
SETIAP naik pesawat terbang saya selalu teringat kali pertama berkendara dengan burung besi ini. Mundur kira-kira 10 tahun lalu, ketika rasa penasaran adik perempuan saya membawa kami mudik dengan pesawat. Terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Bandara Sultan Thaha, menumpang Batavia Air yang kini tinggal nama.
Waktu itu Ramadhan tahun 2005. Saya masih kuliah di Akademi Komunikasi Yogyakarta, kuliah yang sebenarnya agak tidak jelas juntrungannya. Sedangkan adik menempuh strata satu di STIE Muhammadiyah Tangerang. Kalau nggak salah sekarang kampus itu jadi Universitas Muhammadiyah Tangerang ya?
Nah, kami janjian mudik bareng jelang lebaran. Saya ke Tangerang naik bus malam dari Terminal Umbulhajo, lalu rencananya sih mau lanjut naik bus lagi. Tapi rupanya adik saya tertarik mencoba pengalaman baru: naik pesawat! Setelah cari-cari info, akhirnya kami mem-booking dua tiket penerbangan Jakarta-Jambi.
Jangan bayangkan booking tiket pesawat masa itu seperti sekarang. Jaman itu aplikasi mobile belum banyak digunakan. Jangankan aplikasi, hapenya saja hanya bisa mengakses internet lewat WAP. Jadi, booking tiket pesawat kami lakukan langsung ke travel agent. Atau kalau menurut istilah sekarang booking secara offline.
Bukan pekerjaan mudah lho memesan tiket pesawat secara offline. Pertama-tama kami cari tahu dulu agen penjual tiket pesawat di daerah Karawaci dan juga Tangerang. Didapatlah beberapa nama, beserta alamat dan nomor telepon. Karena kami hanya bisa mengandalkan angkutan umum untuk keluar-keluar, dipilihlah cara paling praktis untuk ukuran jaman itu: menelepon.
Well, meski praktis tapi tetap saja menelepon bukan cara terbaik untuk memesan tiket pesawat. Apalagi jika dibandingkan dengan sekarang. Satu kelemahan yang paling membuat kami keki adalah kami tidak bisa mengetahui harga terlebih dahulu. Padahal kami tergolong budget flyer. Maunya tiket termurah, hehehe.
Telepon agen satu, tanya penerbangan ke Jambi untuk tanggal sekian ada apa tidak? Pesawatnya apa? Lalu ketika harga disebut, ternyata di luar bayangan kami. Terlalu tinggi. Ganti telepon agen satunya lagi, masih sama saja harga yang ditawarkan tidak pas. Adik saya akhirnya berpesan pada salah satu agen untuk menelepon balik jika ada tawaran harga terbaik.

Agen tersebut benar-benar menghubungi. Setelah kami menunggu selama dua hari. Mengabarkan ada tiket yang tidak selisih jauh dari budget kami, tapi kami tidak bisa memilih tanggal dan jam keberangkatan. Demikian pula maskapainya. Apa boleh buat, prioritas kami memang harga jadi terima sajalah.
Singkat cerita, kami pun menginjakkan kaki di Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk kali pertama. Berangkat dari kontrakan adik sebelum subuh sebab dapat penerbangan paling pagi. Sempat kebingungan di mana pintu masuk ke dalam bandara, cara check in, dan lain-lain. Lucu juga kalau ingat itu semua.
Lebih Pilih Booking Online
Pengalaman pertama naik pesawat itu rupanya membuat saya ketagihan. Adik saya pun demikian. Terlebih masa itu maskapai-maskapai penerbangan baru bermunculan. Selain Batavia Air ada pula Sriwijaya Air dan Adam Air. Harga murah jadi andalan maskapai-maskapai rintisan ini dalam menarik minat calon penumpang.
Bayangkan saja, tiket bus Jogja-Jambi masa itu (tahun 2005) harganya Rp350.000. Sedangkan tiket pesawat Jakarta-Jambi kisaran Rp400.000. Tinggal naik bus malam ke Jakarta dengan ongkos Rp95.000, atau naik kereta api yang tiketnya cuma Rp45.000, saya bisa memangkas waktu mudik secara signifikan.
Bila naik bus butuh waktu 36 jam alias sehari dua malam, plus biaya makan sepanjang jalan yang tidak bisa dibilang murah bagi kantong mahasiswa. Sedangkan dengan pesawat dari Jakarta hanya perlu waktu kurang dari 24 jam. Naik bus Jogja-Jakarta kira-kira 12 jam, lalu penerbangannya sekitar satu jam, ditambah waktu menunggu.
Terang saja, saya jadi lebih suka naik pesawat terbang untuk mudik ke Jambi. Tambah lagi ketika pemesanan tiket bisa dilakukan secara online seperti sekarang. Cukup lewat laptop atau bahkan smartphone saya bisa tahu harga tiket masing-masing maskapai di tiap-tiap jadwal penerbangan pada tanggal yang saya inginkan. Kalau cocok di kantong baru dipesan.
Saya merasa sangat tertolong dengan layanan booking online saat berada di rumah orang tua di Jambi. Tinggal di tengah-tengah kebun sawit, berjarak paling dekat 30 menit dari pusat keramaian (ATM, minimarket, kantor pos, dan sebagainya), internet dan aplikasi booking tiket benar-benar membantu saya.
Ini kejadian nyata sewaktu mudik tahun 2014. Saat kami mau balik ke Pemalang, Ibu mendadak ingin mengantar sampai Jakarta. Padahal saya sudah memesan tiket untuk kami berempat (saya, istri, dan dua anak) jauh-jauh hari, bersamaan dengan tiket keberangkatan ke Jambi sebulan sebelumnya. Apa akal?
Di momen itulah layanan booking online jadi pahlawan. Cukup buka laptop, sambungkan modem, saya ketikkan satu web booking online dan mencari tiket di tanggal yang sama dengan keberangkatan kami. Pembayaran juga saya lakukan via web secara online. Tak sampai 15 menit berselang tiket untuk Ibu sudah didapat.
Meski beda maskapai (kami naik Citilink, Ibu dapat tiket Sriwijaya Air) dan jadwal keberangkatannya selisih setengah jam, Ibu tetap bisa mengantar kami sampai Jakarta. Kami berangkat bersama-sama dari Sungai Bahar, lalu berpisah sebentar di Bandara Sultan Thaha karena saya dan anak-istri terbang lebih dahulu. Sampai di Jakarta, saya sekeluarga menunggu kira-kira satu jam dan kembali bertemu Ibu.
9 Keuntungan Booking Online
Sejak itu saya semakin jatuh cinta dengan layanan booking online. Mau tiket pesawat ataupun kereta api, saya lebih suka memesan lewat aplikasi maupun web. Datang ke bandara atau stasiun cukup berbekal kode booking. Lebih praktis.
Dalam hemat saya, setidaknya ada delapan keuntungan yang bisa kita dapatkan dari booking online. Apa saja?
1. Booking tiket di kenyamanan rumah sendiri
Tidak perlu keluar rumah untuk memesan tiket ke travel agent. Kita bahkan tidak perlu keluar kamar! Cukup hidupkan laptop atau buka aplikasi pemesanan online di smartphone, kitapun sudah bisa mencari tiket yang diinginkan. Tentukan tanggal, lalu klik. Berikutnya keluar deretan pilihan berdasarkan jam keberangkatan dan maskapai. Tinggal pilih.
2. Bisa pesan kapan saja
Memesan tiket secara offline dibatasi oleh jam buka kantor. Baik kantor agen penjualan tiket, maupun kantor tempat kita bekerja bagi yang berstatus karyawan. Booking via telepon bisa jadi solusi, tapi tetap saja jam operasionalnya terbatas. Beda cerita dengan booking online via web atau aplikasi mobile yang bisa dilakukan kapan saja, 24 jam sehari, tujuh hari sepekan, 30 hari sebulan.
3. Sangat mudah
Booking online itu mudah. Sangat mudah malah. Yang diperlukan hanyalah koneksi internet, atau aplikasi mobile dan paket data bagi pengguna smartphone. Cukup klik sana-sini, pilih ini-itu, hanya dalam waktu belasan menit tiket yang diinginkan sudah didapat. Simpel.

4. Dapat tawaran harga terbaik
Ini kelebihan yang dicari-cari budget traveler, ataupun buat orang perhitungan seperti saya. Hahaha. Dengan booking online kita bisa membanding-bandingkan harga secara lebih mudah, dan mendapatkan penawaran terbaik. Hal ini tidak mungkin didapat kalau booking secara tradisional. Kecuali punya waktu sangat luang untuk datang dari satu travel agent ke travel agent lain. Capek, Kakak...
5. Tahu harga sebelum memesan
Kalau kamu adalah tipe orang yang sangat memperhitungkan pengeluaran sebelum bepergian, poin ini untukmu. Dengan memesan tiket secara online kita sudah tahu harga sebelum membeli. Ini membuat kita lebih mudah merancang budget. Terpenting lagi, kebanyakan layanan booking online memberikan harga final tanpa tambahan biaya lain.
6. Banyak pilihan
Ada banyak cara untuk memesan tiket secara online. Kita bisa buka web resmi maskapai, atau melalui web dan aplikasi mobile milik berbagai jasa layanan booking online. Di smartphone saya saja ada tiga aplikasi booking online, yang saya gunakan secara bergantian tergantung mana yang menawarkan harga terbaik.
7. Bertabur promo dan diskon
Saya pernah mendapat tiket pesawat Jakarta-Solo seharga Rp272.000 (screenshoot di atas). Jauh lebih murah dari harga yang tertera di web resmi maskapai. Kok bisa? Karena layanan booking online yang saya gunakan sedang menggelar promo. Jadilah tiket yang normalnya dibanderol paling murah Rp350.000 untuk maskapai low cost carrier bisa saya tebus di bawahnya.
Dan, promo maupun diskon seperti ini seringkali digelar oleh penyedia layanan booking online. Ada yang kasih diskom langsung Rp100.000 per tiket, atau harga coret. Belum lagi program cashback atau poin berhadiah berbagai macam barang. Asyik, bukan?
8. Tidak butuh kartu kredit
Pemahaman salah tentang booking online adalah bahwa kita harus punya kartu kredit. Tentu saja tidak. Ada banyak kok layanan pemesanan tiket online yang metode pembayarannya sangat beragam. Transfer tunai, transfer via ATM, mobile banking, e-banking, bahkan sekarang bisa bayar lewat Kantor Pos dan minimarket semacam Indomaret maupun Alfamart. Opsi terakhir merupakan favorit saya.
9. Lebih menyenangkan
Percayalah, berburu tiket secara online itu sangat menyenangkan. Mengalami sendiri setiap prosesnya adalah pengalaman sangat berharga. Mulai dari menentukan tanggal, memilih maskapai dan jadwal penerbangan, melakukan pembayaran, mendapatkan kode booking, semuanya terasa menarik dijalani. Belum lagi kalau kita ikut berburu tiket promo, terus dapat harga yang tidak masuk akal murahnya, dijamin kamu akan merasa bahagia selama beberapa hari ke depan.
Semoga bermanfaat!