudian.

Demikian pula dengan Republik Indonesia yang diproklamirkan Soekarno-Hatta, tetap menyebut pulau ini Flores dan memasukkannya dalam Provinsi Sunda Kecil. Sempat berpisah dari RI karena jadi bagian Negara Indonesia Timur, lalu kembali bergabung dengan RI menyusul ambruknya Republik Indonesia Serikat, nama Flores tetap melekat pada pulau satu ini.

Sesuai namanya, Flores adalah sebuah pulau yang menyimpan begitu banyak keindahan dan pesona. Danau Kelimutu di Kabupaten Ende hanyalah salah satunya. Dari video-video yang saya tonton di YouTube, Flores memiliki begitu banyak pantai menawan. Pasirnya putih, dengan ombak tinggi bergulung-gulung dari perairan Laut Sawu dan Laut Flores yang mengelilingi pulau.

Buat pecinta pantai berpasir putih dengan air laut biru kehijauan, kalian wajib datang ke Flores. Selain Pulau Flores, pulau-pulau kecil di sekitarnya juga menyimpan pesona pantai tak kalah mempesona. Tak jauh dari Labuan Bajo ada Pulau Bidadari dengan pantainya yang asri. Atau cobalah ke Pulau Adonara di sebelah timur Flores, di sana ada Pantai Mekko yang sangat memukau.

Bila punya waktu sangat longgar, Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung jadi destinasi yang sangat layak disambangi. Angka 17 tersebut benar-benar mewakili 17 pulau yang ada di sekitaran Teluk Riung. Tempat ini dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama nyaris lima jam dari Labuan Bajo. Namun lelah yang melanda bakal terbayar lunas menyaksikan keindahan pemandangan laut dan pantai berpasir putih bersih yang tersaji di ke-17 pulau.

Pasir merah jambu di Pantai Merah atau Pink Beach yang ada di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. (Sumber foto)

Ah, saya lupa. Pasir pantai tak selalu berwarna putih. Di Pulau Komodo, kita bisa berjalan-jalan menyusuri sebuah pantai yang pasirnya berwarna merah jambu. Turis mancanegara menyebutnya sebagai Pink Beach, sedangkan penduduk lokal menamainya Pantai Merah. Ya, pasir pantai ini berwarna kemerahan. Hanya ada tujuh pantai di dunia yang pasirnya berwarna merah muda begini.

Sudah sampai di Pulau Komodo, sempatkan waktu untuk mengamati kehidupan hewan langka bernama sama dengan pulau di mana mereka tinggal. Komodo sudah lama jadi perhatian dunia karena keunikannya. Tahun 2011, Pulau Komodo masuk daftar New 7 Wonders of Nature versi New7Wonders Foundation. Lalu tercantum dalam pemenang sementara yang dirilis 11 November 2011.

Meski event garapan New7Wonder Foundation tersebut berbau kontroversi - termasuk penyelenggaranya diragukan, tapi setidaknya menunjukkan bahwa komodo dan Pulau Komodo mendapat perhatian luas di mancanegara. Pesonanya sudah lama memikat wisatawan dari berbagai negara.

Baca ulasan saya mengenai New7Wonder of Nature:
- Yuk, Kita Dukung Pulau Komodo!
- Komodo dalam Dilema
- 7 Keajaiban Dunia dan Komodo


Bung Karno dan Secangkir Kopi
Tapi Flores bukan cuma soal pantai indah, laut mempesona, atau komodo yang gagah. Di sini juga tersimpan sejarah bangsa dan negara. Proklamator negeri ini, Bung Karno, pernah tinggal di Flores selama empat tahun sembilan bulan. Pemerintah kolonial Hindia Belanda membuangnya ke Ende untuk meredam aktivitas politik Sang Proklamator di Batavia.

Ada 10 situs penting terkait pengasingan Bung Karno di Bumi Flores. Di antaranya rumah pengasingan yang terletak di Jl. Perwira. Di rumah inilah Bung Karno menghabiskan kesehariannya dalam masa pembuangan bersama Ibu Inggit Garnasih, anak angkatnya Ratna Djuami, serta ibu mertuanya.

Rumah pengasingan Bung Karno di Ende terawat dengan sangat baik. Kondisinya masih sama persis seperti saat Bung Karno menempatinya dalam rentang waktu 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Berkunjung ke rumah ini kita diajak turut merasakan hari-hari Bung Karno selama menjalani masa pengasingan.

Rumah pengasingan Bung Karno di Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. FOTO: KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA

Semasa di Ende inilah Bung Karno melahirkan rumusan Pancasila yang kelak jadi dasar Republik Indonesia. Menurut pengakuannya sendiri saat mengunjungi Ende sebagai Presiden RI pada tahun 1955, Bung Karno menyebut gagasan Pancasila lahir saat ia tengah merenung di bawah sebuah pohon sukun di pusat kota. Tempat dimaksud kini menjadi taman kota bernama Taman Renungan Soekarno, dengan Jl. Soekarno berada di sisinya.

Bung Karno penyuka kopi. Favoritnya kopi tubruk yang biasa ia seruput pagi-pagi di Istana sebelum menjalankan tugas negara. Demikian diceritakan Mangil Martowidjojo, eks Komandan Detasemen Kawal Pribadi Cakrabirawa yang mendampingi Bung Karno, dalam bukunya berjudul Kesaksian Tentang Bung Karno 1945-1967 (Grasindo, 1999).

Sayang, tak ada yang mengungkapkan apakah Bung Karno pernah mencicipi kopi Bajawa atau kopi Wae Rebo semasa tinggal di Flores. Sebab bagi penyuka kopi tak lengkap rasanya mendatangi Flores tanpa mencicipi kopi-kopinya yang khas.(Sumber foto)

Wae Rebo sebuah kampung tradisional yang terletak di barat daya Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai, NTT. Kampung ini hanya berisi tujuh rumah adat berbentuk kerucut dengan kerangka bambu dan atap dari daun lontar. Orang lokal menyebut rumah ini mbaru niang. Berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, Waerebo dikelilingi oleh perkebunan kopi nan luas.

Kopi dan Wae Rebo memang tak bisa dipisahkan. Warga Waerebo sangat akrab dengan kopi. Mereka bisa mereguk hingga 8-10 gelas kopi sehari. Tak heran jika banyak penyuka kopi yang sengaja datang ke sini hanya untuk mencicipi kopinya yang khas. Tumbuh di dataran tinggi serta tak tersentuh unsur kimia buatan sedikitpun, cita rasa kopi Wae Rebo banyak disukai oleh pecinta minuman berwarna hitam ini.

Bergeser ke timur, ada Kabupaten Ngada sebagai penghasil kopi terbesar di Flores. Kopi Bajawa hasil panen petani Ngada malah sudah diekspor ke mancanegara. Tahun 2011, seorang pengusaha Amerika Serikat memesan 1.000 ton kopi arabika organik (sumber).

Tak cuma AS, peminat juga datang dari Belanda, Jerman, Inggris, Filipina, dan yang terdekat dari Australia. Masing-masing pesanan berkisar antara 1.000-2.000 ton. Membuktikan betapa kualitas kopi Bajawa telah diakui dunia. So, rugi rasanya kalau ke Flores tak mencicipi kopi Bajawa.

Kearifan Lokal yang Terus Dijaga
Tak jauh dari Bajawa, ada sebuah kampung adat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai dan budaya lokal. Kampung Bena namanya. Masuk ke dalam kampung ini kita serasa mundur ke jaman ratusan tahun lalu. Benar-benar sebuah kampung tradisional.

Terletak di puncak sebuah bukit menghadap Gunung Inerie, Kampung Bena terdiri dari 40 rumah tradisional. Dari kejauhan, Kampung Bena memanjang dari utara ke selatan terlihat seperti bentuk perahu. Pintu masuk berada di sisi utara, satu-satunya akses menuju ke kampung ini. Pada bagian ujung selatan merupakan puncak kampung dengan pemandangan alam mempesona.

Meski memeluk agama Katolik, warga Kampung Bena masih melestarikan tradisi leluhur. Di tengah-tengah Kampung Bena terdapat beberapa bangunan megalitikum. Salah satunya berbentuk perahu, tempat di mana upacara adat dilaksanakan.

Perahu dalam kepercayaan masyarakat Kampung Bena merupakan wahana untuk menuju ke alam roh setelah kematian. Bentuk perahu juga menggambarkan perjalanan nenek moyang penduduk Kampung Bena yang berperahu mengarungi ganasnya lautan dari Pelabuhan Juwana di Pati, Jawa Tengah, sebelum tiba di kampung tersebut.

Kampung Adat Bena di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. (Sumber foto)

Pemandangan serupa juga bisa kita saksikan di Ware Rebo. Sebuah perkampungan adat yang masih mengaplikasikan ajaran leluhur dalam kehidupan keseharian. Ciri khas Wae Rebo adalah mbaru niang, rumah adat yang didirikan tanpa paku. Hanya menggunakan bambu, kayu, atau rotan, dengan atap terbuat dari daun lontar, ijuk, atau ilalang.

Di Wae Rebo biasa digelar perayaan Penti, salah satu perayaan besar di Manggarai. Penti digelar setiap tahun sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh selama setahun, sekaligus doa dan harapan agar hasil tahun mendatang tak kalah bagus. Tahun ini, Penti direncanakan berlangsung pada 16 November 2016.

Jika Kampung Bena mudah dicapai menggunakan kendaraan bermotor, tidak demikian dengan Wae Rebo. Pengunjung harus menempuh rute mendaki nan terjal dan sedikit licin berjarak sekitar 5 kilometer. Melintasi Hutan Lindung Todo Repok nan asri, sampai ke ketinggian 1.200 mdpl. Terbayang kan bagaimana sejuknya tempat ini.

*****

Ah, masih sangat banyak pesona Flores yang tidak bisa dilewatkan. Tak cukup waktu 2-3 hari untuk menjelajahinya, karena dari Labuan Bajo di ujung barat hingga Larantuka di ujung timur tersaji keindahan alam yang menawan diselingi kearifan lokal nan menenteramkan sanubari.

Dari Pemalang tempat saya sekarang tinggal, perjalanan ke Flores bisa diawali dengan naik bus selama 5-6 jam ke Yogyakarta terlebih dahulu. Dari Kota Gudedg ada penerbangan menuju Labuan Bajo via Denpasar. Sejauh ini penerbangan langsung ke Labuan Bajo dari kawasan barat Indonesia hanya ada di Denpasar.

Coba cek tiket pesawat di Airpaz.com, penerbangan Yogyakarta-Labuan Bajo via Denpasar harganya bikin ngiler. Ambil contoh yang ditawarkan NAM Air untuk keberangkatan 23 September 2016, nomor penerbangan IN9274. Lihat pada screen capture di bawah ini. Ya, hanya Rp897.876 yang merupakan tarif termurah pada tanggal tersebut.


Tapi kan transitnya 7,5 jam sendiri di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar?

Tidak masalah. Potong tiga jam untuk perjalanan dan proses check in, ada sisa waktu 4,5 jam untuk keliling-keliling Bali. Jadi, wisata ke Flores bonusnya keliling Bali. Asyik, bukan? Kalau saya sih nggak mungkin menolak. Hehehe...

Oya, NAM Air adalah satu-satunya maskapai penerbangan Indonesia yang memperbolehkan pramugarinya berjilbab lho. Saya pernah berjumpa pramugari berhijab ini saat naik penerbangan Palembang-Jakarta pada pertengahan Mei lalu. Tanpa malu-malu saya pun mengajak pramugari bernama Tria tersebut foto bersama.

Baca juga:

Kembali ke perjalanan Pemalang menuju Flores melalui Yogyakarta dan Denpasar. Sekilas terlihat ini bukan perjalanan mudah, dengan biaya yang di atas kertas juga tidak murah. Tapi mengingat keindahan yang menanti, rasanya semua itu bakal terganti tuntas begitu menjejakkan kaki di sana. Keindahan yang membuat saya semakin mencintai Indonesia.



Artikel ini diikut-sertakan dalam Lomba Blog Cinta Indonesia yang diadakan oleh Airpaz.com. Baca disclaimer blog ini selengkapnya pada laman berikut.

Sekuntum Mawar Merah untuk Pakde Abdul Cholik

$
0
0

DANGDUT is the music of my country, begitu yang dinyanyikan Project Pop belasan tahun lalu. Sebuah ungkapan yang memang benar adanya, karena dangdut boleh dibilang musik favorit di Indonesia. Dan agaknya inilah yang mendorong Pakde Abdul Cholik untuk menggelar giveaway nyanyi dangdut dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya.

Saya sendiri sangat suka berdendang. Tapi bernyanyi di muka umum tak pernah saya lakukan. Katakanlah tampil di atas panggung, bernyanyi ditonton puluhan apalagi ratusan orang. Karenanya Giveaway Dangdut Cerdas on the Blog yang digagas Pakde Cholik ini lumayan bikin serba salah. Ingin sekali partisipasi, tapi kok...

Meski sudah tahu info giveaway ini jauh-jauh hari, karena memang Pakde Cholik woro-woro sejak pekan terakhir Juli, saya tak langsung mantap ikut. Masalahnya bukan soal bernyanyi dangdut. Tapi direkam, lantas diunggah ke YouTube yang berarti berpeluang disaksikan orang banyak? Saya tak bisa bayangkan itu.

Sekali lagi, saya suka berdendang. Saya juga senang sekali berdangdut ria sembari berjoget. Tapi bernyanyi untuk disaksikan banyak orang adalah hal berbeda. Saya tidak cukup pede karena sadar diri saya tak pernah bisa bernyanyi secara baik dan benar. Hehehehe.

Malu tampil di muka umum? Tidak juga. Saya termasuk perintis ekskul band sekolah semasa di SMA Negeri 1 Muara Bulian. Strike Band, band tempat saya dan tujuh teman lain tergabung, adalah band sekolah pertama di SMA tersebut. Bahkan boleh dibilang pertama se-Muara Bulian. Saya malah sudah manggung di acara perpisahan sekolah sebelum membentuk band tersebut.

Bersama Strike Band yang punya tiga vokalis dan mengusung musik suka-suka, alias membawakan lagu apa saja yang enak dinyanyikan, entah berapa kali saya naik panggung. Termasuk ikut festival Slank bertajuk Blue Generation Party di Kota Jambi tahun 2000. Saya juga pernah disoraki penonton sewaktu "sok-sokan" menggantikan drummer kami yang ogah tampil karena satu alasan pada satu event di Pasar Muara Bulian tahun yang sama.

Singkat kata, ini bukan soal demam panggung. Sekali lagi, saya suka berdendang. Mulai lagu Koes Plus sampai The Beatles, dari lagu-lagunya Cold Play dan Keane sampai Dara Puspita. Dangdut juga suka, sama sukanya seperti aliran ska. Tapi bernyanyi di depan kamera untuk disaksikan orang banyak? Butuh waktu lebih dari 10 hari bagi saya untuk mengambil keputusan.

Ketika akhirnya mantap ikut serta, saya dibuat bingung memilih lagu yang sesuai. Sesuai dengan kemampuan suara maksudnya. Karena jarang bernyanyi secara baik dan benar, katakanlah karaoke atau bergitar sendiri, saya selalu kesulitan mengatur napas demi menyesuaikan irama dalam lagu. Begitu nada awalnya pas, nanti napasnya yang tidak kuat. Akibatnya di nada-nada tinggi keteteran.

Begitulah. Awalnya saya ingin sekali menyanyikan Terajana-nya Rhoma Irama. Lagu ini pernah saya nyanyikan dengan susah payah bersama teman-teman blogger saat menyaksikan Musi Triboatton 2016 di Palembang, Mei lalu. Tapi setelah 1-2 hari latihan saya menyerah. Suara saya tidak kuat. Saya juga tak punya alat untuk merendahkan nada dalam musik karaoke yang diunduh dari YouTube.

Cari punya cari, saya mencoba lagu kedua: Anggur Merah yang dulu dinyanyikan Meggy Z. Ini lagu kesukaan saya sewaktu SMP di Sungai Bahar, Jambi. Tapi lagi-lagi setelah beberapa kali mencoba suara saya tetap tak kuat menanjak. "Sungguh teganya dirimu, teganya, teganya, teganyaaa..." dan tenggorokan saya tercekik. Alamak!

Lalu berselancarlah saya di YouTube. Mencari dan mendengarkan lagu-lagu dangdut yang saya hapal. Sampai akhirnya muncul video klip Sekuntum Mawar Merah yang dinyanyikan oleh Elvie Sukaesih dalam daftar video rekomendasi. Sepertinya lagu ini tidak membutuhkan nada-nada tinggi. Warna lagunya juga ceria, pas untuk momen ulang tahun.

Ternyata benar. Saya tak dibuat ngos-ngosan menyanyikannya. Bungkus!



Oya, demi menjaga kualitas audio dalam video supaya jernih saya bernyanyi menggunakan boom mic Kenwood. Video karaoke yang saya dapat dari channelAlwiyan Syafir diputar di laptop. Bersama anak-anak yang ikut berjoget sembari terheran-heran melihat aksi saya, rekaman pun dilakukan di dalam kamar.

Saya bernyanyi karaoke di depan handycam. Hanya saja pada saat mengedit video saya tidak memakai audio punya handycam, melainkan audio suara saya yang direkam mic Kenwood dipadukan dengan audio dari video karaoke yang saya unduh tadi. Jadilah audio yang jernih, sekalipun suara penyanyinya sengau-sengau gimanaaa gitu.

Akhir kata, selamat ulang tahun yang ke-66 untuk Pakde Abdul Cholik. Banyak belajar dari produktivitas dan semangat menulis Pakde. Semoga ada kesempatan saya dipertemukan dengan beliau. Amin.

Artikel ini diikutsertakan pada Giveaway 66: Dangdut Cerdas On the Blog.


Kejadian-Kejadian Menarik dari Upacara 17 Agustus 2016

$
0
0

DIRGAHAYU Republik Indonesia! Seperti sudah berlangsung bertahun-tahun setiap 17 Agustus sejak 71 tahun silam, upacara bendera memperingati proklamasi kemerdekaan RI digelar di seluruh Indonesia. Ada banyak cerita dan kejadian menarik seputar upacara bendera tahun ini. Tentu saja menarik menurut saya ya. Yuk, simak!

Satu yang paling menyita perhatian publik adalah kisah Gloria Natapradja Hamel"dipecat" dari Paskibraka Nasional. Gadis keturunan campuran ini didepak karena kedapatan berpaspor Prancis, negara asal ayahnya. Padahal Gloria sudah melewati serangkaian tes, juga telah menjalani karantina dan latihan intensif selama sebulan penuh.

Bayangkan, hanya tinggal hitungan hari saja ia beraksi bersama rekan-rekannya sepasukan di Istana Negara, eh, lha kok namanya dicoret dari Paskibraka. Adalah Kemenpora yang mengeluarkan keputusan pencoretan tersebut di detik-detik terakhir. Alasannya, warga negara asing tidak boleh menjadi anggota Paskibraka.

Secara logis alasan itu bisa diterima sih. Masa iya anggota pasukan pengibar bendera pusaka dalam upacara di Istana Negara kok warga asing? Masalahnya, Gloria lahir dan menghabiskan seluruh hidupnya di Indonesia. Ia fasih berbahasa Indonesia. Ia bahkan belum pernah sekalipun keluar negeri.

Tapi saya melihat ada yang janggal. Ibu Gloria, Ira Natapradja, menjelaskan pembuatan paspor Prancis dilakukan karena Gloria belum genap 18 tahun sehingga tidak bisa membuat KTP. Pertanyaan saya, kenapa yang dibuat paspor Prancis? Kan lebih deket buat paspor RI, Bu? Tapi, ya, sudahlah. Toh, ending-nya Gloria diijinkan oleh Presiden Jokowi untuk bertugas dalam upacara penurunan bendera pada sore harinya.

Yang membuat saya terharu, Gloria sempat menulis surat kepada Presiden Jokowi untuk menegaskan kecintaannya pada Republik Indonesia. Surat bermaterai Rp6.000. Apakah isi surat ini begitu menyentuh sampai-sampai Presiden membolehkannya bertugas bersama Tim Bima saat Parade Senja? Hanya Jokowi yang tahu.



Paskibraka Menangis di Pematang Siantar
Kisah tak kalah mengharukan terjadi di Pematang Siantar. Memang dramanya tak seheboh kisah Gloria sih, tapi kadarnya beda-beda tipislah. Di mana anggota Paskibraka Pematang Siantar menangis gara-gara gagal mengibarkan bendera Merah Putih. Di situ kadang saya sedih.

Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat tiga anggota Paskibraka yang bertugas mengibarkan bendera hanya diam ketika lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Lagu selesai, bendera masih belum bergerak. Malah dilipat kembali. Suasana upacara jadi tegang-tegang gimanaaa gitu.

Usut punya usut, katanya sih cantolan bendera pada tali ada yang lepas. Jadi seandainya bendera dipaksakan diikat dan dikerek naik bakal melorot turun. Nah, anggota pengibar yang tak mau hal itu terjadi berinisiatif diam. Barulah setelah cantolan diperbaiki bendera berkibar di halaman Kantor Bupati Pematang Siantar.

Sekalipun kejadian ini terhitung force majeur, tetap saja anggota-anggota Paskibraka menangis. Sambil berbaris mereka menangis. Mereka kecewa, merasa gagal, sudah berlatih lama tapi bendera tak bisa mereka kibarkan dengan baik saat upacara. Beberapa anggota cewek ada yang sampai histeris.

Kalau ingat menjadi Paskibraka boleh dikatakan kesempatan sekali seumur hidup, kesedihan adik-adik Paskibraka ini dapat dimaklumi. Yang penting tetap semangat ya. Masa depan kalian masih panjang kok. *sokbijak*


Sepatu Diinjak Teman, Lepas
Ini sebenarnya tidak terlalu menarik sih. Hal biasa. Tapi karena terjadi di momen upacara bendera nan sakral, jadi lucu-lucu gimana gitu. Yang lebih menarik, kok ya ada media nasional yang mengangkat berita ini. Human interest, okelah, tapi mbokyao yang lain yang diangkat.

Kejadiannya di Bima, Nusa Tenggara Barat. Dalam upacara level kotamadya ini, sepatu salah seorang anggota Paskibraka lepas karena diinjak teman di belakangnya. Tapi karena sudah diajarkan untuk tak menghiraukan semua gangguan selama bertugas, anggota tersebut cuek saja hanya memakai satu sepatu.

Untungnya, kalau boleh dibilang untung, sepatu tersebut lepas setelah bendera dikibarkan. Sehingga momen naiknya Sang Saka Merah Putih ke puncak tiang berlangsung khidmat. Kalau saja lepasnya sebelum bendera naik, bisa jadi peserta upacara jadi sibuk berkasak-kusuk membahas sepatu.

Selepas upacara, pembina Paskibraka Kota Bima langsung meluruskan sepatu anak didiknya lepas karena terinjak, bukan karena ukurannya longgar.

Iya deh, Pak, saya percaya.


Nyi Ratu Kidul Bawa Bendera
Kalau kejadian satu ini memang tidak berlangsung saat upacara. Tapi masih satu rangkaian dalam upacara bendera. Yang unik, ini adalah pemandangan baru di mana rangkaian upacara kenegaraan di level kabupaten menghadirkan sosok legendaris yang dianggap mitos. Tapi bukan Dedi Mulyadi namanya kalau tidak lain dari yang lain.

Bupati Purwakarta tersebut mengubah protokoler penyerahan bendera pusaka yang akan dikibarkan saat upacara. Mulai tahun ini, setidaknya selama Dedi menjabat, bendera pusaka diserah-terimakan dari sosok Nyi Ratu Kidul kepada sang bupati. Barulah oleh bupati bendera diberikan pada Paskibraka.

Nyi Ratu Kidul adalah sosok antara ada dan tiada. Ia merupakan legenda bagi masyarakat di kawasan pantai selatan Jawa. Tak cuma di Purwakarta, masyarakat di Pangandaran hingga Yogyakarta mempercayai keberadaannya di Laut Selatan. Bahkan, konon, raja-raja Mataram menjalin "hubungan spesial" dengan Nyi Ratu Kidul.

Sosok yang dipercaya merupakan penguasa Laut Selatan ini identik dengan pakaian berwarna hijau. Karenanya masyarakat Pantai Parangtritis menghindari pakaian-pakaian berwarna hijau kalau pergi ke pantai. Mereka percaya, Nyi Ratu Kidul marah jika ada yang berpakaian menyerupai dirinya. Orang berpakaian hijau itu dipercaya bakal dibawa ke Laut Selatan, alias hanyut.

Benar atau tidaknya ya saya kembalikan pada kepercayaan masing-masing.

Oya, yang memerankan Nyi Ratu Kidul dalam pengukuhan Paskibraka di Purwakarta adalah Cinta Rizkia. Coba search namanya di Google. Gadis cantik ini rupanya sudah cukup lama memerankan sosok Nyi Ratu Kidul dalam tarian. Berdasarkan penelusuran online yang saya lakukan, Cinta adalah lulusan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

*****

Itu dia tiga-empat kejadian menarik dari upacara bendera 17 Agustus 2016 versi saya. Saya yakin ada banyak kejadian tak kalah menarik di daerah lain. Jangan ragu-ragu untuk share di kolom komentar ya...

Sumber-Sumber:
  • http://regional.kompas.com/read/2016/08/17/12390611/sepatu.satu.anggota.paskibraka.copot.seusai.menaikkan.bendera
  • http://regional.kompas.com/read/2016/08/17/12151201/sempat.gagal.menaikkan.bendera.pasukan.paskibra.menangis
  • http://regional.kompas.com/read/2016/08/16/18375671/.nyi.ratu.kidul.bawakan.bendera.untuk.upacara.hut.ri.di.purwakarta
  • http://www.rappler.com/indonesia/143345-5-hal-mengenai-gloria-natapradja-hamel

Menelusuri Potensi Wisata Terpendam Lampung - The Treasure of Sumatera

$
0
0

KALAU ada propinsi yang bolak-balik saya lewati tapi tak pernah dikunjungi, maka itu adalah Lampung. Sejak tahun 2000, berkali-kali saya melintasi propinsi paling selatan di Pulau Sumatera ini. Tapi, ya itu tadi, tidak sekalipun saya pernah dengan sengaja berkunjung ke Lampung.

Semasa kuliah dan bekerja di Jogja, saya pasti melewati Lampung kalau mudik ke Jambi. Menggunakan bus Ramayana atau Putra Remaja, jalur lintas Sumatera manapun yang diambil ujung-ujungnya bakal tembus ke Pelabuhan Bakauheni di Lampung Selatan.

Karena hanya numpang lewat itulah saya cuma tahu dua tempat di Lampung. Dua-duanya berkaitan dengan perjalanan Jambi-Jogja. Selain Bakauheni, tempat kedua adalah Terminal Rajabasa di Bandar Lampung. Sebatas itulah pengetahuan saya tentang Lampung, propinsi yang awalnya sebuah karesidenan dalam propinsi Sumatera Selatan.

Meski demikian, Lampung meninggalkan banyak kenangan bagi saya. Sejumlah pengalaman serba pertama dalam kehidupan saya terjadi di sini. Berikut beberapa di antaranya:
- Pertama kali melihat pelabuhan, yakni Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni.
- Pertama kali melihat lautan, yakni Selat Sunda dari sisi Sumatera.
- Pertama kali naik kapal laut, yakni feri penyeberangan Bakauheni-Merak.
- Pertama kali bepergian lintas pulau, yakni Sumatera-Jawa.

Tentu saya pernah berangan-angan mengunjungi Lampung. Masa iya hanya lewat-lewat saja. Kenapa tidak sekali-kali menjadikan Lampung sebagai tujuan? Tapi untuk apa? Apa yang menarik dari propinsi ini sehingga saya harus meluangkan waktu dan dana mengunjunginya?

Itu dulu yang membuat saya tak pernah melirik Lampung sebagai destinasi wisata pilihan. Dan kalau ada yang berpikiran seperti saya, kita sama-sama salah besar.

Menembus Tiga Besar
Pariwisata Lampung tengah bergeliat. Gubernur M. Ridho Ficardho baru saja mencanangkan daerahnya sebagai destinasi wisata internasional baru di Indonesia. Sosok yang saat dilantik berstatus sebagai gubernur termuda di Indonesia itu bertekad memasukkan Lampung dalam tiga besar pariwisata nasional.

Sebelum ini Lampung memang tampak tak terlalu serius menggarap sektor pariwisata. Tak banyak pemasukan daerah yang berasal dari pos ini. Namun belakangan situasi berbalik. Pariwisata terus digalakkan oleh pemerintah Lampung. Fasilitas dan prasarana diperbaiki serta ditingkatkan, diiringi dengan promosi tanpa henti demi mendatangkan pengunjung.

Hasilnya terlihat. Pada 2010 Lampung hanya dikunjungi 400.000 wisatawan. Dari jumlah tersebut, 10.000 di antaranya merupakan turis asing. Kebanyakan berasal dari Australia dan Selandia Baru.

Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, pintu gerbang Lampung dan juga Pulau Sumatera.

Bandingkan dengan data terbaru yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Lampung. Sepanjang 2015 ada 5.370.803 orang mengunjungi propinsi ini, dengan 114.907 orang di antaranya turis asing. Hanya dalam tempo lima tahun terjadi peningkatan sangat signifikan dalam hal jumlah wisatawan. Lebih dari 10 kali lipat!

Perkembangan ini diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan hotel. Mengutip sumber sama, jumlah hotel di Lampung pada 2015 meningkat sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Angka-angka tersebut masih berpotensi naik, mengingat gebrakan yang terus dilakukan petinggi-petinggi daerah dalam menggenjot jumlah wisatawan.

Demi mencapai target tiga besar nasional, Gubernur Ridho Ficardho berguru langsung pada daerah tujuan wisata nomor satu di Indonesia: Bali. Mengambil tempat di Harris Hotel & Residence Bali, April 2016, Ridho "menjual" Lampung kepada stakeholder pariwisata level nasional dalam acara bertajuk "Lampung Tourism Business Meeting & Pameran Pariwisata Lampung 2016."

Tak berhenti sampai di situ. Dalam acara gala dinner bersama Gubernur Bali dan perwakilan biro-biro wisata, Ridho Ficardho tak segan-segan meminta tolong pada I Made Mangku Pastika agar mengajari supaya Lampung jadi daerah tujuan wisata internasional seperti Bali.

Sebuah kesungguhan yang patut diacungi jempol. Sebuah visi yang layak diapresiasi. Sebab Ridho Ficardho tak hanya memasang target sebagai destinasi wisata nasional, tapi internasional.

Potensi Wisata Terpendam
Langkah yang ditempuh Ridho Ficardho sangat tepat. Lampung punya potensi besar untuk berkembang sebagai destinasi wisata unggulan Indonesia di tingkat dunia. Kalaupun belum bisa bersaing dengan Bali dan Jogja, setidak-tidaknya propinsi satu ini bisa menjadi pesaing serius Lombok.

Ada banyak obyek wisata potensial yang bisa digarap di Lampung. Kalau dulu saya hanya tahu Taman Nasional Way Kambas dan Panti Marina, kini ada puluhan tempat wisata menarik yang siap dinikmati wisatawan. Travel blogger senior Yopie Franz Pangkey bahkan bisa menyusun daftar 40 Tempat Wisata Menarik di Lampung dalam blog pribadinya.

Ya, sebanyak itu. Bahkan bisa jadi jauh lebih banyak.

Lumba-lumba di perairan Teluk Kiluan, Lampung. FOTO: LenteraTimur.com

1. Pantai-Pantai Indah
Boleh dibilang Lampung mendapat bonus geografi. Berada di ujung selatan Pulau Sumatera, praktis hanya bagian utara Lampung yang tidak memiliki pantai. Selebihnya, propinsi ini dikelilingi laut sehingga memiliki garis pantai lumayan panjang.

Kalau dulu orang hanya tahu Pantai Marina atau Pantai Pasir Putih, kini Lampung punya banyak sekali pantai-pantai indah untuk memanjakan pengunjung. Berikut di antaranya:
- Merak Belantung alias Pantai Embe
- Pantai Mutun
- Pantai Wartawan
- Pantai Sari Ringgung
- Pantai Klapa Rapat (Klara)
- Pantai Tanjung Setia
- Pantai Mandiri
- Pantai Labuhan Jukung
- Pantai Tebakak
- Teluk Kiluan

Menariknya, masing-masing pantai mempunyai ciri khas masing-masing. Ambil contoh Pantai Tanjung Setia dan Pantai Mandiri yang banyak diminati peselancar dari dalam dan luar negeri karena ombaknya nan menantang. Kalau ingin melihat batu-batu besar di pantai, datangi Pantai Tebakak di kawasan Pesisir Barat.

Bagi yang sekedar ingin menikmati pasir putih dan suasana pantai nan syahdu, Pantai Pasir Putih, Pantai Sari Ringgung, atau Pantai Embe bisa jadi pilihan. Di Pantai Wartawan ada sumber mata air panas sebagai pesona tambahan. Ingin mencoba keseruan naik banana boat? Datang saja ke Pantai Mutun yang ada di Kabupaten Pesawaran, sekitar 16 km dari Bandar Lampung.

Wisata minat khusus juga mulai berkembang di Lampung. Mengikuti selancar air di Pantai Tanjung Setia dan Pantai Mandiri, kini wisatawan dapat melakukan snorkeling atau diving menikmati keindahan bawah laut.

Setidaknya ada dua titik snorkeling dan diving yang terkenal di Lampung. Pertama di dekat Pulau Kelagian dan Pulau Pahawang, lalu berikutnya di bawah laut Pulau Balak, Pulau Lok, dan Pulau Lunik. Tempat-tempat ini awalnya tak banyak dikenal, hingga kemudian ramai dikunjungi wisatawan dari daerah lain sejak 2015. Keberadaan media sosial sangat berperan di sini.

Pulau Mengkudu dilihat dari atas bukit. FOTO: Tribun Lampung/Teguh Prasetyo

2. Pulau-Pulau Kecil nan Menawan
Masih berkaitan dengan laut, di Lampung ada banyak sekali pulau-pulau kecil nan indah sebagai obyek wisata. Suasana yang sepi dan masih alami, dengan pohon-pohon menghijau, pasir putih membentang, deburan ombak, serta keheningan adalah satu paket relaksasi yang ditawarkan pada pengunjung.

Lupakan hiruk-pikuk kota dengan segala kesibukannya. Manjakan sejenak pikiran di pulau-pulau mungil yang bertebaran di perairan Lampung. Yang asyik, tak butuh waktu lama untuk mencapai pulau-pulau ini dari daratan Sumatera.

Kita mulai dari pulau yang agak besar dan berpenghuni, yakni Pulau Pisang di pesisir barat. Pulau ini dihuni oleh pengrajin kain tapis dan sulam mas khas Lampung. Jadi, sembari menikmati pasir putih di pantai kita bisa melihat proses pembuatan kain tapis dan sulam mas. Atau bisa juga mengelilingi pulau dengan menyewa sepeda motor.

Agak ke selatan, kita akan menemukan Pulau Tegal yang terletak tak jauh dari Pantai Mutun dan Pantai Sari Ringgung. Pulau ini tak cuma menyajikan pemandangan pantai yang indah, pesona bawah airnya pun dijamin memanjakan mata dan batin. Banyak ditemui makhluk-makhluk laut "tidak umum" di sini, selain karang-karang menakjubkan.

Di dekat Pantai Pasir Putih, terdapat Pulau Condong dengan pesona alamnya yang memukau. Untuk mencapai pulau ini cukup membutuhkan waktu 20 menit mengendari perahu dari pantai. Sangat dekat.

Mau merasakan sensasi berlibur di Maladewa? Pindahlah ke Kecamatan Rajabasa di Lampung Selatan. Di daerah ini ada satu pulau kecil nan unik, di mana pasirnya bersambung dengan pasir di pantai Pulau Sumatera. Penduduk setempat menyebutnya sebagai Pulau Mengkudu. Mungkin karena bentuk pulau ini mirip mengkudu? Entahlah.

Karena pasirnya menyatu membentuk semacam jalan, kita tak butuh menyeberangi laut untuk menuju Pulau Mengkudu. Cukup parkir kendaraan di kawasan pantai, lalu lanjutkan dengan berjalan kaki sembari menikmati panorama laut di sekeliling.



3. Air Terjun
Lampung tak cuma punya pantai-pantai indah, pesona bawah laut nan menggoda, serta pulau-pulau kecil menawan. Bagi yang tak suka "main di laut" masih banyak pilihan obtek wisata lain. Bagaimana dengan air terjun?

Di Desa Harapan Jaya, Padang Cermin, terdapat sebuah air terjun cantik bernama Sinar Tiga. Dikelilingi pepohonan menghijau dan lubuk yang tak terlalu besar, air terjun ini menyuguhkan keindahan pemandangan alam bersama sejuknya udara segar.

Pesona tak kalah indah dengan jalur tempuh lebih mudah bisa didapatkan di air terjun Way Lalaan. Terletak tak jauh dari jalan lintas Bandar Lampung - Kota Agung, air terjun ini cocok sebagai pelepas penat bagi pengendara yang tengah menempuh perjalanan jauh.

Jika air terjun Sinar Tiga dan Way Lalaan dirasa kurang tinggi, coba pindah tempat ke Curug Tujuh Linggapura. Disematkannya kata "tujuh" dalam nama air terjun ini bukan tanpa alasan. Air terjun ini memiliki tujuh tingkat, dengan total ketinggian dari tingkat pertama ke tingkat ketujuh 75 meter.

Satu hal yang agak disayangkan, akses menuju Curug Tujuh Linggapura masih terhitung sulit. Selain itu lokasinya jauh dari pusat kota. Dari Bandara Radin Inten II, kita harus berkendara sejauh 135 km menuju Desa Linggapura di Kecamatan Padang Ratu, Lampung Tengah. Itupun masih dilanjut ojek untuk sampai di air terjun.

Selain Curug Tujuh, air tejun Putri Malu di Way Kanan juga memiliki jalur tempuh menantang. Pengunjung baru bisa mencapai lokasi air terjun setelah menumpang ojek motor trail dari Dusun Juku Batu. Lama perjalanannya pun tak tanggung-tanggung, 40 menit! Tapi semua itu bakal terbayar lunas oleh keindahan air terjun Putri Malu.

Tak jauh dari air terjun Putri Malu terdapat air terjun Batu Duduk. Hmm, sekali naik ojek trail dua air terjun terlampaui.

Bergeser ke Desa Sukamaju, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, terdapat air terjun yang tengah naik daun berkat promosi media sosial. Namanya air terjun Lembah Pelangi, yang menurut penduduk setempat awalnya bernama air terjun Pondok Rejo. Sesuai namanya, cahaya matahari yang menembus butir-butir air terjun ini kerap membentuk pelangi.

Di antara semua itu, barangkali Curug Gangsa yang paling unik. Bukan rute ataupun pemandangan sekitarnya yang unik, melainkan penyebab terbentuknya air terjun ini. Curug Gangsa aslinya merupakan ujung saluran irigasi persawahan di Way Kanan. Karena ujungnya berada di tebing yang tinggi, air yang mengalir pun menjelma sebagai air terjun.


Lampung Krakatau Festival
Habis? Belum. Masih banyak lagi obyek-obyek wisata Lampung yang merupakan potensi terpendam daerah ini. Di atas hanya menguraikan tiga jenis obyek wisata. Sedangkan Lampung juga mempunyai Desa Wisata Gedung Batin, situs purbakala Pugung Raharjo di Lampung Timur, Teluk Kiluan di mana kita bisa melihat ikan lumba-lumba, dan masih banyak lagi.

Jangan lupakan pula Taman Nasional Way Kambas yang merupakan taman nasional tertua, sekaligus sekolah gajah pertama di Indonesia. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang bakal mengundang decak kagum dengan kekayaan alam hayatinya. Satu lagi yang sangat melegenda adalah Taman Nasional Anak Krakatau.

Gunung Krakatau merupakan legenda dunia. Letusannya nan dahsyat di tahun 1883 masih menjadi cerita menarik di Tanah Eropa hingga sekarang. Kejadian meletusnya Gunung Krakatau diabadikan dalam banyak film, baik film dokumenter maupun film layar lebar, serta sejumlah buku.

Kini, meski Gunung Krakatau sudah hilang akibat letusannya sendiri, keagungannya tetap terjaga berkat kemunculan gunung baru di tempat Krakatau dulu berada. Orang pun dengan mudahnya menyebut gunung baru tersebut sebagai Gunung Anak Krakatau.

Dari Lampung, Taman Nasional Anak Krakatau dapat didatangi lewat dermaga Canti. Singgah sebentar di Pulau Sebesi, barulah perahu berlabuh di Krakatau. Terdapat tiga pulau besar di kawasan ini, yakni Pulau Sertung, Pulau Rakata, dan Pulau Panjang. Gunung Anak Krakatau sendiri berada di tengah-tengah ketiga pulau tersebut.

Ketiga pulau yang mengelilingi Anak Krakatau dulunya merupakan badan Gunung Krakatau. Bayangkan betapa besarnya gunung ini. Letusan hebat pada 1883 telah menghancur-leburkan gunung tersebut, menjadi tiga pulau di Selat Sunda. Gunung Anak Krakatau sendiri baru mulai muncul pada tahun 1927, kurang-lebih 45 tahun setelah Krakatau meletus.



Untuk memperingati letusan mahahebat Krakatau, pemerintah provinsi Lampung menggelar event tahunan bertajuk Lampung Krakatau Festival, Pariwisata Indonesia. Diadakan sejak 1991, festival ini bertujuan mempromosikan atraksi, daya tarik wisata unggulan, dan seni budaya Lampung. Khusus tahun ini, festival diadakan pada 24-28 Agustus 2016 dengan mengusung "Lampung The Treasure of Sumatera" sebagai tagline.

Beragam kegiatan diadakan sepanjang Festival Krakatau 2016. Beberapa di antaranya Jelajah Pasar Seni, Jelajah Layang-Layang, Jelajah Rasa alias Festival Kuliner, Jelajah Krakatau, Jelajah Semarak Budaya (Lampung Culture & Tapis Carnival), serta Investor Summit (Gala Dinner) yang khusus digelar bagi stakeholer pariwisata nasional.

Saya sendiri terkesan dengan tagline Lampung. The Treasure of Sumatera, harta karunnya Sumatera. Sebuah tagline yang menggambarkan betapa banyak keindahan terpendam di Lampung. Betapa banyak potensi pariwisata yang ada di provinsi ini.

Jika digarap dengan serius, diimbangi dengan promosi gencar, dan tentu saja tersedianya fasilitas serta prasarana memadai, pariwisata Lampung dijamin bakal berkembang pesat. Dengan kerja sama semua pihak, impian Gubernur Ridho Ficardho menjadikan Lampung sebagai destinasi wisata internasional bakal terwujud.

Semoga saja. Dan semoga ada yang mengajak saya menikmati keindahan Lampung. Amin... :)

Referensi:
http://lampung.bps.go.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Ridho_Ficardo
http://lifestyle.okezone.com/read/2016/08/19/406/1467891/festival-krakatau-2016-lampung-the-treasure-of-sumatera
http://indopos.co.id/festival-krakatau-2016-lampung-the-treasure-of-sumatra/
http://citraindonesia.com/digelar-lampung-the-treasure-of-sumatera/
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=197222:indian-investor-to-build-railroad-track-in-s-sumatra&catid=30:english-news&Itemid=101

Disclaimer: Tulisan ini diikut-sertakan dalam Lomba Blog "The Treasure of Sumatera" yang diadakan Dinas Pariwisata Lampung sebagai rangkaian Lampung Krakatau Fest 2016.

Pengalaman Serba Pertama di Lampung

$
0
0
RABU pagi ini saya berangkat ke Lampung. Berkat memenangkan lomba blog Sunpride, saya bersama beberapa blogger lain dibawa berkunjung ke kebun buah Nusantara Tropical Farm di kawasan Way Kambas, Lampung Timur. Perjalanan ini akan jadi kali pertama saya mendatangi propinsi paling selatan Pulau Sumatera tersebut.

"Jadi, ceritanya Bung Eko belum pernah ke Lampung nih?"

Ini pertanyaan susah-susah gampang dijawab. Entah berapa kali saya melintasi Lampung sejak tahun 2000, tahun ketika saya pergi merantau ke Jogja untuk menuntut ilmu. Tapi benar-benar hanya melintas saja.

Dari Jambi atau Palembang, saya biasa menumpang bus Ramayana atau Putra Remaja menuju ke Jogja. Jaman itu Kabupaten Ogan Komering Ulu di Sumatera Selatan masih berbatasan langsung dengan Kabupaten Tulang Bawang di Lampung. Biasanya bus memasuki Tulang Bawang rembang petang. Lalu pagi-pagi buta sampai di Bakauheuni, sebelum menyeberang ke Pulau Jawa.

Pernah sih saya menginap semalam di Lampung. Tapi statusnya tetap saja melintas, numpang lewat. Itu terjadi di tahun 2007, sewaktu saya nebeng seorang paman yang hendak menjenguk anaknya di Lampung. Saya dan paman bertemu di rumah Simbah di Palembang, lalu saya diajak ke rumah paman di Pendopo, Kab. PALI.

Ketika paman dan bibi ke Lampung untuk menjenguk anaknya yang sekolah di sana, saya ikut. Lumayan nebeng sampai Lampung, hemat ongkos. Hehehe. Sampai di Lampung jelang magrib, menginap semalam, lalu keesokan harinya saya sudah berada di dalam bus AKAP menuju Jogja. Lagi-lagi, hanya numpang lewat.

FOTO: Panoramio.com

Rajabasa dan Bakauheni
Karena bolak-balik cuma numpang lewat, referensi saya soal Lampung hanya dari cerita orang dan baca sana-sini. Semasa tinggal di Batumarta VI, saya menemukan bertumpuk-tumpuk koran Lampung Post di rumah dinas bibi yang seorang bidan desa. Dokter yang pernah menempati rumah dinas tersebut rupanya pelanggan Lampung Post.

Itulah perkenalan pertama saya dengan Lampung. Berhari-hari saya habiskan untuk membaca eksemplar demi eksemplar Lampung Post tersebut sebelum berpindah tangan ke tukang loak. Tapi saking banyaknya koran yang dibaca, saya tak ingat apapun isi koran itu kecuali berita kaburnya Eddy Tansil dari penjara dan serial silat karangan Asmaraman S. Kho Ping Hoo.

Saya lebih mengenal Lampung semenjak kuliah di Jogja. Ya, gara-gara melintas saat berangkat dari atau pulang ke Jambi. Saya jadi tahu di Lampung ada satu terminal bus besar dan terkenal bernama Terminal Rajabasa. Salah satu terminal terbesar dan tersibuk di Sumatera. Mau cari bus jurusan mana saja ke Sumatera dan Pulau Jawa sampai Bali, semua ada di terminal ini.

FOTO: jejakrodakecil.comRupanya nama terminal ini diambil dari nama Gunung Rajabasa, sebuah gunung berapi aktif dengan ketinggian 1.282 mdpl di wilayah Lampung Selatan. Danau besar di puncak gunung menandakan Gunung Rajabasa pernah erupsi dahsyat. Hanya saja tidak diketahui pasti kapan peristiwa tersebut terjadi.

Selain Terminal Rajabasa, Lampung juga punya Pelabuhan Bakauheni yang merupakan gerbang utama Pulau Sumatera dari Jawa. Pelabuhan ini tak akan pernah terlupakan karena di sinilah saya pertama kali naik kapal laut. Juga pertama kali saya melihat lautan luas!

Saya masih ingat betul hari itu, suatu Subuh di bulan Juni 2000. Bus Ramayana yang saya tumpangi masuk pelabuhan saat langit masih gelap. Adzan Subuh belum lama berkumandang. Mata saya tak berkedip sedikit pun ketika bus masuk ke dalam lambung kapal. Kesibukan petugas mengatur bus dan truk, suara bising mesin kendaraan, berikut aroma khas lambung kapal, semuanya masih terekam jelas dalam memori.

Ketika feri mulai bergerak meninggalkan Pulau Sumatera saya tak henti-hentinya memandang lautan dengan takjub. Sepanjang dua jam saya terus berdiri di sisi kapal, melihat pulau-pulau kecil di sekitar pelabuhan sembari berpegangan pagar besi. Udara pagi nan sejuk bercampur uap garam saya hirup pelan-pelan dengan perasaan bahagia.

Sejak 2005, bertepatan dengan berdirinya Monumen Siger, saya lebih suka mudik ke Jambi lewat jalur udara karena alasan menghemat waktu. Jalur mudik berubah. Naik kereta atau travel ke Jakarta, lalu dilanjutkan pesawat ke Jambi. Terlebih semenjak mempunyai anak, saya tak pernah lagi menjenguk orang tua naik bus.

Rupanya ada rasa rindu setelah bertahun-tahun tak melewati Bakauheni dan naik kapal feri. Karenanya momentum pernikahan adik di Jambi pada November 2015 saya manfaatkan untuk mengulang kembali kenangan masa kuliah. Berangkat naik pesawat, pulangnya saya ajak anak-istri naik bus supaya bisa naik kapal dan menikmati suasana Selat Sunda nan syahdu.

Berikut rekaman video kami naik kapal feri dari Bakauheni yang saya unggah di channel YouTube anak-anak.



Way Kambas dan Pantai Marina
Selain Rajabasa dan Bakauheni, ada dua tempat lagi yang akrab di telinga saya: Way Kambas dan Pantai Marina. Maklum, dua tempat tersebut masa-masa itu merupakan obyek wisata andalan Lampung. Saya sendiri belum pernah ke Way Kambas maupun Pantai Marina. Lagi-lagi, saya hanya dengar cerita dari mereka-mereka yang pernah pelesiran ke sana.

Kalau saya tak salah ingat, nama Way Kambas tercantum dalam buku pelajaran sekolah. Cuma saya lupa persisnya pelajaran apa dan di kelas berapa. Yang masih saya ingat, di Way Kambas ada Pusat Latihan Gajah yang lebih dikenal sebagai sebutan sekolah gajah. Waktu itu merupakan satu-satunya di Indonesia.

Way Kambas sendiri sebenarnya taman nasional atau hutan lindung. Luas kawasan Taman Nasional Way Kambas sekitar 126.000 hektar. Inilah taman nasional tertua di Indonesia. Dibuat untuk melindungi berbagai satwa liar Sumatera yang terancam punah. Selain gajah, di sini juga ada harimau dan badak Sumatera.

Di sekolah gajah Way Kambas, gajah-gajah liar dilatih menjadi gajah jinak sehingga dapat diberdayakan untuk berbagai keperluan. Misalnya gajah tunggang, gajah sirkus, sampai bermain sepakbola sebagai hiburan.

Saya masih penasaran sama sepakbola gajah ini. Sejak dulu ingin sekali menyaksikan langsung pertandingannya. Saya ingin tahu sebesar apa bola yang dipakai bermain sepakbola oleh gajah-gajah cerdas ini.

Beruntungnya saya. Dalam agenda kunjungan ke Lampung ini ada rencana ke Way Kambas. Kebun buah Nusantara Tropical Farm yang akan kami kunjungi letaknya tak jauh dari taman nasional tersebut. Mudah-mudahan saja ada pertunjukan sepakbola gajah saat kami di sana. Amin.

FOTO: ANTARA FOTO/Ampelsa

Oya, kalau sempat saya mau usul ke pembina sepakbola gajah di Way Kambas untuk menantang tim gajah Thailand. Hehehe...

Terkait Pantai Marina, saya dapat cerita dari adik yang pernah ikut keluarga pakde berwisata ke sana. Adik saya dengan bangga menceritakan pengalamannya bermain-main dengan ombak dan pasir pantai. Waktu itu saya masih SMA dan adik saya SMP. Kejadiannya antara tahun 1999 atau 2000, saya tak ingat persisnya.

Selain Ibu yang lahir dan dibesarkan di pesisir utara Jawa Timur, tak seorang pun dari keluarga kami pernah melihat laut dan pantai. Jadilah adik saya orang pertama di keluarga kami yang berwisata ke pantai. Dan Pantai Marina jadi pantai pertama yang masuk dalam memori saya.

Jadi, sampai dengan tahun 2000 saat berangkat ke Jogja untuk kuliah, Lampung telah memberikan begitu banyak kenangan pertama bagi saya. Berikut beberapa yang paling berkesan:
- Pertama kali meninggalkan Pulau Sumatera, melalui Lampung.
- Pertama kali melihat dan naik kapal laut di Pelabuhan Bakauheni.
- Pertama kali melihat dan menyeberangi lautan, yaitu Selat Sunda, dari Pelabuhan Bakauheni.
- Pertama kali diceritai tentang serunya bermain di pantai, dengan Pantai Marina sebagai obyeknya.

Dan, kunjungan ke kebun buah Nusantara Tropical Farm bersama Sunpride ini adalah kali pertama saya dengan sengaja berkunjung ke Lampung. Bukan sekedar numpang lewat seperti masa-masa kuliah dulu.

Tunggu cerita perjalanan saya selama di tanah Sang Bumi Ruwa Jurai ya...


Tenggelam di Sungai Serayu

$
0
0

MATAHARI tepat berada di atas ubun-ubun saat saya meloncat turun dari bus jurusan Purbalingga-Wonosobo. Alun-alun Banjarnegara sangat ramai. Orang-orang berseragam PNS, anak-anak sekolah, juga masyarakat umum berseliweran di seputaran alun-alun.

Saya lihat jam di handphone. Jam 12 kurang seperempat. Sudah masuk waktu Dzuhur. Suara iqamah sayup-sayup terdengar dari masjid yang menaranya terlihat dari jalan tempat saya turun. Saya pun melangkahkan kaki ke masjid, yang belakangan saya ketahui bernama Masjid An-Nuur atau oleh penduduk setempat disebut sebagai Masjid Kauman.

Jalan di seputaran alun-alun padat oleh sepeda motor yang diparkir. Saya musti mencari celah di antara kendaraan-kendaraan roda dua tersebut. Sampai di halaman masjid, lautan sepeda motor kembali saya temui. Penuh sekali! Saya tak bisa membayangkan bagaimana caranya pemilik sepeda motor yang kendaraannya diparkir paling depan keluar dari halaman masjid.

Saya sendiri langsung menghampiri tukang parkir yang tengah memindah sepeda motor. "Toilet di mana, Pak?" tanya saja. "Masuk saja, belok kiri," jawabnya singkat sembari membawa sepeda motor ke bagian lain halaman masjid.

Masuk ke dalam, serambi masjid juga penuh oleh orang. Sebagian duduk-duduk sembari menatap layar hape, beberapa yang lain rebahan di lantai marmer, ada pula yang merapikan pakaian. Di bagian lain terlihat ibu-ibu muda melipat mukena. Anak-anak paling ramai, berceloteh satu sama lain membuat suasana masjid riuh-rendah.

Mata saya mencari-cari tulisan penunjuk ke kamar kecil. Benar kata Pak Parkir tadi, di sebelah kiri serambi masjid terdapat pintu kecil. Di sana terdapat jejeran kran tempat wudhu. Saya masih harus berjalan menuruni tangga untuk menuju ke kamar kecil. Lalu antri beberapa saat sebelum mendapatkan giliran melepas hajat buang air kecil. Hehehehe...

Selepas menunaikan salat Dzuhur di bagian dalam masjid, saya coba menggali informasi dari seorang pria berpakaian PNS. Keterangan yang saya dapat, acara kirab budaya peringatan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara sudah usai. Itulah sebabnya orang-orang mulai bergerak meninggalkan alun-alun. Hiburan rakyat berupa kuda lumping dan wayang kulit baru akan digelar sore hari.


Oya, Senin (22/8/2016) itu saya ke Banjarnegara untuk memenuhi undangan mendadak dari penyelenggara lomba blog Mayuh Plesir Maring Banjarnegara. Disebut mendadak karena undangan diumumkan di web Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara pada 19 Agustus, dan kami diminta datang tanggal 21 Agustus. Tak ada pemberitahuan via email maupun telepon, hanya undangan terbuka di web.

Saya sendiri baru tahu mengenai undangan ini pada 21 Agustus sore. Itupun setelah dikabari oleh blogger lain, Mas Amir Mahmud, melalui Facebook. Rupanya kami sama-sama masuk 10 besar dalam lomba tersebut. Panitia sebenarnya mengundang 20 besar, tapi yang datang hanya tujuh blogger yang masuk 10 besar. Salah satunya saya.

Pinggir Kali Serayu
Karena acara kirab budaya sudah usai, besar kemungkinan rombongan blogger yang tiba lebih dahulu juga sudah meninggalkan lokasi acara. Saya merogoh handphone di saku dan menghubungi nomor contact person yang tertera di web Disbudpar Banjarnegara. Untunglah, ternyata mobil yang membawa rombongan blogger masih ada di sekitaran alun-alun.

"Tunggu saja di masjid, Mas. Nanti kami jemput," kata suara di seberang telepon.

Saya menurut. Agar mudah ditemukan, saya bergeser ke bawah menara masjid. Area ini jauh lebih lengang dari tempat lain di Masjid An-Nuur. Setelah menunggu sejenak sembari merekam suasana alun-alun, dua orang datang menghampiri saya. Yang seorang kemudian kami panggil Pak Bonar, satunya lagi Mas Nur.

Fix, saya benar-benar melewatkan acara inti dari peringatan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara ke-185. Tapi setelah mendengar cerita kawan-kawan blogger yang diminta ikut arak-arakan berjalan kaki sejauh beberapa kilometer, diam-diam saya merasa bersyukur. Hihihi...

Dalam perjalanan menuju penginapan saya berkenalan dengan blogger-blogger lain. Saya duduk tepat berselahan dengan Mas Amir yang nekat datang naik sepeda motor dari Kebumen meski tak punya SIM C. Mobil penuh sesak. Ada sembilan penumpang plus satu sopir dari seharusnya hanya berkapasitas 6-7 orang.

Kurang-lebih 10 menit perjalanan tibalah kami di The Pikas Resort. Di penginapan berkonsep bungalow alami inilah kami akan beristirahat malam itu. Lokasinya persis berada di sebelah Sungai Serayu. Nama "Pikas" sendiri menurut cerita Pak Bonar merupakan singkatan dari "pinggir Kali Serayu."

Acara berikutnya adalah rafting, arung jeram menyusuri Sungai Serayu. Sebelum itu kami diajak makan siang. Restorannya masih di dalam area The Pikas Resort, jadi kami hanya perlu jalan kaki beberapa menit dari penginapan. Menunya sengaja dipilih yang tidak terlalu mengenyangkan, sebab seusai rafting akan langsung makan lagi. Jadilah kami disuguhi mi goreng.


Dari restoran ke tempat pemberangkatan menuju lokasi start arung jeram juga tak jauh. Lokasi kedua tempat malah saling berhadap-hadapan. Inilah istimewanya The Pikas Resort. Bukan sekedar tempat penginapan dan makan, tapi juga cocok untuk menguji adrenalin bagi penyuka wisata petualangan. Selain rafting, di tempat ini juga tersedia area khusus paint ball.

Sebelum berangkat kami diminta memakai pelampung dan helm. Masing-masing peserta juga dibekali dengan sebuah dayung, plus sebotol sedang air mineral. Saya sempat heran, mau main air di sungai kok dibawain air minum ya? Keheranan ini terjawab saat sudah berada di atas perahu karet.

Sebuah mobil Suzuki Carry yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa membawa kami ke Desa Bojanegara di Kecamatan Sigaluh. Jaraknya kira-kira 15 km dari alun-alun Banjarnagera, atau sekitar 13-14 km dari The Pikas Resort. Dari sinilah petualangan kami menyusuri Sungai Serayu dimulai.

Sesampai di starting point, salah seorang pemandu bernama Mas Manto memberi briefing. Mulai dari cara mengenakan helm yang benar, cara memegang dayung, sampai tindakan-tindakan dalam kondisi darurat semisal tercebur ke sungai, dan lain-lain. Dari sekian panjang uraian Mas Manto, satu hal yang paling saya ingat adalah: jangan panik.

Well, ini merupakan pengalaman pertama saya melakukan arung jeram. Meski bisa berenang, tapi saya belum pernah berenang di sungai berarus deras seperti Serayu. Sebagai gambaran, sungai ini biasa digunakan menggelar lomba arung jeram tingkat nasional dan internasional. Artinya, level kesulitan berarung jeram di Sungai Serayu tergolong tinggi. Sedangkan saya seorang pemula!

Tenggelam dan Ditenggelamkan
Untungnya Sungai Serayu tengah surut siang itu. Airnya tidak terlalu dalam, sehingga arusnya tidak sederas saat debit air sedang tinggi. Seorang blogger yang seperahu dengan saya sempat bertanya berapa kedalaman sungai. Cuma saya tidak ingat jawaban Mas Manto.

Rombongan tujuh blogger ditambah Mas Nur dibagi ke dalam dua perahu. Saya di perahu biru bersama Mas Nur, Hendi Setiyanto, Faizhal Arif Santosa, dan Mas Manto sebagai pemandu. Di perahu kuning ada Mas Arif Saefudin, Mas Amir, Mas Muh. Zia Ulkhaq, dan Muhammad Razin Mufadhol yang masih duduk di bangku SMA. Saya kok lupa siapa nama pemandu perahu kuning. Padahal sudah disebutkan namanya oleh Mas Manto saat briefing.




Petualangan kami berawal dengan baik. Beberapa jeram di awal-awal perjalanan sukses dilalui tanpa kesulitan. Mas Manto menerangkan nama-nama tiap jeram dan asal-usul nama tersebut jika ada. Dari sekian nama jeram yang kami lalui, saya cuma ingat Jeram Panjang karena memang paling panjang.

Entah di jeram mana, perahu karet terbanting dan menghantam batu karang di tepi sungai. Tubuh saya terguncang keras, kaki lepas dari sela-sela bantalan perahu dan terangkat ke atas, sehingga saya terbalik masuk ke sungai. Byur!

Saya tidak ingat detil kejadiannya. Yang saya tahu sekujur tubuh saya basah, arus sungai menyeret saya entah kemana. Saya kontan panik. Lupa sama sekali kalau saya memakai pelampung. Saya menggerak-gerakkan kaki dan tangan berusaha tetap mengapung. Setelah menoleh ke sekeliling, terlihat posisi perahu karet yang sudah meninggalkan saya.

Saya beruntung seperahu dengan Hendi, blogger asli Banjarnegara yang sudah berkali-kali mengarungi jeram Sungai Serayu. Sigap Hendi menyodorkan pangkal dayungnya pada saya. Percobaan pertama gagal, saya tak bisa meraih dayung. Baru pada percobaan kedua saya sukses menangkap pangkal dayung. Hendi menarik saya mendekati perahu karet.

"Jangan panik, jangan panik!" serunya begitu tubuh saya merapat di perahu karet. Berdua dengan Mas Nur ia memegangi pelampung saya, coba mengangkat saya ke atas perahu. Lagi-lagi percobaan pertama gagal. Saya yang masih setengah panik lupa pada briefing Mas Manto sebelum kami memulai petualangan. Seharusnya pada situasi seperti itu kedua tangan saya memegangi pelampung agar tak tertarik ke atas dan lepas.

Barulah setelah Hendi mengingatkan, saya memegangi pelampung. Tapi tetap saja usahanya menarik saya dari air gagal. Bisa jadi karena badan saya terlalu berat untuknya. Hahaha. Mas Manto turun tangan. Dengan teknik teh celup ia sukses mengangkat saya ke atas perahu. Leganya...

Perjalanan dilanjutkan. Selama beberapa detik saya masih agak shock. Beberapa jeram lagi berhasil kami lewati dengan baik, hanya saja tubuh kami jadi basah kuyup. Mas Nur entah berapa kali meminum air sungai yang menciprat masuk ke dalam perahu karet kami.

Di sebuah bagian sungai yang tenang, Mas Manto berulah. Dengan dalih mempraktikkan briefing-nya ia meminta kami semua bergeser ke sisi kiri perahu dan melakukan dayung mundur. Awalnya tak terjadi apa-apa. Dayung mundur membuat perahu berbalik arah. Sampai kemudian saya sadar beban yang terpusat hanya di satu sisi bisa membuat perahu terbalik.

Benar saja. Setelah beberapa kali mendayung mundur, perahu terbalik sehingga kami semua tercebur ke dalam sungai. Karena kami tadi ada di sisi kiri perahu dan arah tenggelamnya ke kiri, kami semua tenggelam di bawah perahu karet. Beruntung di bagian tersebut arus lebih tenang, sehingga kami tak terseret.





Perhatikan foto paling atas. Di sana terlihat bagaimana Mas Manto menarik bagian kanan perahu. Karena semua beban tertumpu di sebelah kiri, perahu dengan mudah terbalik dan kami semua tercebur ke sungai. Lihat juga bagaimana Mas Manto tersenyum sembari melihat ke kamera di atas jembatan sesaat sebelum perahu terbalik. Dasar!

Selesai? Belum. Di satu jeram berbatu-batu besar Mas Manto kembali memainkan triknya. Alih-alih menghindari batu besar di depan, ia malah mengajak kami menabrakkan perahu karet ke batu tersebut. Dibantu arus sungai, perahu sukses tersangkut di atas batu. Mandeg, tidak bisa bergerak kecuali ke samping. Lalu dorongan arus dari belakang membuat perahu terbalik. Kami semua tumpah ke dalam sungai.

Berbeda dengan saat ditenggelamkan sebelumnya, kali ini tubuh kami disambut arus deras dan batu-batu besar. Kami terseret beberapa meter ke depan. Kaki saya beberapa kali terantuk batu. Tim pemandu baru bisa menaikkan kami ke atas perahu setelah berada di bagian sungai yang arusnya lebih tenang.

Kali ini saya yang lebih dulu diselamatkan tim pemandu ke atas perahu. Karena sudah dua kali tercebur, pada kali ketiga tersebut saya sudah lebih tenang. Begitu jatuh ke air saya segera berusaha naik lagi ke permukaan, mencari lokasi perahu. Hal pertama yang saya tanyakan kepada Mas Manto adalah, "Yang lain di mana?"

Mas Nur saya lihat berada di perahu kuning. Kedua perahu lalu didekatkan agar Mas Nur bisa pindah ke perahu biru. Hendi berada jauh dari perahu, sehingga Mas Manto melempar tali untuk menariknya. Yang paling terakhir diangkat Mas Faizhal. Ia ditemukan oleh dua pemandu lain yang memakai kano, dan ditahan di pinggiran sungai sampai perahu karet mendekat.

Malam Penuh Anugerah
Setelah mengarungi Sungai Serayu selama sekitar 2,5 jam sampailah kami di garis finish. Begitu melewati jembatan di dekat The Pikas Resort, perahu merapat ke tepian sungai. Kami turun satu-satu, mengakhiri petualangan seru siang itu.

Begitu menjejak tanah barulah terasa lelahnya luar biasa. Juga haus dan sedikit lapar. Botol air minum kami hanyut saat tenggelam di jeram tadi. Karenanya sebutir kelapa muda yang disediakan operator langsung habis saya lahap. Begitu juga mendoan yang disajikan setelahnya. Lumayan untuk mengganjal perut sebelum tiba jam makan malam nanti.



Setelah bergantian mandi, kami kembali dibawa ke restoran untuk makan malam sembari bercengkrama. Rasa lapar membuat kami makan begitu lahap. Saya sendiri habis banyak sekali, Mas Arif malah sampai nambah lagi.

Acara selanjutnya adalah menghadiri resepsi Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara ke-185 di Pendopo Dipayudha Adigraha. Ini acara resmi yang dihadiri Bupati Sutedjo Slamet Utomo, Wakil Bupati Hadi Supeno, serta seluruh pejabat tinggi kabupaten. Karenanya kami diminta memakai kemeja dan sepatu. Sayangnya, saya tidak terbiasa pakai sepatu.

Selepas salat Isya, jemputan yang akan membawa kami ke Pendopo Kabupaten datang. Jalanan sepi, dan sopir memacu mobil dengan kencang, sehingga tak sampai 10 menit kemudian kami sudah sampai tujuan. Lagu Cinta Mulia milik Koes Plus menyambut kami begitu turun dari mobil.

Oya, satu kejutan tak terduga saya dapat saat dalam perjalanan menuju pendopo. Dari Mas Arif dan Mas Zia, saya diberi tahu kalau menjadi Juara III dalam lomba blog Mayuh Plesir Maring Banjarnegara. Benar-benar kejutan karena saya tak mengira bakal masuk daftar pemenang. Ya meskipun harus diakui sempat berharap begitu sih.

Mas Arif sendiri terpilih sebagai Juara I, dan Mas Amir Juara II. Ada juga penghargaan Desain Blog Terbaik yang didapat Muhammad Razin, dan Penulis Blog Terbaik untuk Faizhal. Sayangnya Lucky Caesar Direstiyani yang meraih gelar Juara Favorit tidak bisa datang malam itu. (Baca juga:Pengumuman Pemenang Lomba Menulis Blog "Mayuh Plesir Maring Banjarnegara")

Informasi tersebut menjawab keheranan saya kenapa Pak Bonar sampai berniat meminjamkan sepatu pada sore harinya. Rupanya sebagai salah satu pemenang saya akan dipanggil ke depan untuk menerima hadiah dari bupati. Tapi karena bukan cuma saya yang tidak pakai sepatu, akhirnya Pak Bonar tak jadi meminjamkan sepatunya.

Segera saja saya mengabarkan berita baik itu pada istri lewat SMS. Dalam balasannya istri saya memberi ucapan selamat seraya mengatakan, "Selamat menikmati malam penuh anugerah ya, Bi." Senangnya...



Begitulah. Malam itu ditutup dengan penuh kebahagiaan untuk saya. Nama saya disebut di pendopo kabupaten, di hadapan pejabat-pejabat tinggi Banjarnegara, lalu hadiah saya terima langsung dari Bupati Sutedjo Slamet Utomo. Dari sekian lomba yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara ke-185, hanya lomba blog yang hadiahnya diserahkan oleh Bupati.

Benar-benar pengalaman tak terlupakan.

Berguru Jurus Traveling dari Dua Mom Traveler

$
0
0

SEMARANG terang-terang tanah saat kereta Tawang Jaya yang saya naiki dari Jakarta masuk ke Stasiun Semarangponcol, Ahad (28/8/2016) lalu. Kabut masih mengambang di udara, menyisipkan rasa dingin. Toh, stasiun sudah ramai pagi itu. Bangku-bangku di ruang tunggu penuh oleh calon penumpang.

Karena masih pagi, saya sempatkan diri mampir ke toilet lalu masuk musala stasiun. Seorang bapak berjenggot rapi mengajak saya salat Subuh berjamaah. Selesai menunaikan dua rakaat saya bergegas ke ruang boarding, mencari colokan listrik. Baterai hape hampir habis. Padahal saya bakal mengandalkan hape tersebut untuk memesan ojek online dan melihat peta.

Kira-kira jam delapan kurang sedikit saya keluar dari stasiun. Saya ke Semarang untuk mengikuti seminar bertema traveling yang diadakan oleh SunLife Financial. Berhubung acaranya dimulai siang, saya berniat menghabiskan pagi di Lawang Sewu, lalu mencari sarapan di sekitaran Jl. Pandanaran. Jadi, saya pun naik ojek ke arah simpang Tugu Muda.

Setelah menelusuri lorong demi lorong, ruangan demi ruangan, selama 2,5 jam di Lawang Sewu, perjalanan saya lanjutkan ke Gramedia. Anak-anak titip buku. Kebetulan pula saya membawa voucher Gramedia hadiah sebuah lomba live tweet. Eh, pas pula momennya Gramedia Pandanaran sedang mengadakan bazaar buku. Klop deh.

Tapi saya tak bisa lama-lama di Gramedia. Saya belum tahu lokasi Hotel Horison yang jadi venue seminar. Juga, sebelum mendatangi lokasi seminar saya berniat mampir di Masjid Baiturrahman terlebih dahulu. Jadi saya harus spare banyak waktu agar tiba sebelum seminar SunLife dimulai.

Benar saja. Dari Masjid Baiturrahman saya sempat lama sekali berputar-putar sembari kebingungan di Mal Ciputra. Entah berapa orang satpam dan pengunjung mal yang saya mintai petunjuk. Sampai akhirnya berkat bantuan seorang petugas Information Center yang sedang makan siang, saya berhasil juga menemukan Hotel Horison.

Aih, rupanya Hotel Horison berada persis di sebelah Matahari Mall yang ada di seberang Mal Ciputra. Dasar ndeso!


Jurus-Jurus Traveling
Untunglah, sampai di Lantai 14 acara belum dimulai. Teman-teman blogger tengah asyik makan siang di restoran. Mbak Muna Sungkar yang sedang makan semeja dengan suami dan anaknya mempersilakan saya untuk langsung bergabung di restoran. Kebetulan sekali. Perut ini memang sudah keroncongan dari tadi. Hahaha...

Tepat jam satu siang acara dimulai. Saya sendiri terlambat masuk ruangan karena mampir dulu ke rest room untuk sekedar membasuh badan dan ganti baju.

Sesi pertama menghadirkan Mbak Donna Imelda. Tahu dong siapa pembicara satu ini. Seorang traveler beken yang sudah berpetualang ke banyak negara di dunia. Pengalaman jalan-jalan Mbak Donna bisa dibaca di blog pribadinya yang beralamat di DonnaImelda.com, sebagian lagi di web AyoPelesiran.com.

Mbak Donna membuka materinya dengan pernyataan yang sangat menggelitik bagi saya. "Traveling itu tidak mungkin tanpa biaya, tapi biaya traveling bisa dibuat serendah mungkin." Kurang-lebih begitu yang disampaikan Mbak Donna. Ini semacam sentilan bagi orang-orang yang masih merasa traveling itu butuh banyak duit, seperti saya contohnya.

Tak sekedar asal ngomong, Mbak Donna memberikan tips-tips agar kita dapat berwisata dengan biaya sehemat mungkin. Dijabarkan olehnya kalau biaya paling banyak dalam berwisata adalah pos transportasi. Karenanya pertama-tama amankan tiket pesawat jauh-jauh hari agar mendapat harga terbaik.

Sekarang banyak sekali maskapai penerbangan yang menggelar promo tiket. Harganya bisa jadi 50% dari tarif normal, bahkan ada yang sampai Rp0. Ya walaupun harus banyak pajak bandara sendiri, tetap saja angkanya jauh lebih kecil ketimbang membeli dengan harga normal. Mbak Donna menganjurkan untuk rajin-rajin memantau promo-promo seperti ini.

Pos kedua yang tak kalah banyak memakan biaya adalah penginapan. Strateginya hampir sama dengan membeli tiket pesawat, yakni pesan jauh-jauh hari. Selain dapat berhemat beberapa persen, ini juga demi memastikan kita kebagian kamar pada tanggal yang diinginkan. Jangan sampai tiket pesawat sudah di tangan kita malah tak dapat tempat menginap.


Yang terpenting, sesuaikan tipe penginapan dengan kebutuhan. Kalau hanya untuk menumpang tidur setelah seharian eksplor objek-objek wisata di negara tujuan, tak perlulah hotel mahal-mahal. Cari saja budget hotel yang biaya sewanya lebih murah. Tapi juga jangan asal murah lantas mengabaikan kenyamanan. Wisata harus fun, karenanya tempat tidurnya pun harus bikin kita tidur nyenyak.

Satu lagi kalimat penting yang disampaikan Mbak Donna dan saya sangat setuju 100% adalah, jangan traveling dengan uang hutang atau kartu kredit! Mbak Donna berprinsip "pay first, play later." Jadi, upayakan seluruh biaya traveling dibayar lunas di awal dengan dana yang memang disiapkan untuk itu.

Kartu kredit tentu harus diakui sangat memudahkan para traveler. Terutama untuk pemesanan tiket pesawat dan penginapan. Tapi jangan bergantung sepenuhnya pada uang plastik tersebut. Sekalipun bayarnya pakai kartu kredit, kita harus punya dana tunai sehingga begitu tagihan keluar bisa langsung dilunasi. Tidak ada hutang.

"Jangan sampai pulang traveling kepala pusing melihat tagihan," kata Mbak Donna. Sepakat!

Asyiknya Traveling bersama Keluarga
Hal senada disampaikan Mbak Muna yang tampil di kesempatan kedua. Dengan perutnya yang semakin membuncit karena tengah hamil, Mbak Muna memfokuskan bahasannya pada tema traveling keluarga. Hmmm, saya yang punya anak-anak kecil jadi tambah serius menyimak.

Dari blognya saya tahu Mbak Muna seringkali mengajak suami dan anaknya traveling. Bahkan sampai kemping di gunung lho. Bagi sebagian orang traveling membawa anak kecil itu merepotkan. Tapi Mbak Muna membalik anggapan tersebut dan mengatakan traveling bersama anak-anak justru terasa lebih menyenangkan, lebih berwarna.

"Nanti saat anak-anak sudah besar, susah sekali kita mendapat kesempatan untuk bersama-sama. Karenanya mumpung masih kecil-kecil adalah saat terbaik untuk mengajak mereka traveling," kira-kira begitu alasan Mbak Muna. Dan, saya tidak bisa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Bagi anak-anak sendiri pengalaman berwisata bersama orang tua akan menjadi kenangan manis yang mereka kenang seumur hidup. Mengajak traveling juga dapat mempererat hubungan emosional antara anak dan orang tua, sekaligus semakin membuat kompak kerja sama suami-istri. Tambahannya, anak-anak menjadi lebih luas wawasan serta terlatih mentalnya.


Tapi memang family traveling membutuhkan biaya tidak sedikit. Kalau anggota keluarga ada tiga orang, maka tiket pesawat atau kereta api harus dikalikan tiga. Kalau anggota keluarga ada empat ya tinggal dikalikan empat. Misalkan dapat tiket seharga Rp400.000, maka untuk transportasi pergi-pulang saja dibutuhkan biaya Rp2,4 juta (tiga orang) atau Rp3,2 juta (empat orang).

Selalu ada cara untuk menekan biaya. Untuk tiket pesawat bisa diakali dengan rajin-rajin memantau promo yang diadakan maskapai penerbangan. Ada pula maskapai yang memberi diskon khusus bagi penumpang anak-anak. Pilihan terakhir cocok untuk keluarga yang anak-anaknya sudah bersekolah sehingga harus menyesuaikan dengan liburan sekolah.

Kalau travelingnya tidak terlalu jauh, Mbak Muna menyarankan untuk membawa kendaraan sendiri saja. Ini akan sangat menghemat pos transportasi. Terlebih jika mau repot-repot menyetir sendiri selama perjalanan.

Karena biayanya besar, Mbak Muna menekankan pentingnya perencanaan sebelum melakukan family traveling. Hitung dengan cermat masing-masing pos pengeluaran, kalau perlu buat anggarannya per hari. Dibuat rincian berapa uang yang dibutuhkan di hari pertama, kedua, dan seterusnya. Dan yang terpenting harus disiplin mematuhi anggaran yang sudah disusun.

Senada dengan Mbak Donna, Mbak Muna mewanti-wanti untuk tidak melakukan family traveling dengan uang hutang atau kartu kredit. Lebih baik sabar menabung dengan menyisihkan dana sebesar tertentu setiap bulan. Dengan demikian traveling tidak malah membuat kepala tambah pusing karena dikejar-kejar cicilan.

Wujudkan Liburan Impian
Selain sepakat soal jangan berhutang, Mbak Donna dan Mbak Muna juga kompak mengenai pentingnya perlindungan diri selama traveling. Mereka menyarankan agar sebisa mungkin lakukan proteksi diri sebelum melakukan perjalanan sebagai tindakan berjaga-jaga.

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi saat traveling. Yang terjadi dan dialami selama di negara tujuan tidak selalu sesuai dengan rencana. Karenanya tindakan berjaga-jaga berupa proteksi menjadi mutlak dilakukan. Untuk itu Mbak Donna dan Mbak Muna menyarankan para traveler untuk mengambil asuransi sebelum melakukan perjalanan.


Mbak Donna mencontohkan, andaikan kita jatuh sakit di negara orang dan butuh biaya banyak untuk berobat, biaya ekstra yang dikeluarkan tersebut dapat diklaim pada perusahaan asuransi sekembali di tanah air.

Tak kalah penting dari proteksi diri, lindungi juga biaya tiket pesawat atau pesanan hotel dengan cara sama. Dengan demikian jika terjadi hal-hal tak diinginkan seperti pembatalan sepihak atau lainnya, kita tidak kehilangan uang karena akan diganti oleh asuransi.

Oya, asuransi tak hanya untuk keperluan proteksi diri lho. Seperti dijelaskan perwakilan SunLife Indonesia, Bapak Ahmad Emir Farabi, kita bisa memanfaatkan produk-produk asuransi untuk merencanakan liburan impian. Untuk itu SunLife Financial menyediakan layanan Bright Advisor yang dapat diakses melalui www.brightadvisor.co.id.

Bright Advisor adalah web yang dikhususkan sebagai tempat bertanya seputar asuransi jiwa, kesehatan, pendidikan, investasi, dan perencanaan keuangan. Di web ini kita dapat menanyakan berbagai hal terkait asuransi, utamanya produk-produk SunLife Financial. Setiap pertanyaan akan dijawab oleh staf SunLife Indonesia dalam waktu maksimal 2x24 jam.

Sebelum mengajukan pertanyaan, kita juga bisa mengakses pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pengguna sebelumnya. Di sana terdapat pula jawaban dari staf SunLife Indonesia, sehingga dapat dijadikan referensi atau justru menjawab pertanyaan yang tadinya hendak kita ajukan. Kalau penjelasan tersebut masih belum jelas, ya tinggal bertanya saja.

Berita baiknya, portal Bright Advisor terbuka untuk umum. Kita dapat memanfaatkan semua fitur yang disediakan tanpa harus menjadi nasabah SunLife Financial terlebih dahulu. Layanannya juga gratis tis, tanpa sepeser pun biaya.

Sebagai salah satu perusahaan asuransi terbesar dunia, SunLife Financial menawarkan banyak program untuk proteksi diri, perlindungan kesehatan, dana pendidikan, serta dana pensiun. Bapak Farabi sendiri menganjurkan produk Single Pay bagi yang ingin mewujudkan liburan impian. Dengan produk ini kita bisa membayar asuransi perjalanan dalam periode tertentu dan besarnya menyesuaikan kebutuhan masing-masing.

So, ketimbang terjerat utang dan dikejar cicilan, lebih baik bersabar diri menabung beberapa saat agar biaya traveling dapat dibayar lunas sehingga lebih menyenangkan.

Ayo wujudkan liburan terbaikmu!

Ketika Cari Mobil Semudah Menghitung 1, 2, 3

$
0
0

SEKARANG apa sih yang nggak dijual di internet? Pertanyaan ini mengingatkan saya pada Anne Ahira, seorang internet marketer kondang di jamannya. Suatu waktu di mana internet masih jadi barang mewah di Indonesia, ia pernah mengatakan kalau kelak apa saja bakal dijual secara online.

Untuk mendukung ucapannya itu Anne menceritakan pengalamannya menjual kuda. Ya, jual seekor kuda hidup lewat internet. Menariknya lagi, kuda itu bukan miliknya. Ia hanya menghubungkan penjual dengan pembeli, atau istilah populernya jadi makelar alias calo.

Terbukti, sekarang banyak sekali toko online yang menjual berbagai macam barang di dunia maya. Mulai dari sepatu sampai topi, dari lauk makan sampai peralatan masak, dan belakangan kendaraan seperti sepeda motor dan bahkan mobil pun bisa dibeli secara online. Ya, sekarang mencari mobil semudah menggerak-gerakkan mouse.

Saya jadi teringat sewaktu adik ipar membeli mobil pertamanya beberapa tahun lalu. Dengan dana terbatas, ia mencari mobil second yang harganya terjangkau. Tapi juga tidak terlalu kecil agar bisa membawa seluruh anggota keluarganya yang berjumlah empat orang. Untuk itu ia meminta bantuan suami adik istrinya di Semarang.

Kenapa Semarang? Karena kota sebesar Semarang menawarkan pilihan lebih banyak ketimbang Pemalang. Juga, karena yang bisa dipercaya mencarikan mobil tinggalnya di Semarang.

Jadi, adik ipar saya menceritakan mobil yang ia butuhkan dan budget yang dipunyai. Lalu suami adik istrinya itu mencarikan mobil sesuai kriteria dari berbagai dealer mobil bekas. Begitu dapat info mobil yang kira-kira sesuai, mereka kontak-kontakan via handphone. Begitu terus sampai akhirnya didapatlah sebuah mobil yang sreg di hati sekaligus di kantong.

Proses ini lumayan lama. Sebabnya, suami-adik-istri adik-ipar-saya (bingung nggak sih? :D) itu mencari-cari mobil dari satu dealer ke dealer lain di seantero Semarang, juga menampung info dari teman-temannya. Kurang-lebih dua pekan. Belum termasuk menunggu mobil yang sudah dibeli itu dikirim.

Portal Otomotif No. 1
Saya jadi berandai-andai, kalau saja adik ipar saya cari mobil via online tentu bisa lebih praktis dan hemat biaya. Tak perlu menunggu lama untuk mencari-cari mobil dari satu penjual ke penjual lain. Tak perlu menghabiskan banyak pulsa untuk telepon. Yang terpenting ia bisa memilih sendiri tipe mobil yang diinginkan sesuai budget-nya, tidak menyerahkan pilihan pada orang lain.

Ya, sekarang mencari mobil semudah menghitung 1, 2, 3. Dengan bantuan internet, kita dapat melihat-lihat berbagai macam pilihan mobil dari sekian banyak penjual. Tak cuma itu, proses pembelian pun bisa dilakukan secara online. Semuanya cukup dilakukan di depan monitor komputer atau smartphone, serta tanpa perlu meninggalkan rumah.

"Tapi kan beli mobil di internet rawan penipuan? Ini urusannya duit banyak lho..." Kalau alasannya itu, maka carilah situs jual-beli mobil yang terpercaya.


Salah satu rujukan mencari mobil di dunia maya adalah Mobil123.com. Web ini mempunyai tagline"Portal Otomotif No. 1." Bukan sekedar slogan kosong karena Mobil123.com merupakan portal terbesar dan terpecaya yang menghubungkan penjual dan pembeli mobil.

Di portal ini kita dapat mencari berbagai mobil sesuai kebutuhan. Mau cari mobil berdasarkan tipe dan kelasnya atau merek tertentu, semua bisa dilakukan di Mobil123.com semudah memindah kursor. Bagi pembeli dengan budget tinggi terdapat pilihan mobil-mobil baru dari berbagai dealer ternama. Yang mencari mobil bekas tak perlu minder, sebab opsinya tak kalah banyak.

Oya, Mobil123 merupakan portal di bawah grup media otomotif terbesar dan terkuat di Asia Tenggara, yakni iCar Asia. Selain Mobil123, iCar Asia juga mempunyai portal otomotif lain di Indonesia, Otospirit.com. Web terakhir diposisikan sebagai portal otomotif dan gaya hidup modern, dan sejauh ini memiliki perkembangan luar biasa.

Tak hanya di Indonesia, iCar Asia juga beroperasi di Malaysia dengan web Carlist.my. Di Thailand sendiri grup ini mengelola tiga portal sekaligus: Thaicar.com, Autospinn.com, dan One2Car.

Berkantor pusat di Kuala Lumpur, iCar Asia adalah pemimpin pasar di dunia pasar iklan online otomotif yang berkembang pesat di kawasan ASEAN. Saat ini, seluruh portal yang dikelola grup tersebut mencapai lebih dari 4,8 juta pembeli mobil dan penggemar setiap bulan di wilayah Asia Tenggara.

Kucuran Investasi Baru
Meski tengah menjadi pemimpin pasar di Asia Tenggara, iCar Asia bertekad terus melakukan inovasi guna memberikan kenyamanan pada para konsumen dan mitranya. Ini disampaikan oleh Chief Executive iCar Asia Hamish Stone (foto bawah) dalam pernyataan resmi perusahaan.

"Kami sadar bahwa kami harus meningkatkan investasi di Teknologi, Marketing dan Peningkatkan SDM (Sumberdaya Manusia), untuk menggali potensi yang dimiliki oleh iCar Asia dalam beberapa tahun mendatang,” kata Stone.


Tekad tersebut didukung dengan masuknya kucuran investasi baru senilai 22,5 juta dolar Australia belum lama ini. Dengan nilai tukar sebesar Rp10.043 per AUS$ 1, angka tersebut hanya kurang sedikit dari Rp 226 milyar. Tepatnya Rp225.967.482.000.

Jumlah tersebut diperoleh dari penerbitan 54.687.500 lembar saham bernilai AUS$ 17,5 juta (sekitar Rp 230 miliar), di mana Bell Poter Securites bertindak selaku Lead Manager sekaligus Penjamin Emisi. Tambahan dana didapat dari Catcha Group selaku pemegang saham terbesar iCar Asia Limited (28,55%) yang berkomitmen menambah investasi sampai AUS$ 5 juta. Lalu non-executive director Syed Khalil Syed Ibrahim mengusulkan untuk membeli saham senilai AUS$ 500.000.

Kucuran dana segar inilah yang akan dipergunakan oleh iCar Asia untuk melakukan berbagai terobosan. Di Indonesia sendiri beberapa pengembangan Teknologi yang sudah diluncurkan dan dapat dinikmati oleh pengguna web Mobil123.com adalah SI JARI. Ini adalah satu platform khusus bagi para dealer mitra untuk mengatur inventori dagangannya.

Layanan kedua adalah fitur Live Chat yang menghubungkan pengunjung Mobil123 dengan tim Customer Support secara real time. Pelayanan Live Chat tersedia setiap hari, dari Senin sampai Ahad, mulai jam 08.30 WIB sampai dengan 18.00 WIB.

Dari sisi Marketing, langkah yang terus diljalankan adalah memberi edukasi kepada dealer-dealer yang tergabung dalam marketplace Mobil123. Para dealer diberikan pengetahuan seputar pemanfaatan sistem internet terutama dalam memaksimalkan fitur-fitur yang ada di Mobill123.com guna melancarkan bisnis mereka, sekaligus meningkatkan pelayanan pada pembeli.

Terakhir, pengembangan di sektor SDM dilakukan dengan cara merekrut karyawan-karyawan berkualitas dengan integritas tinggi, serta mengedukasi mitra-mitra dealer dan penjual mobil. Dengan tambahan tenaga profesional mumpuni, perusahaan yang terdaftar di indeks Australian Securities Exchange ini dapat fokus dalam pengembangan portal-portal otomotif terdepan di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Oya, dalam waktu dekat iCar Asia akan merilis dua produk baru lho. Kedua produk ini dimaksudkan agar dapat memberi nilai tambah serta kemudahan bagi para penggunanya. Apa itu? Kita tunggu saja.

Kredit foto:
1. Daihatsu Xenia di salah satu bazaar mobil bekas.
2. Empat SPG dengan banner Mobil123, foto dari Mobil123.com.
3. Hamish Stone, foto dari press release Mobil123.com.

Pangkalpinang, Pesona dari Timur Pulau Bangka

$
0
0
"MAMPIRLAH sekalian ke Pangkalpinang, Ko. Kito jalan-jalan di sini," undang Ryan begitu tahu saya akan ke Palembang, pertengahan Mei lalu. Undangan yang menarik sebenarnya. Sayang sekali saya harus mengikuti agenda yang telah ditentukan pihak pengundang, sehingga tak bisa menyempatkan waktu mampir ke sana-sini. "Sori nian, Yan. Kagek lain kalilah aku mampir," balas saya.

Ryan yang nama lengkapnya Novrian Saputra adalah teman SMA saya di Muara Bulian, Jambi. Ia sebenarnya adik kelas, namun kami satu grup di band sekolah. Dia vokalis, saya gitaris. Kontrakan saya dekat sekali dengan rumahnya, jadi kami sangat akrab karena setiap hari bermain bersama. Saya juga kenal dengan saudara-saudaranya, dan beberapa kali bertemu dengan bapak-ibunya.

Selepas SMA saya tak lagi mendengar kabar Ryan. Kami hilang kontak selama belasan tahun, sampai kemudian Facebook mempertemukan kami. Rupanya ia balik kampung ke Pulau Bangka, dan kini menjadi wakil ketua KPID setempat. Hubungan kami semakin intens semenjak Dodi Rozano yang ternyata adiknya menjadi kontestan The Voice Indonesia.

Awalnya saya tidak hirau sama sekali dengan acara The Voice Indonesia ini. Sampai suatu ketika status Ryan di Facebook membuat sikap saya berubah. Ryan rajin sekali menggalang dukungan untuk Dodi, membuat saya ikut-ikutan memberi support via media sosial.

Aih, Dodi yang itukah? Batin saya sembari mengingat-ingat masa lalu di Muara Bulian.

Semasa kami di Muara Bulian, Dodi masih sangat kecil. Kalau tak salah usianya kisaran 4-5 tahun. Yang jelas dia belum sekolah waktu itu. Dodi kecil sering saya lihat tengah bermain-main bersama teman-temannya di halaman rumah.

(Baca kisah lengkapnya di posting Sekelumit Kenangan bersama Dodi Rozano).


Berawal dari Timah
Dari Ryan-lah saya pertama kali mengenal Pulau Bangka, utamanya Kota Pangkalpinang. Ia sering bercerita tentang timah yang sempat jadi komoditas andalan daerah ini. Komoditas yang menjadi akar sejarah terbentuknya Kota Pangkalpinang.

Timah di Pulau Bangka sudah dieksplorasi sejak abad ke-16. Jauh sebelum bangsa Eropa mendarat di Nusantara, kongsi-kongsi asal Tiongkok sudah melakukan penambangan timah dengan seijin Sultan Palembang. Konon, timah Bangka memiliki kualitas sangat baik sehingga diminati dunia. Inilah yang mendorong Belanda menguasai Bangka.

Eksplorasi awal oleh bangsa Belanda dilakukan pada tahun 1710, dengan Muntok menjadi pusat kendali aktivitas pertambangan dan pengolahan timah.

Ketika Inggris berkuasa di Bangka, tahun 1813 East India Company menjadikan Pangkalpinang sebagai salah satu dari tujuh distrik eksplorasi timah. Enam distrik lainnya adalah Merawang, Toboali, Jebus, Klabat, Sungailiat, dan Belinyu. Sejak itulah Pangkalpinang dijuluki Kota Timah dan berkembang menjadi pusat perdagangan.

Lalu Belanda kembali berkuasa di Nusantara. Pangkalpinang dijadikan basis militer untuk menumpas perlawanan rakyat Bangka. Tahun 1913, pemerintahan kolonial Belanda memindahkan ibukota Karesidenan Bangka dari Muntok ke Pangkalpinang. Perpindahan tersebut disebabkan oleh temuan deposit timah nan melimpah di kawasan timur Bangka.

Di masa kemerdekaan, status Pangkalpinang terus berubah dari kota kecil pada tahun 1956, menjadi kotapraja dua tahun berselang, lalu berubah lagi menjadi kotamadya (1965), kotamadya daerah tingkat II (1974), sampai akhirnya ditetapkan sebagai Daerah Otonom Kota Pangkalpinang di tahun 1999.

Keberadaan Museum Timah di Pangkalpinang semakin menegaskan bahwa terbentuknya kota ini berawal dari timah. Di tempat inilah tersimpan sejarah panjang pertambangan timah sejak jaman kolonial Belanda. Benda-benda koleksi terkait aktivitas pertambangan juga ditampilkan. Mulai dari peralatan tambang jaman dulu, sampai produk-produk kerajinan berbahan timah.

Ada pula manuskrip awal penulisan sejarah Bangka. Museum juga dilengkapi dengan diorama dan lukisan-lukisan yang menggambarkan aktivitas pertambangan di jaman Belanda hingga masa modern.


Hobi selfie? Tenang, ada banyak spot menarik untuk narsis di Museum Timah. Terdapat beberapa diorama berukuran besar yang cocok dijadikan latar belakang foto. Atau bisa juga berfoto di depan lukisan besar yang menggambarkan suasana pertambangan jaman kolonial. Di bagian luar, ada lokomotif hitam di halaman depan museum yang tak kalah menarik.

Oya, Museum Timah ini merupakan satu-satunya museum tentang timah di Asia. Beberapa sumber bahkan menyebut satu-satunya di dunia. Yang pasti, bangunan buatan Belanda ini saksi kunci sejarah berdirinya Republik Indonesia. Di gedung inilah delegasi RI berunding dengan delegasi Kerajaan Belanda berkat mediasi Komisi Tiga Negara (KTN). Hasilnya adalah Perjanjian Roem-Roijen yang diteken di Jakarta pada 7 Mei 1949.

Museum Timah tak cuma didatangi oleh wisatawan lokal lho. Banyak turis asal Belanda yang berkunjung ke tempat ini karena alasan asal-usul. Ada yang nenek moyangnya pernah bekerja di perusahaan timah di Bangka, beberapa lainnya malah lahir di Bangka sebelum dibawa pulang ke Belanda.

Selain Museum Timah, turis-turis Belanda tersebut biasanya mendatangi kerkhof atau pemakaman Belanda yang terletak sekitar 2 km di selatan museum. Di sini terdapat sekitar 102 makam, sebagian besar dalam kondisi rusak. Menurut pemetaan yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi dan Balai Arkeologi Palembang, makam tertua berangka tahun 1800 dan yang termuda berangka tahun 1954.

Meski disebut makam Belanda, atau Pendem Belanda oleh penduduk setempat, tak semua yang dimakamkan di kerkhof ini orang Belanda. Data BP3 Jambi menyebutkan, dari sekian nisan yang bisa terbaca 25 buah diantaranya berbahasa Belanda, 10 berbahasa Jepang, dan 3 berbahasa Indonesia.

Sama halnya Museum Timah, keberadaan kerkhof di Jalan Hormen Maddati ini menjadi bukti peran strategis Pangkalpinang di masa lalu.


Bangka Botanical Garden
Masifnya aktivitas tambang timah di Bangka membuat beberapa bagian lahan di wilayah ini mengalami kerusakan parah. Kalau kita naik pesawat dan mendekati Bandara Depati Amir, terlihat bentangan alam berupa padang gersang dengan beberapa lubang besar. Tanaman sulit tumbuh akibat parahnya kerusakan tanah yang terjadi.

Sebagai bentuk kepedulian, sebuah perusahaan pertambangan timah bernama PT Dona Kembara Jaya melakukan gerakan pemulihan lahan tambang di kawasan Ketapang, Kota Pangkalpinang. Kegiatan ini diawali sejak tahun 2006, di atas lahan seluas 200 hektar.

Awalnya lokasi ini hanya untuk menanam bibit-bibit pohon yang akan dipakai mereklamasi lahan bekas tambang. Belakangan, pengelola kawasan kemudian mengembangkan lahan sebagai kompleks agrowisata terpadu. Di sini juga terdapat peternakan dan perikanan.

Lalu diperkenalkanlah Bangka Botanical Garden (BBG) sebagai destinasi wisata baru di Kota Pangkalpinang. Lahan yang dulunya rusak parah penuh lubang telah berubah menjadi kebun luas yang menyejukkan. Tempat ini segera saja menjadi favorit bagi pengunjung yang ingin merasakan ketenangan di tengah-tengah kehijauan pepohonan nan asri.

Begitu masuk ke area BBG, pengunjung disambut oleh deretan pohon cemara roro yang berjajar di kiri-kanan jalan tanah. Lebih ke dalam lagi terdapat rumah-rumah panggung berbahan kayu. Di sekitar rumah terdapat beberapa kolam berisi ikan nila, ikan mas, mujair, patin, dan kepiting.

Di bagian lain terdapat kebun buah naga. Di sini pengunjung dapat memetik buah naga yang matang langsung dari pohonnya. Mau dimakan di tempat juga boleh lho. Ada pula pohon kurma yang tumbuh subur dengan dahan-dahan menghijau. Jika sedang panen bayam, pengunjung juga boleh membeli sayur-sayuran segar tersebut untuk dibawa pulang.

Rekreasi di Bangka Botanical Garden kian lengkap dengan keberadaan kuda. Pengunjung dipersilakan menaiki kuda-kuda ini untuk mengelilingi area kebun. Pengelola menyiapkan pemandu yang siap membantu pengunjung mengendarai kuda.


Hewan lain yang dipelihara di di sini adalah sapi. Sapi jenis Friesland Holstein asli Belanda jadi populasi terbanyak. Sapi-sapi ini dibudi-dayakan sebab dikenal dapat menghasilkan susu terbaik. Pengunjung dapat menyaksikan proses pemerahan susu. Dan pada momen-momen tertentu susu-susu ini dibagikan secara gratis.

Berita baiknya, pengelola Bangka Botanical Garden tak mengutip bayaran sepeser pun pada pengunjung. Artinya, kita bisa menikmati seluruh kawasan agrowisata ini tanpa biaya. Wow!

Pantai-Pantai nan Indah
Pangkalpinang tak cuma soal timah. Penyuka keindahan alam bakal sangat dimanjakan dengan begitu banyaknya wisata pantai di kota ini. Kalau kalian pernah dibuat terpukau oleh Pantai Tanjung Tinggi dengan batu-batu granitnya dalam film Laskar Pelangi, pantai serupa itu dapat ditemui di Pangkalpinang.

Bersebelahan dengan Bangka Botanical Garden terdapat Pantai Pasir Padi. Di sini kita dapat melihat batu-batu granit nan eksotis di pantai. Ya, mirip seperti di Pantai Tanjung Tinggi yang jadi lokasi syuting Laskar Pelangi itu. Hanya ukuran batu-batunya lebih kecil.

Keunikan Pasir Pantai Padi terletak pada bentuk pasirnya. Tentu bukan tanpa alasan pantai ini dinamai Pasir Padi. Bentuk pasirnya memang seperti bulir-bulir padi yang panjang. Ini disebabkan kandungan pasir timah yang terdapat di pantai. Karenanya pasir di pantai ini lebih padat dari pantai-pantai biasanya sehingga nyaman untuk berjalan kaki, juga bisa dilalui kendaraan.

Selain menikmati pasirnya yang unik, pantainya yang landai, serta birunya air laut, pengunjung Pantai Pasir Padi dapat menyeberang ke sebuah pulau kecil nan indah bernama Pulau Punai. Pulau ini terbentuk dari bebatuan dan karang, berjarak sejauh kurang-lebih 200 meter dari bibir pantai. Jika air laut surut, kita dapat menyeberang ke Pulau Punai dengan berjalan kaki.

Yang menarik, Pemerintah Kota Pangkalpinang tengah merancang megaproyek bernama Pangkalpinang Waterfront City di Pantai Pasir Padi. Kelak, di seberang pantai bakal terdapat sebuah kota di atas daratan buatan seluas 1.700 hektar. Proyek bernilai Rp 2 triliun ini digagas sejak 2006, dan hingga kini terus digodog realisasinya.

Pasir Padi terletak sangat dekat dari Kota Pangkalpinang. Kira-kira berjarak 8 km dari pusat kota. Jadi, tidak sah mengunjungi Pangkalpinang kalau tidak main air laut di pantai ini.



Agak jauh dari kota, ada Pantai Sampur atau Pantai Samfur. Ciri khas pantai satu ini adalah keberadaan kelenteng Dewi Kwan Im, lengkap dengan patung besar sang dewi di salah satu bagian kelenteng. Kelenteng ini milik seorang tabib keturunan Tionghoa. Terdapat satu ruangan khusus pengobatan di mana sang tabib menjalankan praktik.

Satu lagi pantai di Pangkalpinang dengan ciri khas menarik adalah Pantai Tapak Antu atau Pantai Tapak Hantu. Disebut demikian karena pada bebatuan di pantai terdapat lubang-lubang berbentuk jejak kaki. Seperti jejak kaki manusia, namun berukuran lebih panjang. Penduduk setempat mempercayai bahwa lubang-lubang tersebut merupakan jejak kaki hantu. Karenanya dinamai Pantai Tapak Antu.

Tapi ada pula warga yang menamai pantai ini sebagai Pantai Tapak Dewa atau Pantai Telapak Kaki Dewa. Sebenarnya, secara administratif pantai ini berada di Desa Batu Berlubang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah. Namun jaraknya sangat dekat dengan Kota Pangkalpinang. Jika ditarik garis lurus, Pantai Tapak Antu hanya berjarak 6 km dari Bandara Depati Amir.

Cheng Beng dan Jl. Tony Wen
Tidak lengkap rasanya membahas Pangkalpinang tanpa menyinggung komunitas Tionghoa. Kota ini sudah lekat sekali dengan etnis Tionghoa. Kita akan dengan mudah menemukan kelenteng saat berjalan-jalan menyusuri kota. Salah satunya Kelenteng Kwan Tie Miaw, kelenteng tertua di Pangkalpinang dan Pulau Bangka.

Lalu ada Pemakaman Sentosa atau Tjung Hoa Kung Mu Yen, sebuah pekuburan seluas 19.945 meter persegi. Menjadikan kompleks pemakaman ini sebagai pemakaman Tionghoa terbesar se-Asia Tenggara. Di sinilah setiap tahun diadakan tradisi Qingming, atau Cheng Beng dalam dialek etnis Hokkian yang banyak terdapat di Pangkalpinang.

Tradisi Cheng Beng menjadi highlight budaya Tionghoa di Pangkalpinang, dan Pulau Bangka pada umumnya. Dalam perayaan tahunan ini warga etnis Tionghoa asal Bangka yang merantau ke luar daerah ramai-ramai mudik. Tujuan mereka hanya satu: ziarah kubur. Cheng Beng sendiri bermakna "bersih-bersih kubur" sehingga dalam tradisi ini Pemakaman Sentosa jadi ramai luar biasa.

Konon, orang Tionghoa sudah masuk ke Pulau Bangka sejak ekspedisi Laksmana Cheng Ho di tahun 1405. Pembukaan tambang timah pada abad itu mendorong laju imigrasi tenaga-tenaga tambang asal Tiongkok. Sultan Palembang disebutkan sengaja mengimpor tenaga kerja asal suku Kejian karena keahlian mereka dalam pertambangan.

Ketika Belanda menguasai Bangka, tenaga kerja Tiongkok tetap jadi pilihan utama. Populasi etnis Tionghoa di Pulau Bangka semakin meningkat dari waktu ke waktu, sehingga mengimbangi jumlah penduduk asli Melayu. Kemudian terjadi percampuran ketika pekerja asal Tiongkok menikahi wanita-wanita pribumi.


Pengaruh Tionghoa dalam pertambangan timah di Bangka dapat dilihat dari istilah-istilah tambang yang masih umum dipakai. Ambil contoh kata ciam atau jiam dalam dialek Mandarin yang berarti pengebor. Untuk menyebut pengayak pasir timah masih digunakan kata sakan, dan lubang tambang besar disebut kolong.

Di pusat kota Pangkalpinang terdapat sebuah rumah kayu antik berusia 150 tahun, peninggalan seorang Kapitein Tionghoa bernama Lay Nam Chen. Rumah tersebut kini dihuni oleh Hongky Lay Listiyadhi, ketua Badan Warisan Bangka (Bangka Heritage Society) yang merupakan keturunan keempat sang kapiten.

Rumah-rumah antik khas Tionghoa seperti itu masih banyak ditemui di berbagai sudut Pangkalpinang. Pakemnya selalu sama, yakni sebuah rumah induk dilengkapi halaman tengah dan bagian belakang yang luas.

Jika kita berjalan-jalan di pusat Kota Pangkalpinang, maka kita akan menemui seruas jalan bernama Jl. Tony Wen. Dulu jalan tersebut dikenal sebagai Jl. Melintas. Berbarengan dengan pemberian nama tokoh perjuangan lokal Depati Amir pada bandara, nama Tony Wen pun disematkan pada Jl. Melintas.

Siapa sih Tony Wen? Nama aslinya Boen Kim To. Ia adalah putera seorang pegawai tinggi di Bangka Biliton Tin Maatschapij, perusahaan tambang timah milik Belanda. Hidup dalam keluarga berada, Tony Wen memilih ikut berjuang dalam revolusi kemerdekaan RI. Di masa itu ia berjasa menyelundupkan senjata dari Singapura untuk laskar prorepublik di Indonesia.

Sewaktu Bung Karno diasingkan ke Bangka, keluarga Tony Wen-lah yang mencukupi kebutuhan sang presiden. Di era kemerdekaan, ia sempat ditunjuk sebagai anggota Komite Olimpiade Indonesia dan pengurus PSSI. Tony Wen juga pernah menjadi anggota DPR sebagai wakil Partai Nasional Indonesia (PNI).

Tradisi Cheng Beng, rumah antik khas Tionghoa di pusat kota, serta Jl. Tony Wen hanyalah sedikit bukti dari begitu lekatnya budaya dan pengaruh Tionghoa pada Kota Pangkalpinang.

*****

Sebenarnya mudah saja bagi saya untuk memenuhi undangan Ryan medio Mei lalu. Saya sudah berada di Palembang. Dari kota tersebut ada penerbangan langsung ke Pangkalpinang setiap hari. Ada pula kapal cepat dari Pelabuhan Boom Baru menuju ke Pelabuhan Muntok. Sayang disayang, waktu itu saya sudah terlanjur dibelikan tiket Palembang-Jakarta.

Keinginan mengunjungi Pangkalpinang kembali muncul saat Dodi Rozano masih bertahan di The Voice Indonesia. Saya ingin menyaksikan kasinya di atas panggung secara langsung, bukan di layar televisi atau melalui YouTube. Lagi-lagi keinginan ini gagal terwujud karena satu dan lain hal.

Hmmm, mudah-mudahan saja ada jalan lain yang mengantar saya ke Pangkalpinang. Reuni dengan Ryan bakal jadi agenda utama saya. Kami sudah tak bertemu sejak tahun 2000, alias 16 tahun lamanya! Lalu menyaksikan performa Dodi Rozano bersama Pesirah Band harus masuk daftar.

Dan tak ketinggalan tentu saja mengunjungi pantai-pantai indah yang ada di kota ini, masuk ke Museum Timah, mencicipi martabak manis khas Bangka, syukur-syukur bisa menyaksikan kemeriahan Cheng Beng.

Allahumma amin...

Tulisan ini diikut-sertakan dalam Lomba Menulis #PesonaPangkalpinang.

Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pangkal_Pinang
http://jelajahsitus.blogspot.co.id/2009/02/makam-belanda-kerkhof-di-kota.html
http://www.tribunnews.com/travel/2015/07/15/bangka-botanical-garden-menikmati-agrowisata-sambil-berkuda
http://travel.detik.com/read/2013/12/02/182300/2423090/1025/bangka-botanical-garden-oase-tersembunyi-di-pulau-bangka
http://bangkabotanicalgarden.com/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Pasir_Padi
http://bangka.tribunnews.com/2012/06/17/water-front-city-pasir-padi-tak-lama-lagi
http://www.radarbangka.co.id/berita/detail/pangkalpinang/23775/sopian-:-wfc-tetap-dilaksanakan.html
http://www.thearoengbinangproject.com/kelenteng-dewi-kwan-im-bangka/
http://bangka.tribunnews.com/2016/01/17/di-pantai-ini-terdapat-telapak-kaki-hantu
https://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Qingming
http://jelajahsitus.blogspot.co.id/2009/02/makam-belanda-kerkhof-di-kota.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Tony_Wen
http://www.sejarawan.com/292-tony-wen-pahlawan-nasional-yang-terlupakan.html





Olahraga Pagi di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta

$
0
0

OKE, ini cerita lama. Sudah beberapa pekan lalu, tapi yakinlah cerita ini masih enak dibaca. Hehehe. Jadi, ceritanya saya berkesempatan "mencicipi" kemegahan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta. Itu lho, terminal baru yang super megah itu. Katanya sih sebelas-dua belas sama Bandara Changi. Katanya...

Kesempatan terbang dari Terminal 3 Ultimate saya dapat berkat memenangkan lomba blog Sunpride di bulan Ramadhan lalu. Dua pemenang lomba tersebut, which is saya dan Teteh Lingga Permesti, diajak mengunjungi kebun buah PT Nusantara Tropical Farm di Lampung. Tentu saja naik pesawat, nggak mungkin disuruh naik bus.

Singkat cerita, setelah saling kontak dengan tiga orang berbeda dari Sunpride, saya mendapat tiket dan boarding pass untuk penerbangan di hari H: 24 Agustus 2016. Begitu buka email saya kaget campur senang. Tiket Garuda Indonesia, yeay!

Sebut saya norak, silakan saja. Tapi terbang bersama Garuda Indonesia sudah jadi obsesi saya sejak lama. Alasannya, saya supporter Liverpool FC. Lho, apa hubungannya? Ya karena Garuda pernah jadi sponsor LFC, saya jadi mencari tahu lebih banyak tentang maskapai satu ini. Mungkin teman-teman sesama fan LFC melakukan hal sama.

Kesimpulan saya, maskapai penerbangan satu ini luar biasa! Ya, kesimpulan yang telat banget karena Garuda Indonesia sudah sejak lama diakui sebagai yang terbaik di Indonesia. Di level dunia juga. Penghargaan World's Best Airline Cabin Crew yang diraih tiga tahun berturut-turut sejak 2013 membuktikan hal tersebut.

Tak perlulah saya jelaskan panjang lebar bagaimana keren dan hebatnya Garuda Indonesia. Dari harga tiket saja sudah ketahuan kok. Dan, seringkali faktor harga ini pula yang membuat saya menghindari GIA setiap kali mencari tiket pesawat. Terutama pas mau mudik ke Jambi bareng anak-istri. Padahal sebenarnya pengen sekali.

Saking pengennya naik Garuda, saya selalu booking tiket Citilink tiap kali mudik ke Jambi. Paling tidak bisa ngerasain"aroma" Garuda. Sebab di bawah nama Citilink yang ada di bodi pesawat terdapat tulisan dan logo Garuda Indonesia. Selain itu, Citilink punya promo diskon 25% untuk anak-anak. Wah, sangat membantu sekali buat bapak beranak dua ini.

Di Bandara Sultan Thaha sewaktu mudik lebaran ke Jambi di pertengahan tahun 2014. Naiknya Citilink, tapi sudah serasa naik Garuda Indonesia. Hehehe...

Lalu sewaktu mudik pada November 2015, adik bungsu saya yang kuliah di Institut Pertanian Bogor pamer, "Adik tadi naik Garuda." Terus dia ceritakan kelebihan-kelebihan Garuda yang tidak dipunyai maskapai lain. Bikin iri!

Demikianlah. Begitu tahu Sunpride membelikan tiket Garuda Indonesia untuk penerbangan ke dan dari Lampung, saya kontan menarik napas. "Wow, tiketnya Garuda!" teriak saya ke istri yang sedang menghitung pengeluaran hari itu.

Norak? Iya!

Tertahan di Gerbang Tol
Selain faktor maskapai, satu lagi yang membuat saya excite banget dengan trip bersama Sunpride adalah fakta kalau Garuda Indonesia terbangnya dari Terminal 3 Ultimate. Wuih, saya sudah ingin sekali ke terminal ini sejak teman-teman blogger yang diundang pada acara soft launching"pamer" di sosial media.

Dari foto-foto yang dibagikan kawan-kawan blogger saat itu, terlihat sekali perbedaan arsitektur Terminal 3 dengan dua terminal lama. Terkesan futuristik. Kaca-kacanya lebarnya nan transparan membuat terminal ini terkesan lega. Dan, sesungguhnya bukan cuma kesan, karena Terminal 3 Ultimate benar-benar lega alias luaaaaas sekali.

Sunpride mengambil penerbangan Jakarta-Lampung paling pagi, pukul 05.10 WIB. Saya yang sudah berada di Jakarta sejak 23 Agustus malam berencana berangkat ke bandara jam setengah empat. Tapi rencana tersebut meleset. Tanggal 24 Agustus pagi di jam itu saya malah baru terbangun. Padahal masih harus ke Slipi untuk mencari taksi.

Sesampainya di Slipi, diantar adik, dapat taksi yang pengemudinya sudah berumur pula. Pemandangan si Bapak sudah tidak jernih sehingga tidak dapat melajukan mobilnya lebih kencang. Lalu sempat ada insiden di pintu tol Cengkareng. Dengan pertimbangan antrian lebih pendek, bahkan cenderung lengang, saya sarankan Pak Sopir untuk memilih gerbang tol otomatis sembari menyodorkan kartu Indomaret Card.

Eh, bukannya lebih cepat, kami malah tertahan di pintu tol karena mesin pemindai mati. Pak Sopir sudah melakukan tugasnya dengan baik, yakni menempelkan kartu Indomaret Card saya di mesin. Lampu indikator gerbang tol juga sudah menyala hijau. Tapi cuma sekedipan mata, untuk kemudian menjadi merah lagi. Tak ada struk keluar, penghalang gerbang tol tak mengangkat, sehingga kami tertahan.

Si Bapak mencoba 2-3 kali lagi. Hasilnya sama. Entah apakah saldo Indomaret Card saya terpotong sebanyak 3-4 kali atau tidak, yang jelas kami tetap tak bisa melewati gerbang tersebut. Pak Sopir memundurkan mobilnya, berusaha menuju ke gerbang manual. Tapi deretan mobil yang sudah berada di jalur gerbang tol otomatis membuat mobil tak bisa mundur lebih jauh.

Parade klakson sontak terjadi. Khas Jakarta. Saling sahut-menyahut, meminta kami minggir dari jalur. Seorang penjaga pintu tol manual mendatangi kami dan bertanya apa yang terjadi. Si Bapak menjawab seperlunya.

Karena datang mepet waktu penerbangan, saya nggak sempat selfie cantik seperti ini, Hiks. Foto: Lingga Permesti

"Saldonya habis kali, Pak," kata si petugas pintu tol.

Saya yang menjawab dari dalam, tanpa menurunkan kaca pintu belakang. "Nggak, kok, saldonya masih banyak." Ya, saldonya kalau cuma untuk bayar tol Cengkareng saja bisa bolak-balik belasan kali.

Dibantu petugas tol tersebut kami kemudian pindah ke gerbang otomatis satunya. Dan.... sukses! Ternyata gerbang sebelumnya memang tidak berfungsi. Saya lihat ada mobil lain yang juga tertahan seperti kami tadi.

Terminal Melelahkan
Sejak berangkat dari Pemalang saya sudah membayangkan bakal selfie-selfie cantik dulu di Terminal 3 Ultimate sebelum boarding. Tapi karena bangun kesiangan dari jadwal, ditambah insiden di gerbang tol otomatis di atas membuat rencana tersebut batal. Terlebih lokasi Terminal 3 lebih jauh dari bandara lain.

Saya sampai di bandara jam setengah lima lewat. Hanya punya waktu kurang-lebih setengah jam untuk check in dan kemudian boarding. So, jangankan untuk selfie-selfie cantik, merekam video-pun asal-asalan. Sembari jalan saja karena benar-benar running out of time.

Di pintu masuk saja sudah antri. Sampai di dalam saya celingak-celinguk mencari letak loket check in. Wuih, jaraknya dengan gerbang tempat saya masuk ternyata lumayan jauh. Sudah itu saya salah masuk konter. Karena antriannya lebih pendek, saya berbaris di konter yang ternyata khusus member Garuda Miles. Aduh, Mak! Hahaha...

Check in juga butuh waktu tidak sebentar. Antriannya kira-kira membutuhkan waktu 6-7 menit. Lalu kembali celingak-celinguk mencari gate untuk boarding yang ternyata harus jalan lagi lumayan jauh, turun satu lantai ke bawah. Tapi itu belum seberapa, sebab penumpang ke Bandar Lampung berangkat dari Gate 15. Ini letaknya di ujung!

Saya tak sempat menghitung, tapi menurut Teh Lingga di post-nya ini jarak ke Gate 15 kira-kira satu kilometer. Waw! Ketika bertemu petugas Garuda yang mengecek calon penumpang di area ruang tunggu, rupanya penerbangan saya sudah boarding. Si Petugas saya dengar menyebut-nyebut nama saya di handie talkie yang ia pegang. Alhasil, saya pun jalan cepat menuju ke Gate 15.

Baru foto-foto setelah ada di dalam pesawat. Itupun yang difoto orang lain, hehehe...

Entah berapa menit berjalan cepat, akhirnya sampai juga di Gate 15. Pemandangan di sana membuat saya geleng-geleng kepala. Antrian panjang! Untunglah ternyata banyak calon penumpang yang salah antrian. Harusnya di barisan satunya karena beda jurusan, tapi ikut antri di barisan ke Bandar Lampung.

Oya, di post-nya Teh Lingga bercerita kalau hape saya mati. Sebenarnya bukan hapenya yang mati, tapi sinyalnya tidak ada. Itu sebabnya saya tidak tahu kalau Teh Lingga, Mbak Evrina Budiastuti, Mbak Ulan (admin sosial media Sunpride), dan Mas Deddy (person in charge) mengontak saya lewat chat dan call WhatsApp, juga telepon.

Saya baru tahu siapa saja teman-teman satu rombongan ke Lampung saat sudah duduk di dalam pesawat. Sewaktu saya menaruh tas ke bagasi, saya lihat mas-mas berkumis di kursi sebelah memandangi saya. Tapi ia baru bertanya setelah saya memasang sabuk pengaman.

"Mas Eko ya?" tanya Mas Deddy.

Saya mengiyakan. Di situlah saya baru tahu kalau ternyata sejak tadi banyak yang mencari-cari saya. Pasalnya, dari semua anggota rombongan cuma saya seorang yang tidak bisa dihubungi sehingga tidak diketahui di mana posisinya. Dari chat grup WhatsApp yang baru saya tahu sehari setelahnya, rupanya Mbak Ulan sudah memonitor seluruh peserta blogger dan sosial media sejak jam empat pagi.

Tak lama kemudian, Mbak Evrina, Teh Lingga, dan Mbak Ulan masuk pesawat. Saya langsung dapat pukulan gemas plus wajah kesal dari Mbak Evrina. Maafkan, saya sama sekali tidak tahu sudah membuat mereka kebingungan di ruang tunggu. Hihihi.

Oke, semua penumpang sudah masuk pesawat. Pilot sudah menyampaikan ucapan selamat datang. Waktunya terbang ke Bandar Lampung. Bye-bye, Terminal 3 Ultimate. Terima kasih sudah membuatku serasa berolahraga pagi itu.



Catatan: Foto paling atas hasil jepretan Teh Lingga Permesti (www.dunialingga.com).

Mimpi Berlibur ke Pangkalpinang

$
0
0
"MAMPIRLAH sekalian ke Pangkalpinang, Ko. Kito jalan-jalan di sini," undang Ryan begitu tahu saya akan ke Palembang, pertengahan Mei lalu. Undangan yang menarik sebenarnya. Sayang sekali saya harus mengikuti agenda yang telah ditentukan pihak pengundang, sehingga tak bisa menyempatkan waktu mampir ke sana-sini. "Sori nian, Yan. Kagek lain kalilah aku mampir," balas saya.

Ryan yang nama lengkapnya Novrian Saputra adalah teman SMA saya di Muara Bulian, Jambi. Ia sebenarnya adik kelas, namun kami satu grup di band sekolah. Dia vokalis, saya pegang alat. Kontrakan saya dekat sekali dengan rumahnya, jadi kami sangat akrab karena nyaris setiap hari bermain bersama. Saya juga kenal dengan saudara-saudaranya, dan beberapa kali bertemu dengan bapak-ibunya.

Selepas SMA saya tak lagi mendengar kabar mengenai Ryan. Kami hilang kontak selama belasan tahun, sampai kemudian Facebook mempertemukan kami. Rupanya ia balik kampung ke Pulau Bangka, dan kini menjadi wakil ketua KPID setempat. Hubungan kami semakin intens semenjak Dodi Rozano yang ternyata adiknya menjadi kontestan The Voice Indonesia.

Awalnya saya tidak hirau sama sekali dengan acara The Voice Indonesia ini. Sampai suatu ketika status Ryan di Facebook membuat sikap saya berubah. Ryan rajin sekali menggalang dukungan untuk Dodi, membuat saya ikut-ikutan memberi support via media sosial.

Aih, Dodi yang itukah? Batin saya sembari mengingat-ingat masa lalu di Muara Bulian.

Semasa kami di Muara Bulian, Dodi masih sangat kecil. Kalau tak salah usianya kisaran 4-5 tahun. Yang jelas dia belum sekolah waktu itu. Dodi kecil sering saya lihat tengah bermain-main bersama teman-temannya di halaman rumah. (Baca kisah lengkapnya di posting Sekelumit Kenangan bersama Dodi Rozano).

Interaksi intens dengan Ryan dan juga Dodi setelah sangat lama tak bertegur sapa waktu itu membuat saya jadi berkhayal untuk berlibur ke Pangkalpinang. Kapan ya terwujud?


Berawal dari Timah
Dari Ryan-lah saya pertama kali mengenal Pulau Bangka, utamanya Kota Pangkalpinang. Ia sering bercerita tentang timah yang sempat jadi komoditas andalan daerah ini. Komoditas yang menjadi akar sejarah terbentuknya Kota Pangkalpinang.

Timah di Pulau Bangka sudah dieksplorasi sejak abad ke-16. Jauh sebelum bangsa Eropa mendarat di Nusantara, kongsi-kongsi asal Tiongkok sudah melakukan penambangan timah dengan seijin Sultan Palembang. Konon, timah Bangka memiliki kualitas sangat baik sehingga diminati dunia. Inilah yang mendorong Belanda menguasai Bangka.

Eksplorasi awal oleh bangsa Belanda dilakukan pada tahun 1710, dengan Muntok menjadi pusat kendali aktivitas pertambangan dan pengolahan timah.

Ketika Inggris berkuasa di Bangka, tahun 1813 East India Company menjadikan Pangkalpinang sebagai salah satu dari tujuh distrik eksplorasi timah. Enam distrik lainnya adalah Merawang, Toboali, Jebus, Klabat, Sungailiat, dan Belinyu. Sejak itulah Pangkalpinang dijuluki Kota Timah dan berkembang menjadi pusat perdagangan.

Lalu Belanda kembali berkuasa di Nusantara. Pangkalpinang dijadikan basis militer untuk menumpas perlawanan rakyat Bangka. Tahun 1913, pemerintahan kolonial Belanda memindahkan ibukota Karesidenan Bangka dari Muntok ke Pangkalpinang. Perpindahan tersebut disebabkan oleh temuan deposit timah nan melimpah di kawasan timur Bangka.

Di masa kemerdekaan, status Pangkalpinang terus berubah dari kota kecil pada tahun 1956, menjadi kotapraja dua tahun berselang, lalu berubah lagi menjadi kotamadya (1965), kotamadya daerah tingkat II (1974), sampai akhirnya ditetapkan sebagai Daerah Otonom Kota Pangkalpinang di tahun 1999.

Keberadaan Museum Timah di Pangkalpinang semakin menegaskan bahwa terbentuknya kota ini berawal dari timah. Di tempat inilah tersimpan sejarah panjang pertambangan timah sejak jaman kolonial Belanda. Benda-benda koleksi terkait aktivitas pertambangan juga ditampilkan. Mulai dari peralatan tambang jaman dulu, sampai produk-produk kerajinan berbahan timah.

Ada pula manuskrip awal penulisan sejarah Bangka. Museum juga dilengkapi dengan diorama dan lukisan-lukisan yang menggambarkan aktivitas pertambangan di jaman Belanda hingga masa modern.


Hobi selfie? Tenang, ada banyak spot menarik untuk narsis di Museum Timah. Terdapat beberapa diorama berukuran besar yang cocok dijadikan latar belakang foto. Atau bisa juga berfoto di depan lukisan besar yang menggambarkan suasana pertambangan jaman kolonial. Di bagian luar, ada lokomotif hitam di halaman depan museum yang tak kalah menarik.

Oya, Museum Timah ini merupakan satu-satunya museum tentang timah di Asia. Beberapa sumber bahkan menyebut satu-satunya di dunia. Yang pasti, bangunan buatan Belanda ini saksi kunci sejarah berdirinya Republik Indonesia. Di gedung inilah delegasi RI berunding dengan delegasi Kerajaan Belanda berkat mediasi Komisi Tiga Negara (KTN). Hasilnya adalah Perjanjian Roem-Roijen yang diteken di Jakarta pada 7 Mei 1949.

Museum Timah tak cuma didatangi oleh wisatawan lokal lho. Banyak turis asal Belanda yang berkunjung ke tempat ini karena alasan asal-usul. Ada yang nenek moyangnya pernah bekerja di perusahaan timah di Bangka, beberapa lainnya malah lahir di Bangka sebelum dibawa pulang ke Belanda.

Selain Museum Timah, turis-turis Belanda tersebut biasanya mendatangi kerkhof atau pemakaman Belanda yang terletak sekitar 2 km di selatan museum. Di sini terdapat sekitar 102 makam, sebagian besar dalam kondisi rusak. Menurut pemetaan yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi dan Balai Arkeologi Palembang, makam tertua berangka tahun 1800 dan yang termuda berangka tahun 1954.

Meski disebut makam Belanda, atau Pendem Belanda oleh penduduk setempat, tak semua yang dimakamkan di kerkhof ini orang Belanda. Data BP3 Jambi menyebutkan, dari sekian nisan yang bisa terbaca 25 buah diantaranya berbahasa Belanda, 10 berbahasa Jepang, dan 3 berbahasa Indonesia.

Sama halnya Museum Timah, keberadaan kerkhof di Jalan Hormen Maddati ini menjadi bukti peran strategis Pangkalpinang di masa lalu.


Bangka Botanical Garden
Masifnya aktivitas tambang timah di Bangka membuat beberapa bagian lahan di wilayah ini mengalami kerusakan parah. Kalau kita naik pesawat dan mendekati Bandara Depati Amir, terlihat bentangan alam berupa padang gersang dengan beberapa lubang besar. Tanaman sulit tumbuh akibat parahnya kerusakan tanah yang terjadi.

Sebagai bentuk kepedulian, sebuah perusahaan pertambangan timah bernama PT Dona Kembara Jaya melakukan gerakan pemulihan lahan tambang di kawasan Ketapang, Kota Pangkalpinang. Kegiatan ini diawali sejak tahun 2006, di atas lahan seluas 200 hektar.

Awalnya lokasi ini hanya untuk menanam bibit-bibit pohon yang akan dipakai mereklamasi lahan bekas tambang. Belakangan, pengelola kawasan kemudian mengembangkan lahan sebagai kompleks agrowisata terpadu. Di sini juga terdapat peternakan dan perikanan.

Lalu diperkenalkanlah Bangka Botanical Garden (BBG) sebagai destinasi wisata baru di Kota Pangkalpinang. Lahan yang dulunya rusak parah penuh lubang telah berubah menjadi kebun luas yang menyejukkan. Tempat ini segera saja menjadi favorit bagi pengunjung yang ingin merasakan ketenangan di tengah-tengah kehijauan pepohonan nan asri.

Begitu masuk ke area BBG, pengunjung disambut oleh deretan pohon cemara roro yang berjajar di kiri-kanan jalan tanah. Lebih ke dalam lagi terdapat rumah-rumah panggung berbahan kayu. Di sekitar rumah terdapat beberapa kolam berisi ikan nila, ikan mas, mujair, patin, dan kepiting.

Di bagian lain terdapat kebun buah naga. Di sini pengunjung dapat memetik buah naga yang matang langsung dari pohonnya. Mau dimakan di tempat juga boleh lho. Ada pula pohon kurma yang tumbuh subur dengan dahan-dahan menghijau. Jika sedang panen bayam, pengunjung juga boleh membeli sayur-sayuran segar tersebut untuk dibawa pulang.

Rekreasi di Bangka Botanical Garden kian lengkap dengan keberadaan kuda. Pengunjung dipersilakan menaiki kuda-kuda ini untuk mengelilingi area kebun. Pengelola menyiapkan pemandu yang siap membantu pengunjung mengendarai kuda.


Hewan lain yang dipelihara di di sini adalah sapi. Sapi jenis Friesland Holstein asli Belanda jadi populasi terbanyak. Sapi-sapi ini dibudi-dayakan sebab dikenal dapat menghasilkan susu terbaik. Pengunjung dapat menyaksikan proses pemerahan susu. Dan pada momen-momen tertentu susu-susu ini dibagikan secara gratis.

Berita baiknya, pengelola Bangka Botanical Garden tak mengutip bayaran sepeser pun pada pengunjung. Artinya, kita bisa menikmati seluruh kawasan agrowisata ini tanpa biaya. Wow!

Destinasi Liburan Impian
Sebenarnya mudah saja bagi saya untuk memenuhi undangan Ryan medio Mei lalu. Saya sudah berada di Palembang. Dari kota tersebut ada penerbangan langsung ke Pangkalpinang setiap hari. Ada pula kapal cepat dari Pelabuhan Boom Baru menuju ke Pelabuhan Muntok. Sayang disayang, waktu itu saya sudah terlanjur dibelikan tiket Palembang-Jakarta.

Keinginan mengunjungi Pangkalpinang kembali muncul saat Dodi Rozano masih bertahan di The Voice Indonesia. Saya ingin menyaksikan aksinya di atas panggung secara langsung, bukan di layar televisi atau melalui YouTube. Lagi-lagi keinginan ini gagal terwujud karena satu dan lain hal.

Hmmm, mudah-mudahan saja ada jalan lain yang mengantar saya ke Pangkalpinang. Reuni dengan Ryan bakal jadi agenda utama saya. Kami sudah tak bertemu sejak tahun 2000, alias 16 tahun lamanya! Lalu menyaksikan performa Dodi Rozano bersama Pesirah Band harus masuk daftar. Dodi sering mendapat tawaran tampil, jadi mumpung ke Pangkalpinang harus cari kesempatan untuk melihat aksinya.

Pendek kata, semua alasan di atas menjadikan Pangkalpinang sebagai destinasi liburan impian saya. Apalagi kota ini tergolong plesirable, alias punya banyak sekali destinasi wisata menarik untuk yang hobi plesir alias traveling.

Apa saja?

Penyuka keindahan alam bakal sangat dimanjakan dengan begitu banyaknya wisata pantai di kota ini. Kalau kalian pernah dibuat terpukau oleh Pantai Tanjung Tinggi dengan batu-batu granitnya dalam film Laskar Pelangi, pantai serupa itu dapat ditemui di Pangkalpinang.

Bersebelahan dengan Bangka Botanical Garden terdapat Pantai Pasir Padi. Di sini kita dapat melihat batu-batu granit nan eksotis di pantai. Ya, mirip seperti di Pantai Tanjung Tinggi yang jadi lokasi syuting Laskar Pelangi itu. Hanya ukuran batu-batunya lebih kecil.

Keunikan Pasir Pantai Padi terletak pada bentuk pasirnya. Tentu bukan tanpa alasan pantai ini dinamai Pasir Padi. Bentuk pasirnya memang seperti bulir-bulir padi yang panjang. Ini disebabkan kandungan pasir timah yang terdapat di pantai. Karenanya pasir di pantai ini lebih padat dari pantai-pantai biasanya sehingga nyaman untuk berjalan kaki, juga bisa dilalui kendaraan.

Selain menikmati pasirnya yang unik, pantainya yang landai, serta birunya air laut, pengunjung Pantai Pasir Padi dapat menyeberang ke sebuah pulau kecil nan indah bernama Pulau Punai. Pulau ini terbentuk dari bebatuan dan karang, berjarak sejauh kurang-lebih 200 meter dari bibir pantai. Jika air laut surut, kita dapat menyeberang ke Pulau Punai dengan berjalan kaki.

Yang menarik, Pemerintah Kota Pangkalpinang tengah merancang megaproyek bernama Pangkalpinang Waterfront City di Pantai Pasir Padi. Kelak, di seberang pantai bakal terdapat sebuah kota di atas daratan buatan seluas 1.700 hektar. Proyek bernilai Rp 2 triliun ini digagas sejak 2006, dan hingga kini terus digodog realisasinya.

Pasir Padi terletak sangat dekat dari Kota Pangkalpinang. Kira-kira berjarak 8 km dari pusat kota. Jadi, tidak sah mengunjungi Pangkalpinang kalau tidak main air laut di pantai ini.



Agak jauh dari kota, ada Pantai Sampur atau Pantai Samfur. Ciri khas pantai satu ini adalah keberadaan kelenteng Dewi Kwan Im, lengkap dengan patung besar sang dewi di salah satu bagian kelenteng. Kelenteng ini milik seorang tabib keturunan Tionghoa. Terdapat satu ruangan khusus pengobatan di mana sang tabib menjalankan praktik.

Satu lagi pantai di Pangkalpinang dengan ciri khas menarik adalah Pantai Tapak Antu atau Pantai Tapak Hantu. Disebut demikian karena pada bebatuan di pantai terdapat lubang-lubang berbentuk jejak kaki. Seperti jejak kaki manusia, namun berukuran lebih panjang. Penduduk setempat mempercayai bahwa lubang-lubang tersebut merupakan jejak kaki hantu. Karenanya dinamai Pantai Tapak Antu.

Tapi ada pula warga yang menamai pantai ini sebagai Pantai Tapak Dewa atau Pantai Telapak Kaki Dewa. Sebenarnya, secara administratif pantai ini berada di Desa Batu Berlubang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah. Namun jaraknya sangat dekat dengan Kota Pangkalpinang. Jika ditarik garis lurus, Pantai Tapak Antu hanya berjarak 6 km dari Bandara Depati Amir.

Cheng Beng dan Jl. Tony Wen
Tidak lengkap rasanya membahas Pangkalpinang tanpa menyinggung komunitas Tionghoa. Kota ini sudah lekat sekali dengan etnis Tionghoa. Kita akan dengan mudah menemukan kelenteng saat berjalan-jalan menyusuri kota. Salah satunya Kelenteng Kwan Tie Miaw, kelenteng tertua di Pangkalpinang dan Pulau Bangka.

Lalu ada Pemakaman Sentosa atau Tjung Hoa Kung Mu Yen, sebuah pekuburan seluas 19.945 meter persegi. Menjadikan kompleks pemakaman ini sebagai pemakaman Tionghoa terbesar se-Asia Tenggara. Di sinilah setiap tahun diadakan tradisi Qingming, atau Cheng Beng dalam dialek etnis Hokkian yang banyak terdapat di Pangkalpinang.

Tradisi Cheng Beng menjadi highlight budaya Tionghoa di Pangkalpinang, dan Pulau Bangka pada umumnya. Dalam perayaan tahunan ini warga etnis Tionghoa asal Bangka yang merantau ke luar daerah ramai-ramai mudik. Tujuan mereka hanya satu: ziarah kubur. Cheng Beng sendiri bermakna "bersih-bersih kubur" sehingga dalam tradisi ini Pemakaman Sentosa jadi ramai luar biasa.

Konon, orang Tionghoa sudah masuk ke Pulau Bangka sejak ekspedisi Laksmana Cheng Ho di tahun 1405. Pembukaan tambang timah pada abad itu mendorong laju imigrasi tenaga-tenaga tambang asal Tiongkok. Sultan Palembang disebutkan sengaja mengimpor tenaga kerja asal suku Kejian karena keahlian mereka dalam pertambangan.

Ketika Belanda menguasai Bangka, tenaga kerja Tiongkok tetap jadi pilihan utama. Populasi etnis Tionghoa di Pulau Bangka semakin meningkat dari waktu ke waktu, sehingga mengimbangi jumlah penduduk asli Melayu. Kemudian terjadi percampuran ketika pekerja asal Tiongkok menikahi wanita-wanita pribumi.


Pengaruh Tionghoa dalam pertambangan timah di Bangka dapat dilihat dari istilah-istilah tambang yang masih umum dipakai. Ambil contoh kata ciam atau jiam dalam dialek Mandarin yang berarti pengebor. Untuk menyebut pengayak pasir timah masih digunakan kata sakan, dan lubang tambang besar disebut kolong.

Di pusat kota Pangkalpinang terdapat sebuah rumah kayu antik berusia 150 tahun, peninggalan seorang Kapitein Tionghoa bernama Lay Nam Chen. Rumah tersebut kini dihuni oleh Hongky Lay Listiyadhi, ketua Badan Warisan Bangka (Bangka Heritage Society) yang merupakan keturunan keempat sang kapiten.

Rumah-rumah antik khas Tionghoa seperti itu masih banyak ditemui di berbagai sudut Pangkalpinang. Pakemnya selalu sama, yakni sebuah rumah induk dilengkapi halaman tengah dan bagian belakang yang luas.

Jika kita berjalan-jalan di pusat Kota Pangkalpinang, maka kita akan menemui seruas jalan bernama Jl. Tony Wen. Dulu jalan tersebut dikenal sebagai Jl. Melintas. Berbarengan dengan pemberian nama tokoh perjuangan lokal Depati Amir pada bandara, nama Tony Wen pun disematkan pada Jl. Melintas.

Siapa sih Tony Wen? Nama aslinya Boen Kim To. Ia adalah putera seorang pegawai tinggi di Bangka Biliton Tin Maatschapij, perusahaan tambang timah milik Belanda. Hidup dalam keluarga berada, Tony Wen memilih ikut berjuang dalam revolusi kemerdekaan RI. Di masa itu ia berjasa menyelundupkan senjata dari Singapura untuk laskar prorepublik di Indonesia.

Sewaktu Bung Karno diasingkan ke Bangka, keluarga Tony Wen-lah yang mencukupi kebutuhan sang presiden. Di era kemerdekaan, ia sempat ditunjuk sebagai anggota Komite Olimpiade Indonesia dan pengurus PSSI. Tony Wen juga pernah menjadi anggota DPR sebagai wakil Partai Nasional Indonesia (PNI).

Tradisi Cheng Beng, rumah antik khas Tionghoa di pusat kota, serta Jl. Tony Wen hanyalah sedikit bukti dari begitu lekatnya budaya dan pengaruh Tionghoa pada Kota Pangkalpinang.



Wujudkan Liburan Impian dengan Tixton
Oke, Pangkalpinang sah masuk dalam daftar destinasi impian saya. Pertanyannya kini tinggal bagaimana dan kapan mewujudkan impian ini menjadi kenyataan. Yang terpenting, impian tak akan pernah terwujud kalau tidak direncanakan. Jadi, saya susun dulu rencananya. Atau lebih tepatnya rencana impian, hehehe.

Seperti biasa, pertama-tama saya akan mencari tahu informasi lebih lanjut mengenai kota tujuan. Di mana menginap dan berata rate-nya per malam, bagaimana transportasi dalam kota, tempat makannya seperti apa, sampai spot wifi terbaik di mana saja, dan lain-lain.

Google jadi andalan untuk mencari referensi terkait kota tujuan, dalam hal ini Pangkalpinang. Info-info mengenai promo wisata jelas saja ikut saya lahap. Dan, tara! Saya pun menemukan informasi mengenai promo wisata Tixton. Pas banget.

Tunggu dulu, nama Tixton sepertinya masih asing di telinga deh. Apaan sih ini?

Dari penelusuran di mesin pencari didapatlah keterangan kalau Tixton.com merupakan penyedia layanan booking kamar hotel online. Situs ini dapat membantu kita menemukan hotel dengan harga terbaik. Caranya cukup masukkan rencana perjalanan dan kota tujuan, selanjutnya biarkan Tixton mencari hotel murah meriah untuk kita inapi.

Ah, situs seperti itu kan sudah banyak. Kenapa harus Tixton? Di sini bedanya. Di Tixton kita bisa lho menjual kembali kamar yang sudah dipesan. Katakanlah kita batal melakukan liburan seperti yang direncanakan karena satu hal. Tidak perlu kuatir biaya untuk reservasi kamar hotel melayang. Tinggal tawarkan saja kamar tersebut ke pengguna lain melalui Tixton.

Nah, ceritanya Tixton tengah mengadakan promo nih. Promo dimulai 17 Agustus lalu dan berakhir 16 November 2016 mendatang. Masih lama. Hadiahnya tiket pesawat PP dan juga uang tunai. Caranya juga gampang. Kita cukup menyusun rencana wisata impian menggunakan fitur Travel Wish Tixton.

Langkah-langkahnya kurang lebih begini. Pertama-tama pilih kota tujuan dari daftar yang disediakan, lalu sebutkan tanggal check in dan check out. Di halaman travel wish tersebut kita boleh menyebutkan nama hotel yang diinginkan lho. Lalu tentukan jenis kamar. Dan kalau kita sudah tahu berapa rate kamar hotel tersebut dari situs lain, tinggal isikan saja pada kolom yang telah disediakan.

Terakhir, klik tombol "Buat Travel Wish" yang ada di bagian paling bawah. Dan, abrakadabra! Tixton akan memberikan diskon 20% dari harga termurah yang kita temukan dari web lain. So, harga yang diberikan Tixton dijamin merupakan tarif paling murah. Boleh dibilang, Tixton merupakan cara mudah dapatkan harga TERMURAH di hotel idaman.


Karena penasaran, saya pun menjajal fitur travel wish ini. Pertama-tama saya mendaftarkan diri terlebih dahulu, kemudian menuju halaman travel wish. Tentu saja saya pilih nama Bangka dari daftar kota pilihan. Eh, ternyata ada juga nama Pemalang lho dalam daftar! #bangga

Karena saya tahu di Pangkalpinang ada Hotel Novotel, dan saya punya kenangan dengan jaringan hotel satu ini, saya tick opsi "Ya, saya ingin hotel spesifik" dan menuliskan nama Novotel. By the way, waktu diajak jalan-jalan sama Sunpride ke Lampung, saya juga diinapkan di Hotel Novotel Bandar Lampung. Lumayan mengobati kangen :)


Dari Google, saya tahu rate paling rendah untuk kamar standar di Novotel Pangkalpinang sebesar Rp631.620,- semalam. Jadi, saya masukkan angka ini di kolom yang disediakan Tixton. Setelah mencentang kotak kecil berisi pernyataan setuju pada ketentuan layanan, klik tombol biru di bagian paling bawah. Done!

Oke, travel wish saya sudah selesai. Selanjutnya biarkan Tixton mencarikan harga hotel termurah yang akan dikabari via email. Gampang, bukan?


Kembali ke promosi wisata tadi. Kalau saya membeli hotel yang ditawarkan oleh Tixton berdasarkan travel wish yang dibuat, maka saya berkesempatan memenangkan tiket pesawat untuk dua orang ke bandara terdekat dari hotel tujuan. Nah, kalau saya beruntung, saya bakal mendapat tiket ke Bandara Depati Amir di Pangkalpinang.

Selain tiket, pemenang juga mendapat uang tunai sebesar Rp 5 juta sebagai uang saku. Kurang apa coba? Setiap bulan dipilih satu pemenang, dengan periode perjalanan 1 Desember 2016 sampai 28 Februari 2017.

Well, tentu saja saya berdoa semoga jadi salah satu pemenang dalam promo wisata Tixton ini. Kalau terkabul, saya bisa mewujudkan liburan impian ke Pangkalpinang. Menemui kawan lama, sekaligus menikmati keindahan alam kota bersejarah ini.

Allahumma amin...

Tulisan ini diikut-sertakan dalam Lomba Blog "Liburan Impian" Tixton-Dunia Biza.


Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pangkal_Pinang
http://jelajahsitus.blogspot.co.id/2009/02/makam-belanda-kerkhof-di-kota.html
http://www.tribunnews.com/travel/2015/07/15/bangka-botanical-garden-menikmati-agrowisata-sambil-berkuda
http://travel.detik.com/read/2013/12/02/182300/2423090/1025/bangka-botanical-garden-oase-tersembunyi-di-pulau-bangka
http://bangkabotanicalgarden.com/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Pasir_Padi
http://bangka.tribunnews.com/2012/06/17/water-front-city-pasir-padi-tak-lama-lagi
http://www.radarbangka.co.id/berita/detail/pangkalpinang/23775/sopian-:-wfc-tetap-dilaksanakan.html
http://www.thearoengbinangproject.com/kelenteng-dewi-kwan-im-bangka/
http://bangka.tribunnews.com/2016/01/17/di-pantai-ini-terdapat-telapak-kaki-hantu
https://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Qingming
http://jelajahsitus.blogspot.co.id/2009/02/makam-belanda-kerkhof-di-kota.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Tony_Wen
http://www.sejarawan.com/292-tony-wen-pahlawan-nasional-yang-terlupakan.html

Tips Hemat Belanja Online: Cek dan Bandingkan Harga sebelum Membeli!

$
0
0
BELANJA online semakin digemari masyarakat Indonesia. Setidaknya ini terlihat dari nilai transaksi e-commerce yang terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Angkanya sangat menggiurkan lho. Menurut data yang dirilis Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce sepanjang tahun 2014 mencapai Rp 34,9 triliun. Wow!

Itu dua tahun lalu. Angka tersebut meningkat menjadi Rp 46,85 triliun di tahun 2015. Karenanya awal tahun ini Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara memprediksi nilai transaksi e-commerce pada 2016 bakal menembus angka Rp 64,4 triliun. Wow kuadrat deh.

Saya sendiri turut meramaikan tren belanja online, baik sebagai penjual maupun pembeli. Dan, sepertinya saya lebih sukses di kategori kedua alias lebih sering berbelanja ketimbang berjualan. Hehehe.

Ya, mau beli apapun saya selalu buka internet terlebih dulu. Apalagi kalau barang yang dicari ternyata belum ada di Pemalang. Kota kecil seperti Pemalang update-nya lebih lambat dibanding kota-kota besar. Saat teman-teman "pamer" foto-foto selfie hasil jepretan hape Asus Zenfone 3 yang tengah jadi buah bibir itu, barangnya entah kapan sampai di sini.

Saya pernah punya pengalaman begitu. Ceritanya saya dapat informasi mengenai sebuah kamera baru yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan kantong maksudnya. Setelah menjelajahi berbagai referensi di internet, saya lalu mencari-cari kamera tersebut ke semua toko elektronik yang ada di sini. Hasilnya, nihil! Penjaga toko hanya bisa bengong, sedangkan bosnya cuma bisa bilang barangnya belum masuk.

Jangankan produk rilisan baru. Produk yang sudah lama beredar di pasar pun belum tentu ada. Contohnya ketika saya mencari boom mic untuk keperluan produksi video. Ada satu merek yang paling direkomendasikan di berbagai forum. Kualitasnya bagus, namun harganya sangat terjangkau. Sayang, di Pemalang mik tersebut tidak ada yang jual.

So, inilah alasan kenapa saya lebih suka berbelanja online. Rantai distribusi sebuah produk seringkali tak sampai ke Pemalang. Sehingga saya biasa mencarinya di toko-toko online yang rata-rata berbasis di Jakarta.


Bisa Cari Harga Terbaik
Selain dua hal tersebut, ada satu lagi alasan utama saya lebih suka berbelanja online: mudah membandingkan harga. Ini penting karena sebagai pembeli kita ingin mendapatkan harga terbaik. Dan kita tahu produk yang sama tak jarang ditawarkan dengan harga berbeda-beda oleh banyak penjual. Kalau ada yang murah, kenapa pula harus bayar mahal?

Membanding-bandingkan harga ini saya rasa sudah jadi kebiasaan sejak manusia pertama kali kenal transaksi jual-beli. Prinsip ekonomi "membayar sesedikit mungkin untuk mendapatkan sebanyak mungkin" sebenarnya merupakan watak dasar manusia. Karenanya dalam perdagangan muncul tawar-menawar karena pembeli ingin mendapatkan harga serendah-rendahnya, sedangkan pedagang ingin dapat untung setinggi-tingginya.

Nah, di dunia e-commerce tawar-menawar ini nyaris tidak ada. Atau malah tidak ada sama sekali. Kalau kita belanja di toko online yang seluruh proses pembeliannya dilakukan hanya dengan memencet-mencet mouse, kita bahkan tidak bisa berinteraksi dengan penjual. Kita dilayani sepenuhnya oleh sebuah sistem komputer yang berjalan secara otomatis.

Mana bisa sistem komputer diajak tawar-menawar. Untuk mengakalinya, kita harus rajin membanding-bandingkan harga antara satu toko dengan toko lain, antara satu marketplace dengan marketplace lain. Begitu dapat harga paling rendah, langsung deh eksekusi gak pake lama! Hehehe...

Sewaktu mencari kamera saku beberapa bulan lalu, saya membuka nyaris semua marketplace top lho untuk membanding-bandingkan harga. Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Elevenia, Blanja.com, Blibli.com, MatahariMall.com, you name it. Saya buka satu-satu. Begitu dapat harga termurah di marketplace tersebut, halaman penawaran itu saya bookmark, lalu membuka marketplace lainnya. Begitu seterusnya.

Setelah itu halaman-halaman harga termurah yang sudah di-bookmark tadi saya buka bersama-sama. Jadi, untuk berbelanja satu kamera saja saya membuka banyak sekali tab di Google Chrome. Saya banding-bandingkan, mencari yang termurah dari yang paling murah. Sampai akhirnya saya memutuskan membeli kamera tersebut di sebuah marketplace.

Untungnya, berbelanja online tak mengharuskan saya bepergian ke sana-sini. Mengunjungi banyak toko sekaligus cukup dilakukan di depan laptop. Membanding-bandingkan harga dari satu toko ke toko lain juga hanya bermodal jari-jemari. Praktis. Saya pun bisa window shopping sembari merampungkan pekerjaan, atau sambil mengasuh anak.


Cara Mudah Bandingkan Harga
Toh, sempat berpikir juga alangkah enaknya kalau saya tak perlu membuka-buka begitu banyak tab hanya untuk membandingkan harga. Saya berkhayal ada satu layanan di mana saya cukup membuka satu halaman, mengetikkan nama produk yang diinginkan, lalu layanan tersebut menyajikan toko dengan harga termurah.

Kira-kira sama seperti Google. Kita ketikkan satu kata kunci, lalu Google menampilkan situs-situs yang berkaitan dengan kata kunci tadi. Semakin relevan situs tersebut dengan kata kunci yang kita ketik, semakin tinggi posisinya di halaman hasil pencarian.

Sekarang bayangkan kalau kata kunci itu adalah nama produk, dan layanan pembanding harga yang saya idam-idamkan secanggih Google. Begitu kita ketik "iPhone 6" misalnya, maka layanan tersebut menampilkan deretan toko penjual hape tersebut. Toko dengan harga termurah berada paling atas. Asyik, bukan?

Eh, rupanya layanan seperti itu sudah ada, Kawan-kawan. Namanya Priceza. Persis seperti yang saya bayangkan, di sini kita cukup mengetikkan nama produk, lalu muncullah toko-toko yang menjual produk itu di halaman hasil pencarian. Kita tinggal melihat-lihat toko mana yang memberikan penawaran terbaik.

Saya lantas iseng mengetikkan "iPhone 6" pada kolom pencarian Priceza.co.id. Tara! Posisi paling atas diisi oleh penawaran seharga Rp5.999.000. Ini big deal banget, sebab handphone terbaru Apple ini harga pasarannya Rp7.000.000 ke atas.


Enaknya menggunakan layanan Priceza, kita langsung tahu di marketplace mana saja penawaran termurah tersebut bisa didapatkan. Klik tombol “Bandingkan Harga” untuk melihat lebih detil harga-harga yang ditawarkan masing-masing marketplace.

Di halaman baru, kita dapat melihat juga bagaimana reputasi masing-masing penjual di setiap marketplace dengan melihat rating berupa bintang berwarna merah di sebelah nama marketplace. Yang paling memanjakan pembeli, Priceza sampai menampilkan metode pembayaran yang dipakai masing-masing penjual, serta apakah ongkos kirimnya gratis atau tidak.


Kalau sudah sreg, tinggal klik saja tombol "Ke Toko" yang ada di bagian samping kanan. Sistem Priceza akan membawa kita ke marketplace bersangkutan, tepat di halaman di mana penjual memajang iPhone 6 tersebut. Jadi, transaksi tetap dilakukan dengan penjual, di marketplace tempat penjual bersangkutan memajang produknya.

Oya, layanan pembanding harga ini bisa dipakai secara gratis lho. Kita bahkan tidak harus mendaftarkan diri sebagai member Priceza terlebih dahulu. Cukup buka www.priceza.co.id, lalu cari produk yang diinginkan, selanjutnya Priceza akan melakukan yang terbaik demi menunjukkan harga paling rendah untuk kita.

Pembanding Harga Terbaik
Dengan layanan gratis yang sangat membantu para online shoppers ini, tak heran jika pertumbuhan Priceza terhitung cepat. Perusahaan ini didirikan oleh tiga insinyur sains Thailand pada Januari 2010. Ketiga penggagasnya bernama Thanawat Malabuppa, Vachara Nicatatphand, dan Wirod Supadul.

Thailand jadi pasar pertama yang digarap Priceza. Di masa-masa awal ini perusahaan-perusahaan besar seperti Lazada, Zalora, Central Group, Groupon, dan Rakuten berhasil dirangkul. Tak heran bila jumlah pengunjung Priceza langsung terdongkrak naik oleh banyaknya calon pembeli yang ingin melakukan perbandingan harga.

Setahun berjalan, jumlah pengunjung menembus angka sejuta per bulan. Tahun berikutnya jumlah kunjungan berlipat ganda menjadi dua juta visit. Pengoperasian Priceza Indonesia sejak Mei 2013 membuat pengunjung semakin banyak. Per Agustus 2013 angka pengunjung Priceza (gabungan Thailand dan Indonesia) mencapai 3,8 juta visit per bulan. Sebuah pencapaian hebat untuk ukuran start up dengan kemampuan "hanya" membandingkan harga.

Perkembangan Priceza menarik minat investor untuk menanamkan dana. September 2013, sebuah perusahaan penanaman modal asal Jepang bernama CyberAgent Ventures menyuntikkan investasi yang, sayangnya, tidak disebutkan berapa besarnya. Kesepakatan ini menjadikan Priceza perusahaan pertama di Thailand yang didanai oleh CyberAgent Ventures.


Tahun 2014, Priceza memperkenalkan platform multi-device. Layanan pembanding harga tak cuma bisa dinikmati di web, tapi juga melalui aplikasi mobile di smartphone. Sebuah keputusan bijak, sebab tren penggunaan PC kian tergerus oleh semakin tingginya angka pengguna mobile device.

Di tahun tersebut, Priceza memiliki data 5.000 toko di Priceza Thailand dan 5.000 toko lagi di Priceza Indonesia, dengan jumlah produk sebanyak 1,6 juta di Thailand dan dua juta di Indonesia. Totalnya 3,6 juta produk. Ini jumlah yang sangat banyak!

Pencapaian demi pencapaian yang diraih Priceza dalam empat tahun perjalanannya berbuah penghargaan. Tahun 2015, layanan ini mendapatkan Asia-Pasific ICT Alliances Award. Di tahun yang sama Priceza melakukan ekspansi ke empat negara lain di Asia Tenggara: Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Singapura. Langkah tersebut membuat gabungan jumlah kunjungan melonjak menjadi 9 juta/bulan.

Tak heran bila kemudian Priceza dilirik oleh Hubert Burda Media, sebuah perusahaan investasi terkemuka asal Jerman. Priceza mendapat kucuran dana tidak sedikit, siap menjadikan situs ini sebagai shopping search engine dengan fitur pembanding harga terbaik di Asia Tenggara.

*****

Ah, kok, jadi melantur kemana-mana. Singkat kata, tips dasar agar bisa hemar saat belanja online adalah rajin-rajin mengecek dan membanding-bandingkan harga sebelum membeli. Dengan demikian kita bisa mendapatkan penawaran terbaik. Ingat pedoman pentingnya: kalau bisa bayar murah kenapa harus bayar lebih mahal.

Kini membanding-bandingkan harga tidak lagi ribet. Tidak dibutuhkan banyak waktu dan kuota internet. Sebab kita tak perlu buka-buka banyak tab seperti yang pernah saya lakukan. Tak perlu juga mem-bookmark halaman berisi penawaran termurah di tiap-tiap marketplace.

Dengan Priceza kita dapat melakukan perbandingan harga secara praktis, efisien, dan cepat. Jadi, kalau mau hemat selalu cek harga dari toko-toko online sebelum berbelanja!

=============
Referensi:
http://www.tribunnews.com/techno/2016/05/10/survei-ungkap-orang-indonesia-doyan-beli-produk-fashion-di-toko-online
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160122170755-185-106096/nilai-transaksi-e-commerce-di-indonesia-menggiurkan/
http://www.money.id/digital/2016-transaksi-ecommerce-di-indonesia-tembus-rp-68-triliun-160104k.html
http://www.cyberagentventures.com/en/news_event/20130917190600.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Hubert_Burda_Media
http://www.priceza.co.id/guide/Berita-and-Update-Terbaru/PRICEZA-Optimis-Siap-Merajai-Kawasan-Asia-Tenggara/419

6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur

$
0
0

BELAJAR bahasa Inggris sejak SMP, ada juga yang malah sejak SD, tapi sampai lulus kuliah tetap nggak bisa berbahasa Inggris? Ini masalah klasik di Indonesia. Bahkan sarjana Bahasa Inggris pun mengalaminya. Kalau begitu, cobalah metode 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur ini.

Desa Bahasa Borobudur memang bukan desa sebenar-benarnya. Kampung atau dusun pun bukan. Luasnya tak ada satu RT malahan. Ini merupakan tempat kursus bahasa Inggris yang secara administratif terletak di Dusun Parakan, Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kalau Anda pernah ke Pare, Kediri, di sana terdapat satu wilayah yang disebut Kampung Inggris. Sama-sama mengajarkan bahasa Inggris, tapi dua tempat ini berbeda jauh dalam hal konsep. Dan mungkin juga metode pembelajaran.

Di Kampung Inggris Pare terdapat ratusan tempat kursus, tentu saja dengan ratusan metoda pembelajaran. Di Desa Bahasa Borobudur kita hanya akan menemui satu tempat kursus, yaitu yang diselenggarakan oleh Mr. Hani Sutrisno, founder lembaga pendidikan revolusioner ini.

Desa Bahasa Borobudur terletak tak jauh dari kawasan Candi Borobudur. Mr. Hani yang asli orang Magelang sendiri pada masa kecilnya berjualan kartu pos pada wisatawan asing di area candi. Dalam menawarkan dagangannya, Mr. Hani kecil menggunakan Bahasa Inggris yang jauh dari kata baik dan benar, berantakan sekali.

Ketika mendekati turis, Mr. Hani menawarkan dagangannya dengan mengatakan, “Buy me, Sir.” Maksudnya, sih, “Belilah dagangan (kartu pos) saya.” Cuma Mr. Hani kecil hanya tahu kata buy yang berarti “beli” dan me yang berarti saya. Toh, bermodal dua kata asing yang dipadukan secara serampangan ini Mr. Hani berani berinteraksi dengan bule.

Karenanya, ketika menyambut rombongan blogger Gandjel Rel dan penulis Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) dari Semarang pada 24 September 2016 lalu, Mr. Hani menekankan pentingnya keberanian berbicara sebagai modal utama menguasai Bahasa Inggris.

Latar belakang Mr. Hani, serta pengalamannya dalam mempelajari Bahasa Inggris secara otodidak inilah yang kemudian melahirkan sebuah metode pembelajaran unik dan menarik. Metode pembelajaran revolusioner yang membantu kita menguasai Bahasa Inggris lebih cepat secara menyenangkan.


Melibatkan Anggota Badan
Tidak berlebihan jika metode pembelajaran Bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur ini dikatakan revolusioner. Berbeda dengan sekolah-sekolah formal, pembelajaran bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur lebih menekankan pada praktik. Materi disampaikan secara menyenangkan dengan melibatkan semua anggota tubuh untuk memaksimalkan daya ingat.

Sebagai contoh, untuk menunjukkan “I” (saya) diperagakan dengan menunjuk ke diri sendiri. Lalu “You” (Anda) diperagakan dengan menunjuk ke depan, “We” dengan membentangkan kedua telapak tangan ke depan, “They” dengan membuat lingkaran besar menggunakan kedua tangan, “He” (dia laki-laki) menunjuk ke samping kanan, dan “She” (dia perempuan) menunjuk ke kiri.

Ada pula gerakan-gerakan untuk menghapal 16 tenses. Digunakan gerakan-gerakan tertentu yang masing-masing menggambarkan keterangan waktu (time) dan kejadian (event). Kedua tangan dipergunakan secara aktif, dikombinasikan, membentuk paduan gerakan yang mewakili ke-16 tenses dalam bahasa Inggris.

Ada empat pembagian waktu, yakni present (sekarang), past (lampau), future (yang akan datang), dan past-future (membicarakan masa depan dari perspektif masa lalu). Sedangkan kejadian ada tiga, yakni simple (sederhana), continous (berkelanjutan), dan perfect (sempurna).

Present time diperagakan dengan jari telunjuk yang menunjuk ke bawah di depan dada. Lalu past time diperagakan dengan menunjuk ke belakang, future time menunjuk ke depan, dan past-future time menunjuk ke belakang lalu ke depan.

Untuk simple diperagakan dengan membentuk lingkaran menggunakan jari telunjuk dan jempol, seperti bahasa tubuh “oke.” Sedangkan continous diperagakan dengan menggerakkan telapak tangan di depan dada, dan perfect diperagakan dengan dua jempol ke depan.

Jadi, untuk Simple Present Tense diperagakan dengan membentuk lingkaran menggunakan jari telunjuk dan jempol, lalu dilanjutkan dengan menunjuk ke bawah di depan dada. Lebih lengkapnya bisa dilihat dalam video di bawah (tunggu dulu ya, belum selesai upload-nya. Hehehe).

Sabar ya... :)

Saya bersama teman-teman blogger Gandjel Rel dan komunitas IIDN mendapat kesempatan mempraktikkan cara ini. Awalnya membingungkan, tapi setelah beberapa kali dicoba cara ini terbukti membuat kami yang rata-rata sudah berumur lebih mudah mengingat-ingat ke-16 tenses.

Luar biasa!

Jadi Destinasi Liburan Edukatif
Metoda belajar Bahasa Inggris nan unik dan menyenangkan menarik minat banyak orang untuk datang ke Desa Bahasa Borobudur. Mulai dari perorangan sampai instansi, semuanya ingin merasakan keampuhan cara belajar yang diterapkan Mr. Hani. Dan, sebagian besar dari mereka merasa puas akan hasil yang dicapai.

Mr. Hani bercerita, ada salah satu siswa yang awalnya mengambil paket 6 hari. Namun saking senangnya dengan metoda pembelajaran dan suasana yang ada di Desa Bahasa Borobudur, siswa tersebut menambah waktu belajarnya.

Lain lagi cerita salah satu instruktur yang mengantar kami berkeliling Desa Bahasa Borobudur. Menurut mas-mas yang juga anggota kelompok musik angklung ini, ada siswa yang karena terlalu asyiknya sampai tak sadar waktu belajarnya sudah habis dan ia harus pulang.

Secara umum, siswa-siswi Mr. Hani merasa enjoy melahap materi demi materi yang disampaikan setiap hari. Metode pembelajaran yang lebih mengedepankan fun dan dibumbui permainan membuat Bahasa Inggris tak lagi sulit dicerna. Sebaliknya, menjadi sangat mudah dipelajari.

Oya, di Desa Bahasa Borobudur memang ada paket-paket pembelajaran dengan durasi selama 6 hari, 10 hari, dan sebulan. Paket-paket ini dikemas dalam bentuk kegiatan eduwisata, edukasi dan wisata. Sehingga tak hanya belajar, siswa juga akan dibawa berwisata ke beberapa titik menarik di seputaran Candi Borobudur.



Begini suasana pembelajaran di Desa Bahasa Borobudur. Kelas-kelas terbagi dalam kelompok kecil, belajar bersama secara aktif dengan penekanan pada praktik percakapan. FOTO: Eko Nurhuda/bungeko.com

Beberapa kegiatan dalam paket 6 hari misalnya adalah tour de village alias berkeliling desa. Kemudian siswa juga akan diajak hunting turis asing di sekitaran Candi Borobudur untuk praktik speaking. Selain di candi, praktik speaking biasa dilakukan di tempat-tempat penjualan cinderamata. Sebagai selingan, siswa diajak naik dokar, tur keliling kota, sampai rafting atau arung jeram di sungai.

Untuk menampung siswa-siswi yang berasal dari luar Magelang, Desa Bahasa Borobudur bekerja sama dengan penduduk setempat dalam menyediakan penginapan. Siswa-siswi diinapkan di rumah-rumah penduduk setempat dan berbaur dengan pemilik rumah.

6 Hari Lancar Cas Cis Cus
Nah, bagi kita yang belum bisa belajar langsung ke Desa Bahasa Borobudur, Mr. Hani baru saja meluncurkan buku terbaru berjudul 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Indonesia Tera dan beredar di toko-toko buku sejak Agustus 2016.

Saya dan teman-teman blogger yang ikut dalam kunjungan ke Desa Bahasa Borobudur ini beruntung sekali masing-masing mendapat satu eksemplar gratis untuk dibawa pulang. Lumayan untuk memperlancar cas cis cus sembari mengumpulkan biaya mengikuti program eduwisata enam hari. Hehehe...

Sesuai judulnya, buku ini berisi materi-materi yang diajarkan di Desa Bahasa Borobudur. Metode pembelajaran 6 hari dalam buku sudah teruji pada lebih dari 15.000 siswa yang pernah belajar langsung ke Magelang. Metode ini juga sudah dipatenkan di Kementerian Hukum dan HAM RI lho.

Mungkin banyak yang bertanya, benarkah kita bisa menguasai Bahasa Inggris hanya dalam 6 hari? Sedangkan mereka yang sudah belajar bertahun-tahun sekedar mengingat-ingat 16 bentuk tense pun kesulitan.

Mr. Hani punya jawabannya. Dalam buku ini beliau membeberkan tiga modal utama belajar Bahasa Inggris. Ketiganya adalah motivasi, metodologi, dan sistem.



Mr. Hani Sutrisno memberikan eksemplar pertama buku 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur kepada Mbak Dewi "Dedew" Rieka sebagai perwakilan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) sekaligus komunitas blogger Gandjel Rel. FOTO: Eko Nurhuda/bungeko.com

Di Desa Bahasa Borobudur, hal pertama yang dilakukan oleh instruktur adalah mengubah mind set peserta. Sebelum masuk ke sesi pelajaran selalu ditanamkan bahwa Bahasa Inggris itu mudah, cepat, dan menyenangkan. Inilah yang menjadi motivasi sehingga proses belajar terasa lebih mudah.

Untuk metodologi, Mr. Hani mengembangkan lebih dari 100 metode baru untuk menguasai Bahasa Inggris secara aktif. Hebatnya, semua metode tersebut suidah mendapatkan sertifikat dari Kemenkum HAM sehingga hanya bisa didapatkan di Desa Bahasa Borobudur. Tidak ada di tempat lain, eksklusif!

Mengenai sistem, Desa Bahasa Borobudur punya pola belajar tersistem yang mampu menjaga semangat peserta dari hari ke hari, dari level satu ke level berikutnya. Sehingga meskipun proses pembelajaran dilakukan full day, dari pagi hingga sore dengan jeda sejenak untuk makan dan beribadah, peserta tak merasa jenuh.

Bermodal tiga hal itulah belajar Bahasa Inggris selama 6 hari saja dapat meningkatkan kemampuan peserta secara signifikan. Setidaknya peserta dijamin berani praktik ngomong, tak lagi memikirkan benar-salah. Bercakap-cakap langsung dengan native speaker pun bukan lagi khayalan semata.

Idealnya sih memang belajar langsung di Desa Bahasa Borobudur ya. Tapi kalau karena satu dan lain hal kita belum bisa ke sana, baca saja dulu buku 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur karya Mr. Hani Sutrisno ini. Jangan lupa praktik, agar enam hari berikutnya kita bisa lancar cas cis cus berbahasa Inggris.

So, are you ready to cas cis cus fluently in English?

Inilah Alasan Kenapa Kamu Harus Menggunakan Jasa Catering

$
0
0
APAKAH kamu termasuk orang sibuk? Orang yang seharian berkutat dengan pekerjaan di kantor, mulai dari jam masuk kantor sampai jam pulang kerja atau bahkan lembur hingga malam. Saking sibuknya, untuk cari makan aja tidak sempat. Akibatnya, yang penting makan yang penting perut terisi, nggak peduli makanannya seperti apa.

Semakin padat aktivitas seseorang, biasanya cenderung untuk tidak mempermasalahkan apa yang mau dimakan. Padahal keseimbangan gizi sangatlah penting, terutama kalau kita mempunyai aktivitas padat. Jangan sampai kejadian collapsed di tengah-tengah menjalankan aktivitas karena perut kosong.

Itu sebabnya banyak pekerja kantoran memilih menggunakan jasa catering sebagai solusi. Tapi apa cuma itu alasan seseorang menggunakan jasa catering? Tentu saja tidak donk! Ada beberapa manfaat lain yang bisa kamu dapatkan dari jasa catering makanan di kantor.

Di bawah ini dijabarkan apa saja keuntungan menggunakan layanan catering. Simak ya...


1. Menghemat Pengeluaran
Kalau kamu menggunakan jasa catering, secara tidak langsung kamu sudah menghemat pengeluaran lho. Penghematan yang tidak boleh dibilang sedikit. Apalagi jika ditotal selama hari kerja dalam sebulan. Jumlahnya bisa sangat lumayan.

Dengan memakai layanan jasa catering kamu nggak perlu lagi mengeluarkan biaya sebesar kalau pergi ke restoran. Ingat, biaya makan bukan cuma harga menu yang kita pesan lho. Masih ada biaya transportasi setiap kali pergi mencari makan. Pertimbangkan juga biaya-biaya lain yang muncul karena harus melakukan perjalanan tersebut.

Sekarang bandingkan dengan catering. Dengan harga yang sudah fixed price, kamu dapat menikmati variasi makanan berbeda-beda setiap hari tanpa harus keluar kantor, pun tanpa memusingkan masalah biaya lain-lain. Hemat.

2. Menghemat Waktu
Coba ingat-ingat lagi, berapa lama waktu yang biasa kamu habiskan setiap kali keluar kantor mencari makan? Dengan kemacetan yang terjadi hampir setiap saat, pastinya tidak sebentar. Terlebih kalau kantormu berada di kawasan rawan macet. Untuk makan siang saja bisa habis berjam-jam di jalan. Tidak efisien.

Menggunakan jasa catering, waktumu tidak akan terbuang banyak di jalan. Kamu tidak perlu lagi berlama-lama di jalan cuma untuk pergi mencari makan. Kadang-kadang buat makannya cuma setengah jam, tapi perjalanannya bisa sejam lebih. Iya kan?

Kalau kamu sudah berlangganan catering, waktu yang biasanya habis untuk perjalanan mencari makan bisa dipergunakan buat menggarap yang lain. Atau sekedar menikmati waktu istirahat dengan benar-benar bersantai. Lebih efisien dan pastinya lebih asyik, bukan?

Bisa Diantar ke Lokasi Manapun
Bayangkan kamu bekerja di kantor yang sangat nyaman dimana semua fasilitas tersedia, kecuali tempat makan. Semua kenyamanan itu bakal terasa percuma bila setiap harinya kamu masih harus pusing hanya untuk mencari makan.

Nah, salah satu keuntungan menggunakan jasa catering adalah kamu tidak perlu repot-repot keluar kantor untuk mencari makan. Sebab perusahaan catering yang mengantar pesanan kita ke manapun kita mau. Tentu saja selama masih dalam jangkauan pengantaran tempat catering tersebut ya.

So, kamu tinggal duduk manis di meja kerja, tidak perlu keluar kantor, makanannya yang akan diantar sampai alamat. Lebih praktis.

Kebersihan Terjamin
Terkadang di sekitaran kantor terdapat warteg, tempat di mana kita bisa makan dengan harga terjangkau. Warteg seperti ini bisa jadi solusi memang, tapi kebanyakan warteg mengabaikan faktor kebersihan. Baik kebersihan lokasi, kebersihan peralatan makan-minum yang dicuci ala kadar, sampai kehigienisan bahan masakan.

Tidak yakin dengan kebersihan makanan di warteg dekat kantor? Tidak perlu khawatir. Jasa catering memiliki standar kebersihan yang tinggi, sebab kebersihan makanan merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah perusahaan catering.

Sebuah perusahaan catering tidak akan main-main dengan soal kebersihan makanan, baik dari segi bahan masakan maupun penyajian. Terlebih bila target mereka kalangan karyawan kantor yang notabene dari kalangan menengah ke atas. Kalangan yang sangat mengutamakan kebersihan. Jadi, aman deh.

Gizi Seimbang
Membutuhkan waktu tidak sebentar untuk memasak makanan dengan gizi seimbang. Sementara bila kita memesan makanan cepat saji -- karena pertimbangan waktu, hampir bisa dipastikan kandungan gizinya tidak jelas. Sorry to say dan no offence ya, tapi sudah banyak yang mengatakan seperti itu.

Berbeda dengan jasa catering berkualitas, yang tentunya bakal memastikan keseimbangkan gizi dan nutrisi pada menu makanan yang kamu pesan, sehingga kamu tidak perlu khawatir soal ketercukupan gizi. Makan nggak cuma asal kenyang lho. Bekerja keras seharian membutuhkan energi tidak sedikit. Kalau makanan kita tidak bergizi cukup, itu dapat membahayakan kesehatan tubuh.


Jasa Catering Berkualitas
Butuh jasa catering berkualitas? Bingung mencari-cari mana yang sesuai dengan kebutuhan sekaligus budget makan harian kamu?

Tidak perlu lagi. Kini telah hadir marketplace jasa bernama Sejasa.com yang akan melayani segala kebutuhan kamu, termasuk soal mencari jasa catering. Tak cuma catering harian, kita juga bisa memesan catering untuk even pribadi seperti ulang tahun maupun even-even kantor. Ada pula catering khusus untuk anak-anak.

Sedang menjalani program diet sehingga tidak boleh makan sembarangan? Tinggal cari saja catering diet, lalu pilih yang paling sesuai dengan program dietmu.

Kamu juga bisa lihat di mana alamat perusahaan catering tersebut dan apakah kantormu masuk dalam wilayah layanan antar mereka. Bisa ditanyakan pula apakah ada biaya tambahan untuk memodifikasi menu dengan tambahan ini-itu, misalnya menambah irisan mentimun dan tomat atau tempe goreng.

Dari nasi boks sampai nasi tumpeng, semuanya dapat kamu pesan di Sejasa.com. Kamu juga diberi kemudahan untuk membandingkan harga, menu, sampai review dari beberapa penyedia jasa sebagai bahan pertimbangan. Jadi, kamu bakal semakin yakin untuk menggunakan jasa catering pilihanmu.

Oke, jadi sekarang nggak perlu bingung lagi cari makan siang di kantor ya? :)

Asyiknya Tur Cokelat Bali bersama Frisian Flag

$
0
0

AKHIRNYA impian itu jadi kenyataan. Gara-gara iseng ikut Tantangan Joget Cokelat yang diadakan Frisian Flag Indonesia, saya sekeluarga berkesempatan tur lima hari ke Bali. Ya, Bali! Destinasi wisata nomor satu di Indonesia, dan merupakan salah satu destinasi favorit wisatawan mancanegara. Alhamdulillah...

Memang awalnya saya sekedar iseng saja mengikuti lomba joget tersebut. Katakanlah iseng-iseng berhadiah. Yang penting berpartisipasi, sembari mengajari semangat berkompetisi pada anak-anak. Seperti biasa, urusan menang-kalah saya serahkan pada yang paling berwenang membagi-bagi rejeki: Allah SWT.

Jujur saja saya sebenarnya malah lebih mengincar hadiah hiburan berupa smartphone. Soalnya hape istri rusak, tidak bisa diservis lagi. Untuk beli yang baru belum ada budget-nya. Kecuali kalau mau beli hape biasa yang cuma bisa buat telepon dan SMS.

Eh, kejutan kami terima pada 18 September 2016. Dalam pengumuman resmi yang mundur sepekan dari rencana awal, Frisian Flag menampilkan nama saya sebagai salah satu dari tiga pemenang utama. Hadiahnya tur lima hari empat malam di Bali. Hore!

Takut Anjing di Bandara Semarang
Tur Cokelat Bali bersama Frisian Flag Indonesia dimulai 6 Oktober 2016. Tapi saya sekeluarga sudah berangkat sejak tanggal 5 Oktober malam. Maklum, kami harus ke Semarang terlebih dahulu untuk berkumpul bersama rombongan dua pemenang utama lain di Jakarta. Barulah dari Jakarta kami berangkat bersama-sama ke Bali.

Oleh Smailing Tour yang mengorganisir tur ini, kami diambilkan penerbangan paling pagi dari Semarang. Jam 06.00 WIB. Artinya, kami sudah harus tiba di Bandara Ahmad Yani selambat-lambatnya jam 04.30 WIB. Perjalanan Pemalang-Semarang sekitar tiga-empat jam, tergantung kondisi keramaian jalan.

Idealnya kami berangkat ke Semarang jam satu malam, tapi tidak ada jadwal kereta jam segitu. Lagipula dari rumah ke stasiun tidak bisa dibilang dekat. Siapa yang mau mengantar ke stasiun tengah malam buta? Opsi paling masuk akal rental mobil plus sopir. Tapi rupanya tidak ada juga yang mau berangkat jam 12.00 malam. Jadilah kami berangkat dari Pemalang kira-kira jam setengah 10.



Jalanan rupanya sepi, jadi hanya membutuhkan waktu tiga jam lebih sedikit kami sudah sampai di Bandara Ahmad Yani. Jam di hape saya belum menunjukkan angka 01.00 WIB sewaktu kami turun dari mobil di droping zone bandara. Saya langsung tahu ini bukan kondisi ideal bagi anak-anak.

Suasana ruang tunggu bandara sepi sekali, serta sedikit gelap. Seluruh loket maskapai tutup, demikian pula gerai-gerai komersial yang ada di sana. Tidak tampak petugas keamanan di sekitar lokasi parkir dan ruang tunggu. Tapi ada beberapa calon penumpang duduk-duduk dan sebagian lagi tidur di bangku-bangku panjang.

Kami pun memilih tempat agak di tengah supaya lebih terlindung dari angin malam. Anak-anak awalnya duduk nyaman di bangku. Diandra malah sudah membaringkan badannya berbantal tas istri. Tapi mereka langsung mengkerut ketakutan begitu seekor anjing berjalan mendekat. Ya, anjing liar di ruang tunggu bandara. Wow!

Mungkin karena kami membawa makanan, si anjing terus duduk di dekat kami. Bahkan sempat tidur melingkar di bawah kursi yang kami duduki. Damar sampai hampir menangis sewaktu kakinya dicium-cium anjing berbulu hitam tersebut. Apa boleh buat, kami yang harus mengalah. Kami pindah tempat duduk. Perbekalan makanan saya masukkan ke dalam tas agar baunya tak terlalu menyengat di hidung si anjing.

Untunglah anjing berbulu hitam itu akhirnya menjauh, lalu tidur di bawah kursi agak jauh dari kami. Cuma anak-anak sudah terlanjur hilang kantuknya. Mereka tidak bisa tidur sampai pintu masuk bandara dibuka sekitar jam setengah lima pagi itu.

Asyik Bermain di Terminal 3 Ultimate
Begitu pintu masuk bandara dibuka, kami langsung saja ke ruang tunggu dalam. Ini kali kedua kami ke Bandara Ahmad Yani, tapi merupakan yang pertama datang sebagai calon penumpang. Jadi baru pagi itu kami tahu bagian dalam bandara. Tidak sebesar Bandara Soekarno-Hatta yang sudah sangat kami akrabi, tapi Bandara Semarang terlihat menyenangkan untuk anak-anak.


Ada taman buatan di bagian tengah ruang tunggu. Begitu melihat taman ini Damar langsung beraksi, minta difoto. Kami juga foto-foto di set Lawang Sewu yang ada di pojokan ruang tunggu. Habis itu gantian Damar yang pinjam kamera, mau foto-foto katanya. Bosan hunting foto dia kemudian mengajak saya melihat kesibukan di apron. Ada tiga penerbangan jam 06.00, jadi apron terlihat sangat sibuk.

Kira-kira jam enam kurang seperempat, kami pun dipanggil naik ke pesawat. Ini kali pertama istri dan anak-anak naik Garuda Indonesia. Mereka sangat excited sekali, terlebih sebelumnya sudah saya ceritakan bedanya naik Garuda dengan maskapai lokal lain. Rupanya sampai di pesawat anak-anak mendapat kejutan lain: boneka Pilo nan lucu!

Penerbangan Semarang-Jakarta berjalan lancar. Langit cerah sekali pagi itu. Sepanjang perjalanan Damar dan Diandra asyik bermain game di monitor LCD di hadapan mereka. Saya sendiri menyibukkan diri dengan merekam tingkah polah mereka berdua, plus ibunya yang masih bingung menggunakan tivi kecil tersebut.



Sampai di Bandara Soekarno-Hatta, istri dan anak-anak dibuat terkagum-kagum oleh megah dan luasnya Terminal 3 Ultimate. Saya sendiri sudah pernah ke terminal ini sewaktu berangkat ke Lampung bersama Sunpride, Agustus lalu. Tapi tetap saja saya ikut kagum. Apalagi ada beberapa perubahan di terminal kedatangan yang belum saya tahu.

Baca juga: Olahraga Pagi di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta

Damar langsung saja berlari-lari kesenangan begitu sampai di lajur kedatangan menuju pintu keluar. Karena akan transfer ke Denpasar, kami naik ke lantai atas. Dan lagi-lagi dibuat bengong oleh keluasan terminal baru ini. Damar dan Diandra berlarian lagi, loncat-loncat di sofa, berteriak-teriak. Dibilang norak ya biarlah, yang penting anak-anak senang. Hehehe...

Saya lalu mengarahkan anak-anak ke play zone. Luasnya hanya secuil, tapi sudah cukup bagi Damar dan Diandra untuk beraksi. Lagi-lagi, anak-anak saya paling heboh sendiri. Beberapa calon penumpang yang ada di sekitaran play zone sampai menengok ke arah kami. Harap maklum ya, kami orang kampung. :D

Karena keasyikan main, anak-anak susah sekali diajak pindah ke ruang tunggu gate tempat pesawat kami akan terbang. Kami saat itu di ruang tunggu Gate 14, sedangkan menurut buku panduan yang dibagikan oleh penyelenggara tur kami akan berangkat dari Gate 4. Terbayang kan jauhnya? Mana belum mandi dan ganti baju lagi.

Jam setengah sembilan lewat kami masih antri di toilet ruang tunggu Gate 14. Sementara kami sudah harus berada di gate keberangkatan jam 09.00 WIB. Boarding time sendiri jam 09.15 WIB. Tiba-tiba saya merasa tegang sendiri. Masa iya sudah sampe Bandara Soekarno-Hatta terus kami ketinggalan pesawat karena telat?



Dapat Boneka Hewan Lucu Lagi
Rupanya penerbangan GA404 Jakarta-Denpasar delay. Lalu keberangkatan tidak dari Gate 4 seperti tertulis di buku panduan yang dikirim agency Frisian Flag Indonesia, melainkan dari Gate 11. Syurkurlah...

Tadinya saya sudah berjalan cepat, dan anak-anak setengah berlari. Lucu aja kalo sudah sampe bandara tinggal naik pesawat tapi kami ketinggalan. Untunglah malah ditunda karena alasan teknis. Waktu yang ada dimanfaatkan untuk pengambilan gambar video dokumentasi. Oh iya, ada Micky Octapatika alias Micky AFI 2 sebagai bintang tamunya lho. Tadinya saya kira Indra Bekti sih, hihihi...

Jeleknya, delay membuat anak-anak bosan karena menunggu lebih lama. Damar sampai tertidur di sofa. Tidur nyenyak sekali dan tidak mau bangun sewaktu pintu boarding dibuka. Saya pun harus menggendongnya hingga ke tangga pesawat, di mana dia terbangun oleh suara keras mesin pesawat.

Sama seperti penerbangan GA231 Semarang-Jakarta, di penerbangan Jakarta-Denpasar anak-anak kembali mendapat hadiah boneka lucu dari pramugari. Kali ini dapat dua boneka berbeda. Damar memilih boneka Modo si Komodo, Diandra memilih boneka Hara si Harimau Sumatera. Senangnya...

Lalu kami juga mendapat hidangan makan siang. Menunya pas sekali kegemaran Damar: nasi goreng ayam. Sayangnya Diandra tertidur, jadi tidak bisa ikut merasakan lezatnya nasi goreng ala Garuda.

Sampai di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai cuaca cerah ceria. Kami turun pesawat dengan rasa keingin-tahuan yang luar biasa. Terbayang tempat-tempat yang akan kami kunjungi selama lima hari empat malam di Bali. Kami sudah tidak sabar! Tapi berhubung bakal panjang sekali kalau diceritakan semua dalam satu posting, kita sudahi dulu sampai di sini ya.

Di posting berikutnya saya akan bercerita hari pertama kami di Bali, di mana kami makan siang di The Pirates Bay, Nusa Dua. Lalu dilanjutkan bermain-main pasir dan air laut di pantai, sebelum melanjutkan perjalanan ke Waterblow yang terletak tidak begitu jauh, dan ditutup dengan makan malam di Jimbaran.

Tunggu ya... :)

Tips Shopping Cerdas: Dapat Cashback Setiap Belanja Online via ShopBack

$
0
0
TINGGAL di kota kecil seperti Pemalang membuat saya sangat mengandalkan aktivitas belanja online untuk mencari barang-barang terbaru. Terkadang barang-barang lama juga sih. Contohnya ketika saya mencari kamera Canon SX610 HS beberapa waktu lalu. Ini produk keluaran lama yang tidak bisa saya temui di toko-toko perlengkapan fotografi di Kota Ikhlas.

Kenapa saya pilih Canon SX610 HS tentu ada alasannya. Saya mencari kamera dengan kemampuan oke, tapi harganya tidak menguras kantong. Dengan lensa 20 megapiksel, kemampuan zoom 18x, serta autofocus terhitung cepat, kamera ini sangat bisa diandalkan untuk mengambil foto dan merekam video.

Sebelum membeli saya sudah membaca-baca review kamera ini, juga menonton video tes pengambilan gambar yang bertebaran di YouTube. Menurut saya sih Canon Powershot SX610 HS sudah lebih dari cukup untuk seorang fotografer sekaligus videografer amatir macam saya. Buktinya bisa dilihat di video dokumentasi perjalanan saya ke Pulau Tangkil ini.



Lebih penting dari itu, saya dapat harga murah. Super murah malah. Ya, jangan lupakan prinsip ekonomi. Sebisa mungkin kita harus bisa mendapatkan sesuatu dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, itu prinsipnya.

Kalau diterapkan dalam belanja online, pengorbanan sekecil-kecilnya itu berarti membayar sesedikit mungkin untuk membeli produk impian. Dengan kata lain, carilah penjual yang menawarkan harga paling murah.

Tapi terkadang gadget dan produk-produk elektronik seperti ini harganya beda-beda tipis. Selisihnya nggak kerasa. Biasanya cuma bonus yang membedakan satu penjual dengan penjual lainnya. Ada yang memberi ongkos kirim gratis, ada yang bonusnya tas kamera, ada juga yang kasih tongsis.

Saya sendiri beruntung sekali menemukan satu penjual di Bukalapak yang memasang banderol sangat murah. Paling murah di antara penjual Canon SX610 HS lainnya. Apalagi seller-nya memberi bonus memory card 16 GB. Lumayan banget! Sisa budget bisa saya belikan baterai cadangan deh.

Berburu Cashback
Cara lain untuk berhemat saat belanja online adalah berburu diskon, promo, sampai cashback. Sejumlah marketplace besar seperti Lazada, MatahariMall.com atau Zalora nyaris setiap bulan mengadakan promo dan menebar diskon. Kita bisa memanfaatkan ini demi menekan anggaran belanja.

Kalau bisa bayar murah, kenapa pula harus membayar mahal? Kalau bisa dapat diskon 50%, bukankah itu lebih menyenangkan ketimbang harga 100% alias tanpa diskon? Hehehe...

Soal cashback, boleh dikatakan tak ada toko online maupun marketplace yang menawarkan keuntungan ini bagi konsumennya. Tapi, jangan khawatir. Gunakan saja ShopBack, sebuah situs yang dirancang khusus untuk mengapresiasi pembeli dengan cara memberi cashback dari setiap transaksi kita.


Berbeda dengan diskon, cashback diberikan setelah kita bertransaksi. Kalau diskon berupa potongan harga di depan -- mengurangi jumlah uang yang seharusnya kita bayar, maka cashback semacam uang kembalian yang diberikan setelah kita membeli.

Perbedaan lain, diskon tak selalu diberikan oleh toko online maupun marketplace. Begitu juga promo yang biasanya tergantung momen-momen tertentu. Nah, di Shopback kita dapat memperoleh cashback setiap kali berbelanja online.

Eit, jangan bayangkan Shopback itu semacam marketplace apalagi toko online ya. Situs ini tidak berjualan produk apapun. Kita belanjanya tetap di marketplace langganan kita seperti biasa. Katakanlah Lazada, Zalora, Berrybenka, Blibli, Elevenia, sampai marketplace semodel Bukalapak, Tokopedia, dan juga AliExpress. Setiap kali kita berbelanja di marketplace tersebut lewat Shopback, kita akan mendapat cashback hingga 30% dari total belanjaan.

Misalnya saya nih. Saya beli kameranya tetap di Bukalapak. Bedanya, saya tidak langsung membuka web Bukalapak, melainkan mengunjungi www.shopback.co.id dulu. Barulah dari sini saya pilih Bukalapak untuk mencari barang-barang yang diinginkan. Selesai belanja, cashback pun menanti. Asyik!

Untuk lebih jelasnya coba perhatikan ilustrasi di bawah ini. Begini langkah-langkah agar kita mendapat cashback setiap kali berbelanja di ShopBack. Mudah sekali, bukan?


Sayang sekali saya baru tahu situs ini. Kalau saja sejak dulu ngeh keuntungan berbelanja via ShopBack, saya bakalan beli kamera di Bukalapak melalui situs ini. Mana mungkin saya tidak mau dapat cashback? Hehehe...

Karena baru tahu, saya pun mencari-cari referensi mengenai ShopBack. Dan ternyata ShopBack ini merupakan cara baru, cerdas, dan hemat berbelanja online di Indonesia. Tak perlu momen tertentu untuk dapat diskon atau harga promo, di sini setiap kali berbelanja selalu ada cashback-nya. Setelah terkumpul sebanyak minimal Rp50.000, cashback tersebut akan ditransfer ke rekening kita.

ShopBack berdiri sejak tahun 2014 di Singapura. Dari awalnya hanya menggarap pasar lokal Singapura, layanan situs ini sekarang sudah merambah ke empat negara tetangga lainnya: Malaysia, Filipina, India, Singapura, dan tentu saja Indonesia tercinta. Program belanja dapat bonus uang yang ditawarkan ShopBack rupanya sangat diminati oleh para pembelanja online. Tak heran bila pertumbuhannya pun melaju pesat, sehingga membuahkan beberapa penghargaan.

Survei Reader’s Choice Awards yang diadakan Vulcan Post tahun lalu memilih ShopBack sebagai Most Promising Start-up To Look For in 2015. Lalu ada pula penghargaan terbaik untuk kategori Best Inonovative Start-up (Growth Stage), serta terbaik kedua dalam kategori Best Innovative Infocomm Product (Consumer).

Pencapaian ini membuat ShopBack disorot media. Tak kurang dari Yahoo!, Daily Social, dan Tech In Asia pernah meliput kiprah perusahaan ini. Di Indonesia, media-media top seperti Kompas.com, detikcom, Okezone, Liputan6.com, TechnoID, dan Female Daily juga sempat mengangkat ShopBack. Untuk edisi cetak, Tabloid Pulsa memuat profil dan sepak terjang perusaan ini dalam satu edisinya.

Tiket Kereta Api Juga Ada
Tanpa pikir panjang saya langsung saja mendaftarkan diri ke ShopBack. Caranya sangat mudah sekali, cukup masukkan alamat email dan password. Selesai. Nanti akan ada email verifikasi, tinggal klik deh. Selanjutnya kita bisa belanja-belanja kebutuhan apa saja di berbagai merchant yang ada.

Merchant yang bekerja sama dengan ShopBack banyak sekali. Jumlahnya ada 500-an lebih, dengan berbagai kategori mulai dari fashion sampai travel. Sebut saja Lazada, Zalora, Bukalapak, Tokopedia, Blibli, Matahari Mall, Muslimarket, Alfacart, Elevenia, Berrybenka, Sephora, sampai marketplace internasional seperti AliExpress dan eBay.

Buat yang hobi traveling, bisa lho pesan tiket pesawat dan kereta atau booking hotel melalui ShopBack. Sebab situs ini sudah bekerja sama dengan Agoda, Expedia, Tiket.com, Booking.com, Hotels.com, AirAsiaGo.com, dan masih banyak penyedia tiket lainnya.


Nah, pas banget saya butuh tiket kereta api Semarang-Pemalang untuk kepulangan dari Tur Cokelat Bali. Jadi, dari Denpasar pesawat yang membawa kami sekeluarga bakal mendarat di Bandara Ahmad Yani Semarang. Lalu ke Pemalang-nya kami naik kereta api.

Saya pun mencoba mengeklik banner Tiket.com tempat biasa saya memesan tiket kereta api. Di halaman berikutnya terlihat penjelasan lebih detil mengenai cashback yang bisa saya dapatkan jika membeli tiket di Tiket.com melalui ShopBack.

Untuk pemesanan tiket kereta api, cashback-nya Rp2.500/tiket. Lumayan, bukan? Buat yang biasa pulang-pergi kerja atau kuliah naik kereta setiap pekan, kalau dikumpul-kumpulkan bisa banyak sekali lho total cashback-nya.


Karena tiket pesawat juga bisa dibeli melalui ShopBack, lain kali kalau mudik ke Jambi saya akan pesan tiket pesawat di Tiket.com lewat situs ini saja. Ya, benar sekali! Saya mau mendapat cashback. Nilainya Rp10.000/kursi. Karena saya mudik berempat bersama anak dan istri, sekali transaksi cashback-nya sejumlah Rp40.000. Lumayan...

Oya, cashback masuk ke akun kita setelah 48 jam transaksi dilakukan. Setelah masuk, cashback tadi boleh diklaim dalam waktu 60 hari. Perhatikan juga bahwa untuk mendapatkan cashback dari pembelian ini kita tidak boleh berpindah tab sampai seluruh proses transaksi selesai.

Tara! Saya sudah dapat tiket kereta apinya nih. Tinggal tunggu cashback masuk ke dalam akun saya dalam waktu 48 jam ke depan. Kalau sudah muncul tinggal diklaim deh.


Cashback on the Go
Berita baiknya, berbelanja via ShopBack tak cuma bisa dilakukan via web. Sudah tersedia aplikasi mobile-nya yang dapat diunduh di Google PlayStore. Kita bisa menginstalnya ke semua smartphone berbasis Android. Bagi pengguna produk Apple, aplikasi ShopBack tersedia juga di App Store.

Aplikasinya enteng sekali kok, ukurannya 6,4 MB yang pastinya nggak bakal makan banyak space. Aplikasi ShopBack di Google PlayStore baru di-update 21 September 2016 lalu. Demikian pula di App Store. Gres!

Pembaruan ini lebih memudahkan pengguna dalam meng-update informasi akun maupun detil pembayaran melalui aplikasi. Jadi, keuntungan belanja online ber-cashback dapat kita nikmati dalam genggaman. Tambahan lagi, khusus untuk pengguna aplikasi ada promo eksklusif lho.

Selain cashback, ShopBack menawarkan satu cara lagi untuk menambah pendapatan. Namanya program referral alias mengajak teman. Kalau kita berhasil mereferensikan ShopBack pada keluarga maupun teman, maka kita akan mendapat bonus Rp25.000 per orang. Teman makan teman dong? Nggak sama sekali. Sebab teman yang kita ajak tadi bakal mendapat bonus sebesar Rp25.000 juga. Fair enough, huh? :)

Nah, kalau mau daftar jadi member ShopBack, silakan pakai link referal saya. Klik si sini ya, biar sama-sama dapat bonus Rp25.000. Hehehe... Tapi, ingat, bonus referal tadi baru masuk kalau teman yang direferensikan sudah berbelanja via ShopBack.

Buat yang belum daftar, ShopBack memberikan voucher Zalora untuk pelanggan baru. Terus ada juga voucher Lazada gratis yang bisa didapatkan tentu saja dengan berbelanja di Lazada melalui ShopBack.

Pendek kata, bagi saya yang suka beli barang di dunia maya ShopBack merupakan cara cerdas belanja online. Jumlah merchant-nya yang mencapai ratusan, berbagai macam pilihan produk yang tersedia, kesemuanya sangat memanjakan kita. Belanja online tak cuma jadi lebih hemat, tapi sekaligus lebih mudah karena bisa diakses melalui berbagai macam perangkat.

Belanja Hemat? ShopBack-in Aja!

Tur Cokelat Bali Hari 1: Mengejar Sunset di Jimbaran, dan... Tertutup Awan!

$
0
0

PENERBANGAN ke Bali pada 6 Oktober siang itu sempat delay. Saya tidak menghitung berapa belas atau puluh menit jadwal GA404 Jakarta-Denpasar diundur. Tapi begitu awak Garuda Indonesia di Gate 11 membagikan dus-dus snack kepada calon penumpang di ruang tunggu, saya langsung tahu kami harus menunggu lebih lama.

Karena lelah menunggu, ditambah lagi malamnya hanya tidur sebentar, Damar sempat terlelap di sofa ruang tunggu Terminal 3 Ultimate. Saking lelapnya, anak sulung saya ini tak mau bangun ketika pintu boarding dibuka. Mau tidak mau, saya harus antri sembari menggendongnya. Plus, sebuah backpack di punggung, ditambah dua kantong plastik sedang berisi makanan dan botol-botol minuman.

Jadi, di punggung saya ada backpack berisi pakaian ganti anak-anak, laptop, tisu, diapers, serta aneka charger dan baterai cadangan. Lalu di bagian depan ada Damar yang masih nyenyak sekali. Di tangan kanan kantong-kantong plastik, di tangan kiri tiket.

Antrian boarding lumayan panjang, kebanyakan anggota rombongan Tur Cokelat Bali Frisian Flag yang sudah menunggu sejak pagi. Kemudian kami masih harus berjalan ke pintu menuju apron, menuruni dua tangga, jalan lagi ke bus, sebelum diantar ke pesawat yang entah parkir di mana.

Entah karena terlalu lelah atau salah posisi, tepat sebelum naik bus betis kanan saya tegang lalu "tesss!" Seperti ada yang putus di dalam sana. Berikutnya terasa nyeri luar biasa, kaki kanan tidak dapat menjadi tumpuan. Sampai-sampai saya tidak bisa melanjutkan langkah. Saya hanya bisa berdiri di sebelah bus sembari menahan sakit.

Untunglah, dari arah belakang datang Mas Aditya. Koordinator tim dokumentasi ini dengan baik hati menawarkan bantuan. Dua kantong plastik di tangan kanan saya ia ambil alih. "Berat, Mas," kata saya begitu Mas Adit menggenggam tali kantong. "Nggak apa-apa, Pak. Lebih berat ini," sahutnya sembari menunjuk Damar yang masih terlelap.

Keberuntungan kedua, Damar terbangun ketika saya baru menaiki sekitar dua-tiga anak tangga menuju pesawat. Bisa jadi ia kaget oleh suara bising mesin pesawat karena saya naik dari pintu depan, dekat baling-baling sayap. Begitu matanya terbuka, ia langsung minta turun dan jalan sendiri. Alhamdulillah...



Welcome to Denpasar!
Langit cerah, cuaca bersahabat, kami mendarat di Pulau Bali dengan mulus. Selama penerbangan Damar asyik bermain games. Apalagi pramugari membawakan makan siang dengan menu kesukaannya, nasi goreng ayam. Ditambah boneka pula. Harap maklum kalau begitu turun dari pesawat dia berbisik pada saya, "Naik Garuda enak ya, Bi." Saya cuma bisa tersenyum.

Masuk ke bandara, Damar terlihat sangat antusias. Dia berlari-lari kecil ke ruang kedatangan. Saya pun harus mengejarnya sembari terpincang-pincang. Saya sempat dibuat senewen ketika ia lebih memilih tangga ketimbang eskalator. Tapi, ya, namanya juga anak. Dituruti sajalah.

Rombongan kami rupanya sudah disambut sedemikian rupa. Seluruh bagasi langsung dibawa porter ke mobil Smailing Tour yang menunggu di tempat parkir, sedangkan kami membawa hand carry ke atas bus. Oya, sebelum naik bus kami disambut kalungan bunga lho. Aih, serasa jadi tamu kehormatan deh.

Setelah seluruh peserta Tur Cokelat Bali naik, bus beranjak meninggalkan bandara. Tujuan pertama Nusa Dua. Agendanya adalah makan siang di restoran The Pirates Bay Bali, lalu dilanjutkan ke Waterblow yang jaraknya hanya sekitar sepeminuman teh dari Pantai Nusa Dua.

Sesuai namanya, The Pirates Bay Bali adalah sebuah restoran berkonsep bajak laut. Ada tiruan kapal perompak di salah satu sudut kafe, lengkap dengan bendera hitam. Pengunjung bisa makan di atas kapal, mau pilih meja di dek, di buritan, atau di bagian dalam kapal bebas saja.

Ada juga semacam rumah pohon, di mana terdapat tiga tingkat ruangan berisi meja-meja makan dan bantal-bantal pengganjal pantat. Anak-anak tertarik dengan tempat ini, sehingga kami pun naik ke atas. Damar tidak bisa tidak berlari menaiki tangga-tangga bambu. Diandra sama excited-nya, tapi terlihat sedikit takut saat naik tangga.

Damn! Saya sebenarnya sedang menghindari tangga saat itu. Tapi mau bagaimana lagi? Pelan-pelan sayapun ikut naik. Pengorbanan yang sepadan, sebab dari meja atas kita dapat makan sembari melihat pantai dan laut. Ya, makan siang dengan view laut!



Usai makan, kami berkumpul di sebelah tiruan kapal untuk mendengarkan sedikit speech dari Mbak Ayu Ratri Khairina Ahza, Senior Brand Manager PT Frisian Flag Indonesia. Dari beliau kami tahu ada 300-an kontestan yang ikut Tantangan Joget Cokelat. Itu artinya, setiap pemenang utama menyisihkan sekitar 100-an kontestan lain untuk bisa tur ke Bali.

Selesai sambutan kecil dari Mbak Ayu kami lalu diajak berjoget. Tentu saja Joget Cokelat Susu Bendera, dan ditutup dengan minum segelas susu cokelat dingin. Segarnya!

Tak Ada Ombak Tinggi, Tak Ada Sunset
Damar dan Dian sebenarnya sudah sejak pertama datang ingin bermain di pantai. Malah mereka tidak selera makan karena ingin cepat-cepat mendekat ke laut. Karenanya begitu acara seremonial selesai kami langsung menggiring mereka ke pantai. Lepas sepatu, gulung celana, selanjutnya mereka berdua asyik sendiri.

Kalau saja betis tak cedera, saya pasti sudah ikut main air laut bersama anak-anak. Apa boleh buat, saya hanya bisa duduk di pasir sembari merekam. Saya harus menghemat tenaga sebab perjalanan ke Waterblow tidak bisa dibilang dekat untuk orang yang sebelah kakinya sedang cenut-cenut tak karuan.

Ada satu momen menarik saat kami di pantai. Melihat bule-bule berenang dan berjemur pakai bikini two piece, Damar nyeletuk ke saya, "Bi, ada orang wudho (telanjang)." Kontan saya dan istri tertawa mendengarnya. Maklum, di Pemalang orang berenang di pantai atau di kolam renang dengan berpakaian lengkap. Paling berani ya pakai bikini one piece yang bagian bawahnya sepaha.


Kami hanya sekitar setengah jam di pantai, tapi celana Damar sudah basah oleh air laut. Demikian juga Diandra yang asyik sekali bermain pasir. Selanjutnya kami berjalan kaki menuju Waterblow untuk melihat ombak tinggi menghantam karang.

Dasar anak-anak, sampai di padang rumput dekat patung Rama dan Laksmana mereka berlari-larian sembari tertawa-tawa. Susah payah ibunya menyuruh mereka berhenti untuk dipakaikan sepatu. Begitu sepatu terpasang di kaki, Damar dan Diandra kembali berlari-lari. Tapi kemudian mereka menurut sewaktu diarahkan ke Waterblow.

Sayang, air laut rupanya sedang surut. Kami tidak bisa menyaksikan atraksi alam berupa ombak tinggi menghantam bebatuan karang sore itu. Okelah, itu artinya kami harus datang lagi ke Waterblow suatu saat nanti. Amin.

Sekedar berfoto-foto ala kadarnya, kami lalu kembali ke bundaran air mancur di dekat Surf & Turf dan Agendaz Beach Club. Lokasi tersebut merupakan titik berkumpul yang ditentukan oleh Pak Made, guide kami. Cuma karena masih ada anggota rombongan yang belum kembali dari Waterblow, kami harus menunggu sekitar 10-15 menit.

Waterblow di Nusa Dua, destinasi pertama dalam Tur Cokelat Bali bersama Frisian Flag Indonesia. Sayang, yang ada cuma water-nya saja, karena air laut sedang surut blow-nya tidak muncul.

Rembang petang, bus yang membawa rombongan kami bergerak menuju Jimbaran. Jarak sejauh kira-kira 11 kilometer ditempuh selama sekitar setengah jam. Operator tur menempatkan kami di Jimbaran Bay Seafood (JBS) untuk menikmati makan malam sembari menikmati sunset. Sebuah jamuan makan malam bernuansa romantis.

Matahari tepat berada di peraduannya saat kami masuk ke kawasan pantai. Sayang, awan tebal menutupi ufuk barat. Kami tidak bisa melihat sunset dan harus puas dengan langit dan air laut yang memerah sebelum hari berubah gelap.

Sayangnya lagi, saya merasa betis kanan semakin tidak enak. Ditambah lagi rasa kantuk mulai melanda. Maklum, malam itu saya hanya tidur sekitar 1,5 jam. Saat dalam perjalanan Pemalang-Semarang, kira-kira di Gringsing saya tertidur. Tapi masuk Cepiring saya dibangunkan oleh sopir dan tidak tidur lagi sampai di Bandara Ahmad Yani, kemudian terbang ke Jakarta dan dilanjutkan ke Bali.

Mood saya hilang. Kamera tak keluar dari tas, sekalipun ada suguhan tari Legong tepat di depan meja kami. Pikiran saya hanya ingin cepat-cepat sampai di hotel dan tidur. Karenanya tak ada satupun dokumentasi, baik foto maupun video, sewaktu kami makan malam di Jimbaran.


Sayang yang ketiga, Damar dan Dian tidak terlalu suka dengan menu seafood yang dihidangkan. Damar hanya suka makan ikan, dengan nasi secuil, itupun tidak habis. Sedangkan Diandra hanya suka cah kangkungnya, juga tidak dihabiskan. Jadilah saya yang kebagian jatah menghabiskan makanan anak-anak. Tambah ngantuk deh.

Untungnya tak jauh dari Jimbaran ada bandara. Anak-anak lumayan terhibur oleh pesawat yang naik-turun di kejauhan. Lalu sempat pula ada yang menyalakan kembang api. Damar yang biasanya hanya melihat kembang api di malam tahun baru pun bertanya ke saya, "Di sini tahun baru ya, Bi?"Oh, boy...

Hari bertambah gelap. Kira-kira jam setengah delapan kami kembali ke bus, selanjutnya dibawa menuju Hotel Grand Ixora. Ini hotel berbintang empat di Jl. Kartika, Kuta. Anak-anak sudah tidak kuat menahan kantuk. Belum sampai hotel mereka sudah tertidur, sehingga kami berdua harus menggendong mereka ke kamar.

Kami tidak keluar kamar lagi setelah itu. Habis mandi saya minta tolong istri mengusapkan Neo Rheumacyl pemberian Mbak Ade Priatni Darum, person in charge Tur Cokelat Bali, ke betis kanan yang terasa bengkak. Setelahnya kami berdua sama-sama tertidur pulas.

Hari pertama di Bali berakhir. Tanpa ombak tinggi di Waterblow, tanpa sunset manis di Jimbaran. Tapi kami bahagia luar biasa.

BERSAMBUNG...
Viewing all 271 articles
Browse latest View live